Jumat, 27 Juli 2018

DASAR KEPENDUDUKAN "ANGKATAN KERJA"


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja (Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen. Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah atau wilayah mengakibatkan tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral sehingga menghambat pula laju pertumbuhan perekonomian nasional.
Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu struktur umur penduduk dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Banyaknya jumlah angkatan kerja menjadi topik permasalahan hingga saat ini. Apalagi jika dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang menyebabkan banyaknya terjadi pengangguran. Untuk itu pada makalah ini, penyusun akan menyajikan informasi tentang angkatan kerja, bukan angkatan kerja dan perkiraan dan proyeksi penduduk.
1.2  Rumusan Masalah
·         Jelaskan tentang angkatan kerja dan bukan angkatan kerja!
·         Jelaskan tentang perkiraan dan proyeksi penduduk!
1.3  Manfaat Penyusunan Makalah
·         Untuk menjelaskan tentang angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
·         Untuk menjelaskan tentanng perkiraan dan proyeksi penduduk
·         Untuk melatih diri penyusun selaku mahasiswa dalam mempelajari dan menyusun sebuah makalah tentang dasar kependudukan
·         Sebagai bahan pembelajaran bagi penyusun makalah dan pembaca.


BAB II
ISI
2.1 ANGKATAN KERJA
Angkatan kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia produktif ( 16-65 tahun atau semua orang yang sudah dapat bekerja) baik yang masih mencari kerja, sudah memiliki pekerjan, dan masih pengangguran disebut dengan angkatan kerja.          
Konsep angkatan kerja
Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu kepada The Labor Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk usia kerja (digunakan 15 tahun ke atas) dan penduduk bukan usia kerja (kurang dari 15 tahun).
Selanjutnya penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Khusus untuk angkatan kerja meliputi antara lain:
a)      Bekerja
b)      Punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja
c)      Mencari pekerjaan (pengangguran terbuka).
Mulai Tahun 2005, SAKERNAS dilaksanakan secara semester I (bulan Pebruari) dan Semester II (bulan Agustus). Survei tersebut dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik di seluruh Indonesia.
            Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Survei ini khusus dirancang untuk mengumpulkan informasi/ data ketenagakerjaan. Pada beberapa survei sebelumnya, pengumpulan data ketenagakerjaan dipadukan dalam kegiatan lainnya, seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP), dan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Sakernas pertama kali diselenggarakan pada tahun 1976, kemudian dilanjutkan pada tahun 1977 dan 1978. Pada tahun 1986-1993, Sakernas diselenggarakan secara triwulanan di seluruh provinsi di Indonesia, sedangkan tahun 1994 - 2001, Sakernas dilaksanakan secara tahunan yaitu setiap bulan Agustus. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, di samping Sakernas tahunan dilakukan pula Sakernas Triwulanan. Sakernas Triwulanan ini dimaksudkan untuk memantau indikator ketenagakerjaan secara dini di Indonesia, yang mengacu pada KILM (the Key Indicators of the Labour Market) yang direkomendasikan oleh ILO (theInternational Labour Organization).
            Hasil Sakernas tahunan pada 2003 disajikan menurut provinsi karena jumlah sampel yang mencukupi (67.072 rumah tangga). Inflation factor yang digunakan dalam penghitungan angka final hasil Sakernas 2003 didasarkan pada total penduduk Indonesia berumur 0 tahun ke atas per provinsi hasil proyeksi penduduk.
Sejak Sakernas 2001, konsep status pekerjaan dan pengangguran mengalami perluasan dan penyempurnaan. Status pekerjaan yang pada Sakernas 2000 hanya 5 kategori, mulai tahun 2001 ditambahkan kategori baru yaitu: pekerja bebas di pertanian dan pekerja bebas di non pertanian. Selain itu, dalam rangka menyesuaikan dengan konsep ILO, konsep Pengangguran Terbuka diperluas yaitu di samping mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, mencakup pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, dan kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
Setengah penganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain. Setengah pengangguran yang dimaksudkan defenisi itu disebut sebagai setengah pengangguran terpaksa. Sedangkan orang yang bekerja dibawah 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain dikelompokkan sebagai setengah pengangguran sukarela.
Tingkat pengangguran = Tingkat pengangguran terbuka ( Pengangguran terbuka dibagi Angkatan kerja dikali 100)+ Tingkat pengangguran setengah pengangguran terpaksa.
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).


Pengangguran
            Pengangguran adalah angkatan kerja yang belum dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar daripada permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadinya surflus penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja.
Pengangguran seringkali menjadi salah satu permasalahan negera-negara berkembang, disatu sisi jumlah penduduk dari tahun ketahun terus bertambah, disisi lain peningkatan kemampuan ekonomi, baik pemerintah maupun swasta tidak secepat peningkatan jumlah penduduk. Terjadinya ketimpangan antara laju permintaan lapangan kerja dengan laju penawaran lapangan kerja mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran.
Cara Cara Mengatasi Pengganguran:
a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitasnya melalui berwirausaha mandiri.
b.Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada peningkatan kecakapan hidup, seperti SMK.
c.Pengembangan program kerjama dengan luar negeri dalam pemanfaatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
d.Pengembangan sector informal seperti home industry.
e.Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sector informal lainya diwilayah tertentu.
f.Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat karya di wilayah yang banyak mengalami pengangguran.
g.Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi melalui pendirian usaha-usahabaruyangdapatmenyeraptenagakerja.
h.Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti pembangunan jalanraya,jembatandanlain-lain.
i.Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha sendiri yang menjadikannya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan sendiri.



2.2 BUKAN ANGKATAN KERJA
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan.

2.3  PROYEKSI PENDUDUK
2.3.1 Kegunaan Proyeksi Penduduk
Pada masa dahulu, pemerintah tertarik pada population projection terutama untuk keperluan pajak atau keperluan mengetahui besarnya kekuatan negaranya.Pada dekada akhir-akhir ini, pemerintah memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung jawabnya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan yang terencana.
Mengingat semua rencana-rencana pembangunan, baik ekonomi maupun sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karekteristik dari pada penduduk dimasa mendatang, proyeksi mengenai jumlahserta struktur penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk proses perencanaan pembangunan:
1.      Di Bidang pangan : menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan gizi serta susunan penduduk menurut umur.
2.      Di bidang kesehatan : menentukan jumlah medis, dokter, obat-obatan tempat tidur di rumah sakit-rumah sakit yang diperlukan selama periode proyeksi.
3.      Di bidang Tenaga Kerja : menentukan jumlah angkatan kerja, penyediaan lapangan kerja yang erat hubunganya dengan proyeksi tentang kemungkinan perencanaan untuk memperhitungkan perubahan tingkat pendidikan, skilled dan pengalaman dari tenaga kerja.
4.      Di bidang Pendidikan : proyeksi penduduk dipakai sebagai dasar untuk memperkirakan jumlah penduduk usia sekolah, jumlah murid, jumlah guru gedung-gedung sekolah, pendidikan pada masa yang akan datang.
5.      Di bidang Produksi Barang dan Jasa : Dengan proyeksi angkatan kerja dalam hubunganya dengan data mengenai produktivitas merupakan dasar estimasi produksi barang-barang dan jasa dimasa mendatang.
Jadi penggunaan proyeksi penduduk tersebut diatas dapat digunakan untuk 2 macam perencanaan :
1.      Perencanaan yang tujuannya untuk menyediakan jasa sebagai response terhadap penduduk yang sudah diproyeksi tersebut.
2.         Perencanaan yang tujuannya untuk merubah trend penduduk menuju ke perkembangan demografi sosial dan ekonomi.
.
2.3.2.      Jenis perkiraan penduduk
Ada pun jenis-jenis perkiraan penduduk yaitu :
1.      Intercensal disebut pula interpolasi adalah suatu perkiraan mengenai keadaan penduduk diantara 2 sensus yang kita ketahui, jadi hasil kedua sensus diperhitungkan.
Rumus:
Pm  = Po+ Pm =Pn
Di mana:
Po        = jumlah penduduk pada tahun n
Pn        = jumlah penduduk pada tahun ( penduduk dasar ) awal
Pm       = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan ( tahun M )
m         = selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
n          = selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui
2.      Postecensal estimated Adalah perkiraan mengenai penduduk seseudah census. Prinsipnya juga sama, yaitu pertambahan penduduk adalah linear.
Rumus:
Pm       = Po –  (Pn-Po)
Dimana:
Po        = jumlah penduduk dasar (tahun awal)
Pn        = jumlah penduduk pada tahun n
Pm       = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun m)
m         = selisih tahun yang dicari dengan tahun n
n          = selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui
3.      Projection
Perkiraan pendudukan berdasarkan sensus (biasanya sensus terakhir).Disini perkirakan penduduk tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus tetapi mungkin sampai beberapa puluh tahun sesudah sensus.
Proyeksi penduduk menurut Multilingual Demographic Dictionary adalah: Perhitungan yang menunjukan keadaan fertilitas, mortalitas dan migrasi dimasa yang akan datang. Jadi proyeksi pendudukan menggunakan beberapa asumsi-asumsi sehungga jumlah penduduk yang akan datang adalah x kalau fertilitas, mortalitas dan migrasi berapa pada tingkat tertentu.
Proyeksi dapat dilakukan :
Sesudah sensus disebut forward projection
Sebelum sensus disebut backward projection
Selanjutnya perlu dibedakan antara proyeksi, forecast dan estimate.
·         Proyeksi adalah perhitungan yang menunjukan keadaan fertilitas, mortalitas dan migrasi dimasa yang akan datang.
·         Forecast adalah suatu proyeksi dimana asumsi yang dibuat diusahakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu gambaran yang realistis mengenai kemungkinan perkembangan pendudukan dimasa mendatang.
·         Estimate adalah suatu perkiraan berdasarkan ketentuan dan rumus-rumus sederhana.
2.3.3 .Metode Yang Digunakan dalam  Proyeksi Penduduk
a. Model Linear (Aritmethic)
Model linear menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend.  Model ini menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan
persamaan:      Pt =α + βT
Dimana :
Pt = penduduk pada tahun proyeksi t
α = intercept = penduduk pada tahun dasar
β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk
T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan  bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap (β) pada masa yang akan
datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Ini berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam tahun yang berurutan, Pt+1–Pt yang adalah perbedaan  pertama yang selalu tetap (konstan). Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan model lain. Selanjutnya, Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
b. Model Geometric
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada suatu tingkat
pertumbuhan (persentase) yang tetap. Misalnya, jika Pt+1dan Pt adalah jumlah penduduk dalam
tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau berkurang pada tingkat pertumbuhan
yang tetap (yaitu sebesar Pt+1/Pt )dari waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi
dengan tingkat pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah, dimana
pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut penduduknya sedikit dan menjadi semakin
banyak pada tahun-tahun akhir. Model geometric memiliki persamaan umum:
Pt=α + βT
Persamaan diatas dapat ditransformasi kedalam bentuk linear melalui aplikasi logaritma,
menjadi sebagai berikut:                     LogPt=Logα + T.logβ
c .Model Parabolik
Model parabolic seperti model geometric berasumsi bahwa penduduk suatu daerah tidaktumbuh dalam bentuk linear. Namun demikian, tidak seperti model geometrik (yang berasumsi tingkat pertumbuhan konstan dari waktu ke waktu), pada model parabolic tingkat pertumbuhan penduduk dimungkinkan untuk meningkat atau menurun. Model ini menggunakan persamaan derajat kedua yang ditunjukkan sebagai berikut:
Pt=α + β1T + β2T2
Model parabolic memiliki dua koefisien yaitu β1dan β2. β1adalah koefisien linear (T) yang menunjukkan pertumbuhan konstan, dan β2 adalah koefisien non-linear yang (T2) yang menyebabkan perubahan tingkat pertumbuhan. Tanda positif atau negatif pada β1dan β2
bervariasi tergantung pada apakah tingkat pertumbuhan tersebut akan meningkat atau menurun Berdasarkan variasi pada tanda β1dan β2, model akan menghasilkan empat scenario sebagai berikut:



Tabel. Skenario dalam Model Parabolik
β1
β2
Efek terhadap pertumbuhan penduduk
+
+
Pertambahan yang semakin meningkat


Penduduk bertambah


Kurva cekung ke atas (Concave upward)
+
-
Pertambahan yang semakin berkurang


Penduduk berkurang


Kurva cekung ke bawah (concave downward)
-
+
Pertambahan yang semakin berkurang


Penduduk bertambah


Kurva cekung ke atas (Concave upward)
-
-
Pertambahan yang semakin meningkat


Penduduk berkurang


Kurva cekung ke bawah (concave downward)

Klosterman (1990), menyarankan demographer untuk terlebih dahulu mencermati (menguji coba) model ini ketika akan diaplikasikan pada suatu daerah. Menurutnya,meskipun model ini baik untuk daerah dengan pertumbuhan atau penurunan yang cepat, namun demikian proyeksi jangka panjang akan menghasilkan angka yang sangat besar atau sangat kecil.

2. Model Komponen Kohor
Model-            model ekstrapolasi trend yang didiskusikan diatas mengacu pada perkiraan penduduk secara agregat, sementara model komponen kohor mengacu pada perubahan -perubahan komponen penduduk (yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi) secara terpisah. Penduduk  secara keseluruhan dibagi kedalam beberapa kohor/kelompok umur. Interval (k) dari
kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-1, 1-2, 2-3 dst), lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14 dst), atau 10 tahunan (0-9, 10-19, 20-29). Selanjutnya, kohor dibagi lagi berdasarkan gender dan etnis. Pengelompokan penduduk berdasarkan komponen-komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk, kelompok umur, gender dan etnis akan membantu untuk membangun pemahaman  yang lebih baik mengenai dinamika penduduk suatu daerah. Karena ukuran kohor semakin kecil, maka akan semakin terperinci informasi yang dapat digunakan dalam analisis. Misalnya, bayi dan penduduk umur - umur tua akan memiliki persentase kematian yang lebih tinggi  dibandingkan penduduk usia muda. Jumlah kelahiran akan bervariasi berdasarkan  umur dan etnis dari penduduk wanita. Demikian juga, migrasi akan bervariasi menurut umur, gender dan etnis individu.
Persamaan dalam model komponen kohor adalah:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp5.png?w=468
Dimana:
Pt = penduduk tahun t pada kohor di interval k
  t    = tahun
             n     = umur awal dari kohor
 k     = jumlah tahun dalam kohor (interval kohor umur)
 DTH     = total kematian
             IR    = total kelahiran
 NMIG = total migrasi bersih
Karena penduduk kohor  n  pada tahun sebelumnya (Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp6.png?w=468) dikurangi dengan jumlah kematian dalam kohor tersebut (Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp7.png?w=468) adalah jumlah penduduk yang bertahan hidup ke kohor n pada tahun t (Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp8.png?w=468), maka persamaan dapat ditulis ulang sebagai berikut:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp9.png?w=468
Berikut diberikan perhitungan-perhitungan untuk ketiga komponen dalam metode ini:
a. Mortalitas-Tingkat Survival
Mortalitas dihitung dalam model sebagai jumlah penduduk dalam kohor tertentu n-k pada tahun t-k, yang bertahan hidup ke kohor berikutnya (n) pada tahun t.
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp10.png?w=468
Dimana:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp11.png?w=468penduduk dari kohor n-k pada tahun t-k
    n-kSRVk     = tingkat bertahan hidup (survival)



b. Kelahiran- Tingkat Fertilitas
Fertilitas adalah jumlah bayi yang dilahirkan wanita usia subur (biasanya antara 15-44 tahun). Tingkat fertilitas diberikan melalui persamaan berikut:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp12.png?w=468
Dimana: Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp13.png?w=468tingkat fertilitas wanita dalam kohor n dari interval k
    Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp14.png?w=468 jumlah kelahiran oleh wanita pada kohor n
    Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp15.png?w=468 jumlah wanita dalam kohor n
Tingkat fertilitas yang diperoleh dari rumus diatas dapat digunakan untuk menghitung jumlah kelahiran dalam interval waktu yang sama sesuai dengan ukuran kohor. Misalnya, jika ukuran kohor adalah lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14), maka proyeksi dapat dilakukan untuk interval lima tahunan (2005, 2010, 2015).
Selanjutnya, jika wanita-wanita pada kohor umur tertentu tidak memiliki kelahiran, maka untuk keakuratan perhitungan, tingkat fertilitas perlu disesuaikan. Tingkat fertilitas yang disesuaikan adalah rata-rata dari dua tingkat fertilitas yang berurutan.
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp16.png?w=468
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp17.png?w=468
Dimana: Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp18.png?w=468    tingkat fertilitas yang disesuaikan dari wanita dalam kohor n dengan interval k
Total kelahiran selanjutnya dibagi atas kelahiran bayi laki-laki dan bayi perempuan berdasarkan sex ratio waktu lahir dari data masa yang lalu.

c. Migrasi bersih (Net Migration).
Migrasi bersih adalah perbedaan antara jumlah penduduk yang masuk dengan jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah, dengan persamaan:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp19.png?w=468 


3. Model Ratio
Menurut Smith, Tayman dan Swanson (2001), model ratio-sebagaimana model ekstrapolasi trend- juga didasarkan pada trend masa lalu. Model ratio menggunakan konsep bahwa penduduk (atau perubahan penduduk) pada suatu wilayah yang lebih kecil (wilayah studi) merupakan proporsi dari penduduk (perubahan penduduk) dari wilayah yang lebih luas, atau wilayah basis (base area). Model ini sederhana dan mudah dalam perhitungannya serta membutuhkan data yang relative lebih sedikit. Meskipun demikian, model ini membutuhkan proyeksi penduduk dari wilayah basis tersebut.
Model ratio mencakup model constant share, shift share dan model share of growth.
a. Model Constant Share
Model ini berasumsi bahwa share penduduk dari daerah studi merupakan suatu proporsi yang konstan dari daerah basis dan proyeksi dilakukan berdasarkan proporsi konstan tersebut.
Model disajikan dalam bentuk persamaan berikut:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp20.png?w=468
Dimana: P     = jumlah penduduk pada daerah studi
             Pj     = penduduk pada daerah basis atau daerah yang lebih luas yang    didalamnya terdapat daerah studi
                   l     = tahun akhir dari observasi
                                      t    = tahun proyeksi
Jika data wilayah studi menunjukkan kecenderungan yang sama seperti wilayah basis, penggunaan model ini akan menghemat waktu dan lebih sederhana dalam penerapannya. Namun demikian, jika daerah studi dan daerah basis memiliki trend pertumbuhan yang berlawanan, artinya jika daerah studi mengalami penurunan penduduk dan daerah basis mengalami peningkatan penduduk, atau sebaliknya, proyeksi ini tidak dapat diaplikasikan
b. Model Shift Share
Model shift share mencoba mengoreksi kelemahan dari model constant share dengan memasukkan indeks pergeseran (shift term) untuk menghitung perubahan share penduduk dari waktu ke waktu. Jika pertumbuhan daerah studi lebih cepat dari daerah basis maka shift term akan positif. Sebaliknya jika pertumbuhan daerah studi lebih lambat dari daerah basis, maka shift termnya akan negative.
Persamaan dalam metode ini adalah sebagai berikut:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp21.png?w=468
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp22.png?w=468
Dimana:     b     = tahun awal observasi
             s    = shift term
              z    = jumlah tahun dalam proyeksi (t-1)
            y    = jumlah tahun dalam periode observasi (1-b)
Satu kelemahan utama dari metode ini adalah jika terjadi pertumbuhan atau pengurangan yang tinggi pada tahun dasar, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya penduduk dalam jumlah yang sangat besar pada tahun proyeksi. Oleh karenanya, penggunaan metode ini untuk proyeksi penduduk jangka panjang harus dilakukan secara hati-hati.
c. Metode “share of growth”
Metode ini menggunakan share dari pertumbuhan penduduk bukannya share dari jumlah penduduk seperti yang digunakan dua model ratio sebelumnya. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa share pertumbuhan penduduk daerah studi pada periode observasi akan berlaku sama dalam periode proyeksi.
Model ini disajikan dalam bentuk persamaan berikut:
Description: Description: https://junaidichaniago.files.wordpress.com/2008/06/061108-1553-modelmodelp23.png?w=468
Metode ini akan lebih tepat diterapkan jika trend pertumbuhan penduduk pada daerah studi sama dengan trend pertumbuhan pada daerah basis. Misalnya jika pertumbuhan penduduknya sama-sama meningkat atau sama-sama menurun.
Oleh karena itu metoda komponen lebih banyak digunakan karena metode komponen mencangkup determinan-determinan pertumbuhan penduduk.
  Kelebihanannya:
-Memperhatikan perubahan tiap-tiap komponen dalam pertumbuhan penduduk, yaitu Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.
-Di dalam metoda ini kita mulai dengan asumsi – asumsi Mortalitas, Fertilitasi, dan Migrasi.
Data-data yang diperlukan.
 
2.3.4 Hubungan Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah Negara. Dari sisi tenaga kerja, penduduk suatu Negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja dan kelompok bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 10 hingga 65 tahun. Namun dewasa ini usia kerja tersebut telah diubah menjadi yang berumur 15 hingga 65 tahun.
Penduduk usia kerja dapat pula kita bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah semua orang yang siap bekerja disuatu Negara. Kelompok tersebut biasanya disebut sebagai kelompok usia produktif. Dari seluruhan angkata kerja dalam suatu Negara tidak semuanya mendapat kesempatan bekerja. Diantaranya ada pula yang tidak bekerja. Mereka inilah yang disebut pengangguran. Pengangguran adalah angkatan kerja atau kelompok usia produktif yang tidak bekerja.(YB Kadarusman, 2004:65)
Angkatan kerja banyak yang membutuhkan lapangan pekerjaan, namun umumnya baik di Negara berkembang maupun Negara maju, laju pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada laju pertumbuhan lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan mpengangguran berhubungan erat dengan ketersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu Negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya, sehingga semakin kecil tingkat penganggurannya. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu Negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya. Dengan demikian, semakin tinggi juga  tingkat penganggurannya. 


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1.      Angkatan kerja merupakan penduduk yang memiliki usia produktif, yaitu usia antara 15-64 tahun
2.      Bukan angkatan kerja merupakan penduduk dengan usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun.
3.      Proyeksi Penduduk diperlukan pemerintah untuk memproyeksikan penduduk yang sesuai dengan tanggung jawabnya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyat melalui pembangunan yang terencana.

3.2 Saran
1.      Sangat diharapkan peranan pemerintah dalam mengatasi penggangguran dengan memperhatikan kondisi banyaknya angkatan kerja yang menganggur.
2.      Peran masyarakat sendiri juga sangat diharapkan untuk lebih mengelola atau mengasah sumber daya yang dimilikinya, supaya peluang yang dimiliki untuk bekerja juga besar.
3.      Diharapkan kepada Pemerintah agar lebih teliti dan aktif dalam memproyeksikan proyeksi penduduk, demi memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar