Senin, 18 Juni 2018

EKOLOGI MANUSIA



BAB  II 
ISI
FENOMENA DINAMIKA SOSIAL PERTANIAN MASYARAKAT DESA HUTAGURGUR
Desa hutagurgur merupakan salah satu desa yang berada di kec.Sipahutar, kab.Tapanuli Utara. Desa ini berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Potensi alam yang dimiliki yaitu  luasnya lahan kering untuk dijadikan lahan pertanian baru  dengan membangun irigasi ditambah kebun-kebun kopi yang cukup menjanjikan. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian masyarakat di pedesaan didominasi oleh sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Di desa Hutagurgur, kondisi kemiskinan tidak ada yang mencolok. Hal ini dikarenakan masih eratnya ikatan tali persaudaraan anggota masyarakatnya. Atau kata lainnya rasa kekeluargaan itu masih sangat erat. Jadi, jika seseorang tidak mempunyai hasil dari ladang, atau mengalami keterpurukan ekonomi, maka warga akan prihatin dan pasti membantunya.
            Biasanya, masyarakat petani di desa ini mempunyai lahan kepemilikan tersendiri, yang merupakan warisan dari nenek moyang (oppung)  tanpa adanya campur tangan dari pemerintah. hasil pertanian di desa ini didominasi oleh padi, nenas dan kopi. Hasil pertanian dari desa hutagurgur hanya menyumbang sedikit untuk komodoti pertanian kabupaten. Hal ini bukan disebabkan karena lahan yang terbatas atau tidak adanya campur tangan pemerintah. hal ini terjadi karena “kemalasan”
            Mengapa saya katakan demikian? Hal inilah yang menjadi fenomena dinamika sosial yang akan saya kaji pada makalah ini. Kebiasaan masyarakat desa hutagurgur terutama kaum laki-laki selalu berada di warung dan kaum ibu lah yang pergi ke ladang. Mereka akan menghabiskan waktunya untuk berada disana dan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak terpuji, seperti: merokok, minum bir atau tuak, mengobrol panjang lebar untuk membahas masalah-masalah politik yang memang bukan urusan mereka dan menurut saya tidak berguna. Bahkan, sangat tak jarang juga bapak-bapak itu berjudi. Padahal, jika mereka pergi ke ladang atau melakukan pekerjaan lain, betapa bahagianya keluarga yang harusnya di tanggungjawabi mereka dan betapa berharganya waktu yang telah diberikan Tuhan dan yang seharusnya patut untuk disyukuri.
            Sangat banyak dampak yang diakibatkan oleh kebiasaan seperti ini. Kebahagiaan keluarga terutama anak-anak akan hilang. Seringkali biaya yang seharusnya digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk pendidikan dialihkan untuk keperluan yang tak jelas diwarung. Jika uang yang untuk kebutuhan keluarga sudah tidak ada, anak dan istri mau makan apa? Bagaimana seorang anak mendapatkan pendidikan yang layak?. Padahal seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak serta pendidikan  dan hal itu merupakan kewajiban orang tua dalam memenuhinya. Bagaimana nanti masa depannya? Apakah mereka hanya akan mencari sesuap nasi guna bertahan hidup tetapi tidak mendapat penghidupan yang layak?
            Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan pertanian. Jangankan kemajuan pertanian, perekonomian negara juga terpengaruh, kesehjahteraan sosial juga terpengaruh, kemajuan tekhnologi juga terpengaruhi dan menurut saya, semua aspek kehidupan pasti akan terpengaruh. Hal yang terutama dalam bernegara adalah pembenahan diri dalam keluarga. Jika dari keluarga pembenahan diri tidak ada, maka hal yang seharusnya sedemikian kecil ini bukan lagi urusan pemerintah. Jika angka kemiskinan meningkat akibat hal demikian, pemerintah juga pasti akan repot dan kewalahan atau “menambahi kerjaan”. Yang seharusnya mengkaji masalah internasional, diberatkan lagi dengan masalah sosial dari dalam negara.. Pengeluaran ekonomi juga bertambah untuk membantu masyarakat miskin, masalah kriminalitas bertambah, dan banyak hal negatif lainnya.
            Kodrat seorang laki-laki terutama jika ia berprofesi sebagai ayah adalah sebagai tulang punggung keluarga. Dan memang tenaga laki-laki dengan perempuan itu berbeda. Dari hasil penelitian juga membuktikan bahwa tingkat intelegency laki-laki lebih tinggi dari seorang perempuan. Perempuan bisa unggul dari laki-laki itu bukan karena kemampuan yang ia miliki tetapi karena kegigihan. Hal inilah yang seharusnya disyukuri laki-laki, bahwa mereka memang jauh lebih hebat dibandingkan dengan perempuan. Tapi jika kejadiannya seperti permasalahan diatas, laki-laki berada di warung, perempuan pergi ke ladang atau ke sawah, bagaimana kira-kira perbandingan hasil dari produktifitasnya? Jika seorang laki-laki sadar akan apa tanggung jawab dan kewajibannya, peduli dengan keadaan pertanian di ladang, mempelajari segala hal yang berkaitan dalam upaya memajukan pertanian, tidakkah pertanian itu maju? Apalagi di desa ini, keadaan lingkungan sangat mendukung pertanian. Lahan luas, perairan cukup, udara tidak panas dan juga tidak terlalu dingin, transportasi lengakp, subsidi bibit besar dar pemerintah, pemerintah daerah pro terhadap pertanian. Nah, yang paling dibutuhkan hanya 1, yaitu kesadaran.            Kesadaran akan tanggung jawab, kesadaran akan hidup, kesadaran atas kemampuan yang patut disyukuri, kesadaran dalam bernegara, kesadaran akan betapa baiknya Tuhan memberikan hidup dan rezeki melalui pertanian.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
·         Keadaan lingkungan di desa hutagurgur sangat mendukung pertanian, baik itu lahan kering, maupun persawahan.
·         Kendala kemajuan pertanian desa Hutagurgur diakibatkan karena kebiasaan laki-laki berada di warung.

Saran
·         Dibutuhkan kesadaran laki-laki penduduk desa hutagurgur terutama kaum bapak dalam memajukan pertanian
·         Dibutuhkan penyuluhan desa hutagurgur, dengan harapan memberikan motivasi agar kesadaran itu tumbuh dan berkembang, baik dari kalangan umum maupun dari kalangan pemerintah
·         Dibutuhkan peran pemerintah yang bukan hanya subsidi atau membantu perekonomian saja, tetapi juga pembinaan pengubahan mindset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar