BAB II
ISI
FENOMENA
DINAMIKA SOSIAL PERTANIAN MASYARAKAT DESA HUTAGURGUR
Desa hutagurgur
merupakan salah satu desa yang berada di kec.Sipahutar, kab.Tapanuli Utara. Desa
ini berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas
permukaan laut. Potensi alam yang dimiliki yaitu luasnya lahan kering untuk dijadikan lahan
pertanian baru dengan membangun irigasi
ditambah kebun-kebun kopi yang cukup menjanjikan. Sesuai
dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian masyarakat di
pedesaan didominasi oleh sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan
dan perkebunan rakyat. Di desa Hutagurgur, kondisi kemiskinan tidak ada yang
mencolok. Hal ini dikarenakan masih eratnya ikatan tali persaudaraan anggota
masyarakatnya. Atau kata lainnya rasa kekeluargaan itu masih sangat erat. Jadi,
jika seseorang tidak mempunyai hasil dari ladang, atau mengalami keterpurukan
ekonomi, maka warga akan prihatin dan pasti membantunya.
Biasanya,
masyarakat petani di desa ini mempunyai lahan kepemilikan tersendiri, yang
merupakan warisan dari nenek moyang (oppung)
tanpa adanya campur tangan dari pemerintah. hasil pertanian di desa ini
didominasi oleh padi, nenas dan kopi. Hasil pertanian dari desa hutagurgur
hanya menyumbang sedikit untuk komodoti pertanian kabupaten. Hal ini bukan
disebabkan karena lahan yang terbatas atau tidak adanya campur tangan
pemerintah. hal ini terjadi karena “kemalasan”
Mengapa
saya katakan demikian? Hal inilah yang menjadi fenomena dinamika sosial yang
akan saya kaji pada makalah ini. Kebiasaan masyarakat desa hutagurgur terutama
kaum laki-laki selalu berada di warung dan kaum ibu lah yang pergi ke ladang.
Mereka akan menghabiskan waktunya untuk berada disana dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang tidak terpuji, seperti: merokok, minum bir atau tuak,
mengobrol panjang lebar untuk membahas masalah-masalah politik yang memang
bukan urusan mereka dan menurut saya tidak berguna. Bahkan, sangat tak jarang
juga bapak-bapak itu berjudi. Padahal, jika mereka pergi ke ladang atau
melakukan pekerjaan lain, betapa bahagianya keluarga yang harusnya di
tanggungjawabi mereka dan betapa berharganya waktu yang telah diberikan Tuhan
dan yang seharusnya patut untuk disyukuri.
Sangat
banyak dampak yang diakibatkan oleh kebiasaan seperti ini. Kebahagiaan keluarga
terutama anak-anak akan hilang. Seringkali biaya yang seharusnya digunakan
untuk keperluan rumah tangga dan untuk pendidikan dialihkan untuk keperluan
yang tak jelas diwarung. Jika uang yang untuk kebutuhan keluarga sudah tidak
ada, anak dan istri mau makan apa? Bagaimana seorang anak mendapatkan
pendidikan yang layak?. Padahal seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan
penghidupan yang layak serta pendidikan
dan hal itu merupakan kewajiban orang tua dalam memenuhinya. Bagaimana
nanti masa depannya? Apakah mereka hanya akan mencari sesuap nasi guna bertahan
hidup tetapi tidak mendapat penghidupan yang layak?
Tentu
hal ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan pertanian. Jangankan kemajuan
pertanian, perekonomian negara juga terpengaruh, kesehjahteraan sosial juga
terpengaruh, kemajuan tekhnologi juga terpengaruhi dan menurut saya, semua
aspek kehidupan pasti akan terpengaruh. Hal yang terutama dalam bernegara
adalah pembenahan diri dalam keluarga. Jika dari keluarga pembenahan diri tidak
ada, maka hal yang seharusnya sedemikian kecil ini bukan lagi urusan
pemerintah. Jika angka kemiskinan meningkat akibat hal demikian, pemerintah
juga pasti akan repot dan kewalahan atau “menambahi kerjaan”. Yang seharusnya
mengkaji masalah internasional, diberatkan lagi dengan masalah sosial dari
dalam negara.. Pengeluaran ekonomi juga bertambah untuk membantu masyarakat
miskin, masalah kriminalitas bertambah, dan banyak hal negatif lainnya.
Kodrat
seorang laki-laki terutama jika ia berprofesi sebagai ayah adalah sebagai
tulang punggung keluarga. Dan memang tenaga laki-laki dengan perempuan itu
berbeda. Dari hasil penelitian juga membuktikan bahwa tingkat intelegency
laki-laki lebih tinggi dari seorang perempuan. Perempuan bisa unggul dari
laki-laki itu bukan karena kemampuan yang ia miliki tetapi karena kegigihan.
Hal inilah yang seharusnya disyukuri laki-laki, bahwa mereka memang jauh lebih
hebat dibandingkan dengan perempuan. Tapi jika kejadiannya seperti permasalahan
diatas, laki-laki berada di warung, perempuan pergi ke ladang atau ke sawah,
bagaimana kira-kira perbandingan hasil dari produktifitasnya? Jika seorang
laki-laki sadar akan apa tanggung jawab dan kewajibannya, peduli dengan keadaan
pertanian di ladang, mempelajari segala hal yang berkaitan dalam upaya
memajukan pertanian, tidakkah pertanian itu maju? Apalagi di desa ini, keadaan
lingkungan sangat mendukung pertanian. Lahan luas, perairan cukup, udara tidak
panas dan juga tidak terlalu dingin, transportasi lengakp, subsidi bibit besar
dar pemerintah, pemerintah daerah pro terhadap pertanian. Nah, yang paling
dibutuhkan hanya 1, yaitu kesadaran. Kesadaran
akan tanggung jawab, kesadaran akan hidup, kesadaran atas kemampuan yang patut
disyukuri, kesadaran dalam bernegara, kesadaran akan betapa baiknya Tuhan
memberikan hidup dan rezeki melalui pertanian.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
·
Keadaan lingkungan di
desa hutagurgur sangat mendukung pertanian, baik itu lahan kering, maupun
persawahan.
·
Kendala kemajuan
pertanian desa Hutagurgur diakibatkan karena kebiasaan laki-laki berada di
warung.
Saran
·
Dibutuhkan kesadaran
laki-laki penduduk desa hutagurgur terutama kaum bapak dalam memajukan
pertanian
·
Dibutuhkan penyuluhan
desa hutagurgur, dengan harapan memberikan motivasi agar kesadaran itu tumbuh
dan berkembang, baik dari kalangan umum maupun dari kalangan pemerintah
·
Dibutuhkan peran
pemerintah yang bukan hanya subsidi atau membantu perekonomian saja, tetapi
juga pembinaan pengubahan mindset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar