Kamis, 21 Juni 2018

ISI LAPORAN PENELITIAN SAWI



PENDAHULUAN
Latar  Belakang 
            Sawi  merupakan  sayuran  daun  yang  cukup  penting  di  Indonesia  dan  tercatat  sebagai  komoditas  penting  dalam  ekspor  dan  impor  sayuran.  Selain  itu,  sawi  juga  merupakan  tanaman  sayuran  yang  banyak  di tanam  pada  dataran  rendah  maupun  dataran  tinggi  di  Indonesia.  Di  dataran  rendah  Kalimantan  selatan,  petani  menanam  sawi  atas  pertimbangan  antara  lain  karena  biaya  produksi  lebih  rendah  jika  dibandingkan  dengan  tanaman  kubis,  berumur  pendek  sehingga  nilai  pengambilan  cepat  dan  resiko  kegagalan  produksi  lebih  kecil,  banyak  dikonsumsi  masyarakat  serta  nilai  jualnya  cukup  menguntungkan  (Ilhamiyah  et  al.,  2008).
            Teknik  budidaya  tanaman  sawi  tak  berbeda  jauh  dengan  budidaya  sayuran  pada   umumnya.  Budidaya  konvensional  di  lahan  meliputi  proses  pengolahan  lahan,  penyiapan  benih,  teknik  penanaman,  penyediaan  pupuk  dan  pestisida,  serta  pemeliharaan  tanaman.  Menanam  benih  sawi  ada yang  secara  langsung  tetapi  ada  juga  melalui  pembibitan  terlebih  dahulu  (Margiyanto,  2007).
            Pada  budidaya  tanaman  dengan  media  tanah,  tanaman  dapat  memperoleh  unsur  hara  dari  dalam  tanah,  tetapi  pada  budidaya  tanaman  secara  hidroponik,  tanaman  memperoleh  unsur  hara  dari  larutan  nutrisi  yang  dipersiapkan  khusus.  Larutan  nutrisi  dapat  diberikan  dalam  bentuk  genangan  atau  dalam  keadaan  mengalir.  Media  tanam  hidroponik  dapat  berasal  dari  bahan  alam  seperti  kerikil,  pasir,  sabut  kelapa,  arang sekam,  batu apung,  gambut  dan  potongan  kayu  atau  bahan  buatan  seperti  pecahan  bata (Suhardiyanto,  2011).
Tujuan  Penulisan
Adapun  tujuan  penulisan  laporan  ini  adalah  untuk  mengetahui  bagaimana  respon  produksi  dan  pertumbuhan  tanaman  sawi  (Brassica  juncea L.)  terhadap  komposisi  media  tanam.
Hipotesis  Percobaan
Komposisi  media  tanam  mempengaruhi  produksi  dan  pertumbuhan  tanaman  sawi  (Brassica juncea L.)
Kegunaan Penulisan
            Adapun  kegunaan  dari  penulisan  laporan  ini  adalah  sebagai  sebuah  pembelajaran    dalam  membuat  sebuah  laporan  bagi  penulis  secara  khusus  dan  penulis  berharap  laporan ini dapat  sebagai  pengetahuan  yang  baru  yang  bermanfaat  bagi  kalangan  pembaca  pada  umumnya.

 TINJAUAN  PUSTAKA
Botani  Tanaman
Klasifikasi  tanaman  sawi  adalah  sebagai  berikut : Kingdom : Plantae, Devisi : Spermatophyta, Subdevisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales (Blassicales), Famili : Cruciferae (Brassicaceae), Genus : Brassica, Spesies : Brassica juncea L. (Hardiyanto dkk., 2007).
Tanaman  sawi  memiliki  system  perakaran  tunggang  (Radix primaria)  dan  memiliki  cabang-cabang  akar  yang  berbentuk  bulat  panjang  (Silindris). Akar  menyebar  ke segala  arah  pada  kedalaman  30-50 cm.  fungsi  akar  tanaman  adalah menyerap  air  dan  unsur hara  dari  dalam  tanah  serta  menguatkan  berdirinya  batang  tanaman (Rukmana,  2007).
Batang  yang  dimiliki  tanaman  sawi  adalah  batang  yang  berukuran  pendek  dan  beruas-ruas,  bahkan  hampir  tidak  kelihatan. Batangnya  berfungsi  sebagai  alat  pembenmtuk  dan  penopang  daun  tanaman  sawi           (Zulkarnain, 2013). 
Sawi  memiliki  bentuk  daun  bulat  panjang (lonjong), ada  yang  lebar  dan  ada yang  sempit  berwarna  hijau  muda  sampai  hijau  tua. Daun  sawi  juga  memiliki  tangkai  daun  yang  panjang  atau  pendek, sempit  atau  lebar,  berwarna  putih  sampai  hijau,  bersifat  kuat  dan  halus.  Sawi  memiliki  tulang  daun  yang  menyirip  dan  bercabang-cabang  serta  pelepah-pelepah  daun  tersusun  saling  membungkus (Rukmana, 2007)
Bunga  sawi  tersusun  dalam  tangkai  yang  tumbuh  memanjang  dan  memiliki  banyak  cabang.  Setiap  kuntum  bunga  tersusun  atas  empat  helai  kelopak  daun ,  empat  helai  daun  mahkota  berwarna  kuning  cerah,  empat  helai  benang  sari  dan  satu  kepala  putik  berongga  dua  (Zulkarnain, 2013).
Tanaman  sawi  memiliki  buah  dengan  tipe  buah  adalah  polong. Bentuk  polongnya  memanjang  dan  berongga.  Tiap  buah  berisi  208  butir  biji. Bijinya  berbentuk  bulat  kecil  berwarna  coklat  atau  coklat  kehitam-hitaman (Rukmana,  2007).
Syarat  Tumbuh
Iklim
Iklim  yang  cocok untuk  pertumbuhan  tanaman  sawi  adalah  daerah  yang  bersuhu  15,6 derajat Celsius  pada  malam  hari  dan  21,1 derajat  Celsius di siang  hari. Untuk  dapat  melakukan  fotosintesis  dengan  baik,  sawi  memerlukan  cahaya  matahari  selama 10-13 jam. Ada  beberapa  varietas  sawi  yang  toleran  dan  dapat  tumbuh  dengan  baik  pada  suhu 27-32 derajat Celsius (Rukmana, 2007).
Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa dingin dengan suhu antara 15ºC-20ºC. Pada suhu dibawah 15ºC tanaman sawi cepat berbunga, sedangkan pada suhu diatas 20ºC tanaman sawi tidak akan berbunga (Sudirman, 2009).
Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1200 meter dpl. Namun biasanya tanaman sawi ini dibudidayakan didaerah berketinggian sekitar 100-200 mdpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut           (Haryanto dan Rahayu, 2008).
Menurut  Cahyono (2003)  kelembaban  udara  yang  sesuai  untuk  pertumbuhan  tanaman  sawi  yang  optimal  berkisar  antara  80-90%.  Sawi  termasuk  jenis  sayuran  yang  tahan  terhadap  hujan,  sehingga  dapat  ditanam  pada  musim  hujan  dan  mampu  memberikan  hasil  yang  baik.
Sawi dapat ditanam daratan tinggi ataupun rendah. Akan tetapi umumnya sawi diusahakan oleh orang yang hidup didaratan rendah yaitu, didaerah pekarangan, ladang, atau sawah. Tanaman sawi jarang sekali dibudidayakan didaerah dataran tinggi seperti daerah pegunungan (Syarifah, 2009).
Tanah
            Tingkat  keasaman (Ph) tanah  yang  baik  untuk  tanaman  sawi  adalah  antara 6-7. Pada  saat  melakukan  penanaman  sebaiknya  dilakukan  pengukuran  Ph  tanah,  sehingga  apabila  Ph  tanah  tidak  sesuai  maka  dilakukan  pengapuran. Tujuan  pengapuran  adalah  untuk  menaikkan  atu  menurunkan  Ph  tanah  agar  sesuai  dengan  Ph  tanah  untuk  penanaman  sawi             (Zulkarnain,  2013).
            Walaupun  dapat  ditanam  pada  berbagai  jenis  tanah,  tanaman  sawi  lebih  cocok  ditanam  pada  tanah  lempung  berpasir  seperti  jenis  tanah  andosol.  Sifat  biologis  tanah  yang  baik  untuk  pertumbuhan  sawi  adalah  tanah  yang  mengandung  banyak  unsur hara.  Tanah  yang  memiliki  banyak  jasad  renik  atau  organism  pengurai  dapat  meningkatkan  pertumbuhan  tanaman (Cahyono,  2003).
            Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga seara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Disamping itu, kondisi tanah yang masam dapat menjadi racun bagi tanaman sehingga dengan demikian jika sawi ditanam dengan kondisi terlalu masam tanaman akan menderita penyakit kronis dengan menunjukan gejala dalam berbintik-bintik kuning dan urat-urat berwarna, pengganggu dari daun berukuran kecil bagian tepi daun berkeriput         (Lakmana, 2011).
            Tanaman  sawi  dapat  dibudidayakan  pada  berbagai  ketinggian  tempat.  Sawi  juga  memiliki  toleransi  yang  baik  terhadap  lingkungannya.  Namun,  kebanyakan  daerah  penghasil  sawi  berada  di ketinggian 100-500 mdpl  (Zulkarnain, 2013).
Media  Tanam
Pemilihan  media  tanam  yang  tepat  akan  memberikan  pengaruh  yang  baik  terhadap  pertumbuhan  tanaman.  Kondisi  kesuburan  media  tanam  perlu  dikelola  agar  dapat mampu   optimal  menyokong  pertumbuhan  tanaman  sampai  panen. Salah  satu  media  tanam  yang  sampai  saat  ini  mudah  diperoleh  yaitu  tanah.  Peningkatan  kesuburan  tanah  sebagai  media  dapat  dilakukan  dengan  menambahkan  bahan  organik  lainnya  sebagai  campuran  baik  saat  penyiapan  media  sebelum  penanaman  maupun  saat  berlangsungnya  pertumbuhan  tanaman.  Penambahan  bahan  organik  dapat  dilakukan  dengan  memanfaatkan  limbah  organik  yang  tersedia,  misalnya  arang  sekam  dan  serbuk  gergaji.  Penambahan  arang  sekam  pada  tanah  dapat  memberikan  hasil  produksi  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  tanpa  arang  sekam        (Gustia,  2013).
Berbagai  komposisi  media  tanam  masing-masing  memiliki  kandungan  yang  berbeda-beda.  Jenis-jenis  media  tanam  antara  lain  pasir,  tanah,  pupuk kandang,  sekam  padi, serbuk  gergaji  dan  sabut  kelapa. Bahan-bahan  tersebut  mempunyai  karakteristik  yang  berbeda-beda  sehingga  perlu  dipahami  agar  media  tanam  tersebut sesuai  dengan  jenis  tanaman. Untuk  mengatasi  kelemahan tanah sebagai  media  tanam  sebaiknya  dikombinasikan  dengan  pasir  dan  pupuk kandang  atau  pasir  dan  sekam  padi  dengan  perbanddingan  1:1 (Nurhalisyah,  2007). Selanjutnya  Supriyanto  dkk (2006),  mengemukakan  media  tanam  yang  baik  harus  mempunyai  sifat  fisik  yang  baik,  lembab,  berpori,  drainase baik. 
Umumnya, tanaman sawi dibudidayakan pada lahan terbuka. Tanaman sawi untuk pertumbuhannya menginginkan tanah yang gembur, banyak mengandung humus (subur) dan drainasenya yang baik. Sedangkan, derajat keasamannya (pH) yang dikehendaki tanaman sawi adalah 6-7                    (Hendro Sunarjono, 2011: 80).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2017 sampai dengan selesai. Adapun tempat dilaksanakannya percobaan ini adalah di polybag     masing–masing praktikan di Praktikum Dasar Agronomi, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih tanaman sawi sebagai bahan tumbuh, tanah sebagai media tanam yang akan digunakan, pasir sebagai bahan tanam yang akan digunakan, air yang akan digunakan untuk menyiram tanaman, kompos sebagai media tanam yang akan digunakan dan sebagai sumber hara tanaman.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul yang digunakan untuk mengaduk/mencampurkan kompos dengan topsoil dan pasir; ember yang berfungsi sebagai tempat takaran kompos, topsoil, dan pasir; polybag adalah alat yang digunakan sebagai wadah tempat penanaman sawi; gembor untuk menyiram sawi; penggaris untuk mengukur tinggi sawi setiap minggu; alat tulis adalah alat untuk mencatat data hasil pengamatan tanaman sawi.
Metode Percobaan
            Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
Jumlah tanaman/polibag          : 1 tanaman
1.      Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam menjalani percobaan.
2.      Dibersihkan material media tanam dari sampah dan akar-akar tanaman gulma yang mati.
3.      Dicampurkan semua bahan yang digunakan untuk media tanam dengan komposisi 2:2:1 yaitu kompos, topsoil, dan pasir.
4.      Dimasukan campuran media tanam kedalam polybag seberat 1,5 kg lalu didiamkan selama seminggu.
5.      Disemai tanaman sawi selama kurang lebih 1 minggu dalam bak kecambah
6.      Disiram tanah yang ada didalam polibag agar tidak kering
7.      Dipindahkan tananan sawi ke dalam polibag yang telah dilubangi secukupnya setelah daun sawi tumbuh kira kira 2 helai
8.      Disiramnya tanaman sawi setelah pindah tanam
9.      Diletakkan tanaman sawi didaerah yang tidak langsung kena sinar matahari dan tidak juga ternaungi
10.  Dilakukan penyiraman 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan memakai semprotan
11.  Disiramnya tanaman sawi tanpa semprotan setelah batang tanaman mulai kuat

 
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk percobaan ini adalah berupa top soil, kompos, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Media tanam dicampurkan dan diaduk hingga semuanya tercampur dengan merata. Persiapan ini dilakukan sebelum penanaman benih dilakukan.
Penanaman Benih                                  
Sebelum penanaman dilakukan, benih sawi ditanam didalam bak kecambah dan diberikan air secukupnya setiap hari dan benih menerima cahaya matahari yang cukup sebelum dipindah tanamkan tetapi tidak terkena cahaya matahari langsung.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari setelah tanaman ditanam. Penyiraman  ini dilakukan minimal satu kali sehari agar pertumbuhan tanaman normal. Penyiraman dilakukan secukupnya jangan sampai polybag tergenang air yang bisa menyebabkan busuk pada benih sawi.
Peubah Amatan.
Tinggi Tanaman (cm)
            Pengukuran tinggi tanaman  diamati setelah 2 MST dengan interval pengataman satu minggu sekali.
Jumlah Daun (helai)
            Data jumlah daun diambil satu minggu sekali dan perhitungan jumlah daun tanaman dimulai pada saat tanaman telah berumur 2MST
Bobot Tanaman  (g)
            Bobot tanaman sawi dapat dihitung dengan menimbang sawi yang sudah dipanen mulai dari batang hingga daunnya dari masing – masing sampel tanaman menggunakan timbangan.

 HASIL  DAN  PEMBAHASAN
Hasil
            Hasil dari percobaan yang dilakukan pada awal penanaman 13 Mei 2017 dan diakhiri dengan pemanenan pada 2 Juni 2017.
Tabel I. Parameter Tinggi Tanaman Sawi (cm)

Pengamatan tanaman
MST
1
2
3
4
5
6
1
4
      5,5
6,2
7,3
10
15,4

Tabel II. Parameter Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai)
Pengamatan tanaman
MST
1
2
3
4
5
6
1
2
2
2
3
3
4

Tabel III. Bobot Tanaman Sawi (g)
Jumlah sampel sawi
Bobot tanaman sawi
1 sampel sawi
11

Pembahasan
            Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada tanaman sawi penggunaan media tanam top soil, kompos, dan pasir dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawi di polybag seperti pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi yang mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan literatur Gustia (2013) yang mengatakan bahwa jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang digunakan harus mempunyai campuran  bahan  organik  tertentu yang dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan percobaan yang diamati diperoleh tiga jenis hasil pendataan, yaitu :
1.             Tabel pertama mendata tinggi tanaman sawi dalam satuan cm. Pada minggu pertama setinggi 4 cm, minggu kedua setinggi 5,5 cm, minggu ketiga setinggi 6,2 cm, minggu keempat setinggi 7,3 cm,  minggu  kelima setinggi 10 cm dan minggu keenam setinggi 15,4 cm.
2.             Tabel kedua mendata jumlah daun pada tanaman sawi. Pada minggu pertama jumlah daun sebanyak 2 helai, minggu kedua sebanyak 2 helai, minggu ketiga sebanyak 3 helai, minggu keempat sebanyak 5 helai, minggu kelima sebanyak 7 helai.
3.             Tabel ketiga adalah data berat bobot basah tanaman sawi dalam satuan gram yaitu 13 gram.
Saran
            Dalam hal melakukan percobaan tanaman sawi haruslah mengetahui seberapa besar intensitas cahaya matahari yang diperlukan agar tanaman sawi dapat tumbuh secara optimal setiap harinya. Praktikan juga harus selalu menjaga volume air didalam tanah (polybag) agar air tidak membanjirin tanah karena jika air yang diberikan terlalu banyak dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sawi. Pada saat pengambilan data pengamatan setiap minggunya, haruslah dilakukan dengan teliti agar data yang diambil dapat secara tepat dan akurat, dan juga tidak merusak daun-daun tanaman sawi (tersobek).