BAB
I
PENGANTAR
1.1 PENDAHULUAN
Lingkungan
bisnis dari beberapa tahun terakhir ini banyak mengalami perubahan yang
menyebabkan adanya modifikasi yang signifkan dalam praktik manajemen suatu
perusahaan. Perusahaan memilih untuk melakukan perubahan disebabkan adanya
suatu tekanan persaingan yang ketat dari kompetitornya. Perubahan secara
revolusioner baik itu dalam peningkatkan kompetisi global, kecanggihan
teknologi informasi, dan reorganisasi manajeman kadang ditempuh oleh perusahaan
demi terwujudnya stabilitas posisi perusahaan.
Secara
garis besar tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh tingkat keuntungan
yang maksimal serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar dapat bertahan
dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini bisa terwujud jika manajemen
perusahaan dapat mengefisiensikan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam perusahaan secara maksimal, serta harus
di dukung pula oleh strategi pengambilan keputusan yang tepat. Berhasil tidaknya
keputusan yang diambil oleh perusahaan bisnis ditandai dengan kecenderungan
perolehan tingkat keuntungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Manajemen khususnya bagian akuntansi harus secara tepat mengelola data keuangan
yang ada agar bisa diperoleh informasi yang akurat mengenai besarnya laba
sesungguhnya. Sebelum menghitung besar kecilnya perolehan keuntungan, maka
terlebih dahulu perusahaan harus mengetahui harga pokok produksinya.
Perhitungan harga pokok produksi ini di pandang penting karena akan di jadikan
pedoman dalam menentukan harga jual.
Sehubungan
dengan pentingnya penentuan harga pokok produksi agar diperoleh data yang
akurat dan tidak terjadi kesalahan, maka diperlukan alat yang tepat dalam
menentukan harga pokok produksi. Alat tersebut adalah akuntansi biaya.
Akuntansi biaya memberikan informasi penting bagi para manajer untuk
merencanakan, mengendalikan, dan juga menentukan biaya atas produk yang
dihasilkan. Menentukan harga pokok produksi menggunakan akuntansi
biaya tradisional dinilai tidak sesuai ketika diterapkan dengan perusahaan
manufaktur yang mempunyai keanekaragaman produk yang tinggi. Biaya produk yang
dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya
yang terdistorsi. Dikatakan terdistorsi karena dalam sistem akuntansi
tradisional mengasumsikan bahwa produk individual menyebabkan timbulnya biaya
dan kemudian menghitung biaya berdasarkan konsumsi biaya yang berhubungan
dengan unit produk.
Seiring
dengan semakin kompleksnya perusahaan manufaktur serta didorong oleh
perkembangan teknologi yang semakin maju, maka metode tradisional ini dianggap
tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam memperoleh informasi
biaya secara relevan dan akurat. Pada tahun 1980-an metode Activity Based Costing System (ABC system) menjadi bahan pembicaraan yang menarik oleh kalangan
akademik, konsultan dan para manajer karena dianggap mampu menutupi kelemahan
metode alokasi biaya tradisional yang pengalokasian overhead ke produk hanya menggunakan satu pemicu volume sensitive (volume-sensitive driver) saja.
Activity Based Costing System (ABC system)
merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang digunakan oleh
manajemen dalam mengelola perusahaan bisnis. Activity Based Costing System (ABC system) pengelolaan bisnisnya berdasarkan aktivitas. Informasi
tentang aktivitas diukur, dicatat, dan disediakan dalam shared database. Penerapan sistem ini bersifat kontemporer yang
didesain untuk dapat diterapkan dalam berbagai jenis perusahaan baik itu manufaktur,
jasa, maupun dagang yang memiliki keanekaragaman jenis produk.
Perusahaan Makaroni Mr.Jono merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang Industi Makanan. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Seram
No.25 Pematang Siantar. Alasan pemilihan Perusahaan Makaroni Mr.Jono sebagai
obyek penelitian karena dalam pengalokasian biaya overhead pabrik masih menggunakan sistem tradisional, yaitu dengan
membebankan biaya overhead pabrik
berdasarkan jumlah unit yang diproduksi sebagai biayanya, sehingga hasil perhitungan harga pokok
produksi menjadi tidak akurat.
1.2 KAJIAN PUSTAKA
1.
Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut Mulyadi (2005:23) adalah “dalam arti luas biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pendapat
tersebut diperjelas kembali oleh Carter dan Usry (2009:30) yang menyatakan
bahwa “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, dan pengorbanan untuk memperoleh
manfaat”. Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi
biaya dan terdapat 4 unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu:
a.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
b.
Pengorbanan
yang dilakukan adalah untuk memperoleh pendapatan atau barang dan jasa.
c.
Diukur
dalam satuan uang.
d.
Manfaatnya
adalah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, serta untuk tujuan
tertentu.
2.
Akuntansi
Biaya
Akuntansi biaya mempunyai beberapa pengertian,
diantaranya menurut Bustami, Bastian, dan Nurlela (2007:2) yang mengemukakan
bahwa “akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana
cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan”.
Menurut Horngren, Foster, dan Datar (2006:3) “akuntansi biaya mengukur,
menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang terkait
dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi
biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi keuangan maupun
manajemen dalam mengukur dan melaporkan setiap
informasi yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber
daya dalam suatu organisasi. Akuntansi biaya tidak hanya menyajikan perhitungan
biaya persediaan dan harga pokok penjualan dalam penyajian laporan laba rugi,
tetapi merupakan pelengkap dalam manajemen.
3.
Sistem
Akuntansi Biaya Tradisional
Menurut Mulyadi (2003:149) “akuntansi tradisional adalah akuntansi biaya
yang didesain untuk perusahaan manufaktur dan yang berorientasi ke penentuan
kos produk dengan fokus biaya pada tahap produksi”, sedangkan Erlina (2002:4)
menerangkan bahwa “dalam sistem biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke
produk digunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level drivers), karena ini merupakan faktor yang menyebabkan
perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi”. Berdasarkan
kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya tradisional
adalah sistem akuntansi yang menggunakan pendekatan volume based costing, dimana biaya ditelusuri ke produk karena tiap
unit produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya yang digunakan. Metode
konvensional dapat mengukur penggunaan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk secara
akurat, akan tetapi beberapa sumber daya organisasi muncul untuk aktivitas yang
tidak relevan dengan jumlah fisik unit yang diproduksi, Jadi untuk beberapa
alokasi biaya produk yang diproduksi tidak tepat karena beberapa produk tidak
mengkonsumsi sumber daya yang ada.
4.
Activity Based Costing System (ABC system)
Pengertian Activity Based Costing
System (ABC system) menurut
Garisson dan Noreen (2006:342) adalah “metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi
manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. ABC juga digunakan sebagai elemen activity- based management, yaitu
pendekatan menejemen yang fokus pada aktivitas”. Carter (2009:528) menerangkan
bahwa Activity Based Costing System (ABC
system) merupakan “suatu sistem
perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan
dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume related factor)”. Menambahkan
kedua pengertian tersebut Mulyadi (2003:53) menjelaskan bahwa Activity Based Costing System (ABC system) adalah “sistem informasi biaya
berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personil dalam melakukan
pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui aktivitas”.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing System (ABC system) adalah salah satu metode yang
digunakan dalam menghitung biaya berdasarkan aktivitas. perhitungan yang
dihasilkan akan bermanfaat bagi manajemen untuk menelusuri keterangan mengenai
aktvitas apa saja yang diperlukan dan yang tidak diperlukan perusahaan dalam
proses produksi.
1.
Komponen Dasar Activity Based Costing System (ABC System)
Komponen dasar yang digunakan dalam Activity
Based Costing System (ABC system)adalah
sebagai berikut :
a. Aktivitas (activity)
b. Cost
Pool
c. Cost
Driver
d.
Objek
Biaya (Cost Object)
e. Resource
driver
2.
Tingkatan
Biaya dan Pemicu
Cost driver atau pemicu
biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara stuktural berbeda dengan yang digunakan dalam
system biaya konvensional. Sistem konvensional cost driver hanya dilihat pada tingkat unit. Activity Based Costing System (ABC system) terdapat beberapa cost
driver, yaitu :
a.
Unit level cost
Menurut Carter dan Usry (2009:529) Biaya tingkat unit (unit level cost) adalah “biaya yang
pasti akan meningkat ketika satu unit diproduksi. Biaya ini adalah satu-satunya
biaya yang selalu dapat dengan akurat dibebankan secara proporsional terhadap
volume. Contoh-contoh dari biaya tingkat unit mencakup biaya listrik, biaya
pemasaran, dan biaya petugas inspeksi”.
b.
Batch level cost
Menurut Carter dan Usry (2009:530) biaya tingkat batch (batch level cost) adalah “biaya yang
disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh dari biaya
batch mencakup biaya persiapan dan sebagian besar dari biaya penanganan bahan baku”.
a. Product
level cost
Menurut Carter dan Usry (2009:531) biaya tingkat
produk atau (product level cost)
adalah “ biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang
dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan
dari satu batch atau satu unit lebih
banyak. Beberapa contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya desain produk,
biaya pengembangan produk, biaya pembuatan prototipe”.
b. Plant
level cost
Menurut Carter dan Usry (2009:531) biaya tingkat
pabrik (plant level cost) adalah
“biaya untuk memelihara kapasitas dilokasi produksi. Contoh dari biaya tingkat
pabrik mencakup sewa, penyusutan, pajak properti, dan asuransi untuk bangunan
pabrik”.
5.
Perbedaan antara Activity
Based Costing System (ABC System) dengan Sistem Biaya Tradisional
Activity Based Costing system (ABC system)
mengalokasikan biaya menurut aktivitasnya. Pengalokasian biaya overhead pabrik
dibebankan ke cost pool atau pusat
aktivitas dan proses pembebanan biaya terdiri dari tiga tahap. Pertama biaya
ditelusuri ke driver sumber daya yang
sifatnya sama atau serupa kemudian dibebankan ke cost pool atau yang biasa disebut pusat aktivitas. Kedua tarif overhead pabrik dihitung untuk setiap
aktivitas berdasarkan driver aktivitasnya.
Tahap yang ketiga yaitu biaya overhead pabrik
dibebankan ke setiap produk dengan cara mengalikan tarif overhead pabrik dengan kuantitas driver aktivitas yang digunakan untuk proses produksi. Proses kedua
dan ketiga inilah yang menjadi perbedaan utama antara sistem ABC dengan sistem
perhitungan secara tradisional.
BAB
II
METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian adalah metode deskriptif, dengan pendekatan studi kasus. Menurut Narbuko dan Ahmadi (2003:44) penelitian deskriptif yaitu “penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data- data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi”. Pendekatan studi kasus adalah suatu usaha untuk menemukan gagasan- gagasan baru dengan menghubungkan variabel-variabel yang kemudian diuji secara mendalam dalam panelitian yang bersifat eksploratif. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto (2002:315) bahwa pendekatan studi kasus adalah “penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya maka penelitian studi kasus ini meliputi daerah atau subyek yang sempit, tetapi apabila ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam”.
2.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi studi dalam penelitian, sehingga objek yang diteliti tidak terlalu luas dan terkonsentrasi pada elemen-elemen yang akan diteliti. Sesuai dengan judul penelitian, maka fokus penelitian pada skripsi ini meliputi :
a. Harga pokok produksi dengan metode tradisional yang meliputi keseluruhan biaya pada setiap jenis barang yang diproduksi.
b. Activity Based Costing System (ABC System) yang meliputi : Aktivitas, Resource Driver, Activity Driver, Activity Cost pool, Activity Driver Rate
c. Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System (ABC System)
2. 3. Lokasi Penelitian
Perusahaan Makaroni Mr.Jono berada di Jalan Seram No.25 Pematang Siantar.
2. 4. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan metode pengumpulan data. Data yang diperoleh dan diteliti merupakan gambaran fokus penelitian dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya yang diperoleh langsung dari narasumber atau dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan fokus penelitian yang akan dikaji. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder.
2. 5. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Hal ini dikarenakan proses dan hasil dari penelitian sangatlah tergantung pada kualitas dan kelengkapan dari data yang dikumpulkan. Metode penggumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Menurut Efferin, Darmajdi, dan Tan (2004:101) “dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dukumentasi yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian, atau data dari individu sebagai objek penelitian”. Pada intinya adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis, dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara mengumpulkan catatan-catatan yang menunjang proses penelitian. Data ini diperoleh langsung dari bagian personalia dan produksi.
2. 6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat penggumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman dokumentasi, yaitu untuk memperoleh data dokumen dan arsip laporan yang mendukung penelitian seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, job description-nya, produksi, dan proses produksinya,maupun dokumen pengeluaran biayanya.
2. 7. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengolah data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka akan dianalisis dengan menghitung dan diberi penilaian. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan Activity Based Costing System (ABC system) dalam pengalokasian biaya overhead pabrik BOP ke produk untuk menetukan harga pokok produksi, yaitu :
a. Activity based process costing
Activity based process costing yaitu dilakukan pembebanan seluruh sumber daya (employee resource dan expense resource) ke setiap aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya tersebut melalui direct tracing, driver tracing, atau alokasi. Dari proses pembebanan biaya ini diperoleh informasi total biaya setiap aktivitas (activity cost). Informasi total biaya setiap aktivitas ini dimanfaatkan untuk penilaian kinerja personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi konsumen.
Untuk lebih ringkasnya berikut adalah tahapan yang harus dilaksanakan untuk activity based process costing, yaitu:
1) Mengidentifikasi berbagai macam biaya.
2) Mengalokasikan biaya berdasarkan aktivitas
3) Menentukan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogeny.
4) Menetukan cost driver.
5) Menetukan tarif kelompok (pool rate).
b. Activity based object costing
Activity based object costing merupakan total biaya aktivitas yang dibebankan ke produk, rumus yang digunakan adalah dengan mengalikan activity driver rate dengan activity driver quantity. Pada tahap kedua ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pembebanan biaya aktivitas ke produk. Rumus yang digunakan untuk menghitung pembebanan biaya aktivitas ke produk :
Biaya yang dibebankan = activity driver rate x driver quantity
2) Menetapkan harga pokok produksi Menghitung harga pokok produksi caranya adalah menjumlahkan biaya aktivitas tiap-tiap kelompok masing- masing jenis produk. Biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Tahap selanjutnya peneliti membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang dihasilkan berdasarkan metode ABC system dan metode akuntansi biaya tradisional yang digunakan oleh Makaroni Mr.Jono dan kemudian menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan Makaroni
Mr.Jono didirikan pada tanggal 1 Mei 2018 dengan ijin usaha dari Departemen
Perindustrian Nomor 530.08/236/428.113/1992. Perusahaan Makaroni Mr.Jono
merupakan perusahaan perseorangan yang dipimpin oleh saudara Fachri Lesmana
yang berlokasi di Jalan Jalan Seram No.25 Pematang Siantar. Perusahaan ini
memiliki kebijaksanaan- kebijaksanaan sebagai berikut :
a. Perusahaan
membeli bahan baku langsung dari swalayan dan Pajak dengan memperhatikan secara
langsung kualitas dan kuantitasnya.
b. Perusahaan
menjual produknya langsung kepada konsumen dan juga melalui pihak distributor
seperti cafe, warung dan juga media sosial.
c. Penentuan
harga jual ditentukan pimpinan Perusahaan dengan memperhitungkan keuntungan
yang diperoleh.
3.2. Analisis dan Intepretasi Data
Pembebanan biaya
overhead pabrik pada produk dalam Activity Based Costing System (ABC system)
disesuaikan dengan aktivitas terjadinya biaya. Berikut ini adalah prosedur yang
digunakan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan Activity
Based Costing System (ABC system) :
a. Activity
Based Process Costing
Prosedur awal dalam
menerapkan Activity Based Costing System (ABC system) adalah dengan
menggolongkan berbagai aktivitas, menggolongkan biaya ke dalam pusat aktivitas dan menentukan cost driver dari pusat aktivitas.
Prosedur-prosedur tersebut akan diterapkan pada data biaya overhead Perusahaan
Makaroni Mr.Jono sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi
berbagai macam biaya.
Langkah awal dalam menerapkan Activity Based Costing System (ABC system) adalah dengan mengidentifikasi berbagai macam biaya yang
terjadi pada Perusahaan Makaroni Mr.Jono. Pengidentifikasian tersebut dilakukan
dengan cara mengklasifikasikan berbagai
macam biaya berdasarkan aktivitas- aktivitas biaya.
2)
Mengalokasikan
biaya berdasarkan aktivitas.
Terdapat dua tahap untuk membebankan sumber daya ke
aktivitas, yaitu identifikasi karakteristik sumber daya yang akan dibebankan ke
aktivitas dan menentukan cara pembebanan sumber daya ke aktivitas.
3)
Menentukan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen
4)
Mementukan
Pemicu Biaya. Berikut ini akan disajikan informasi tentang cost driver yang dipilih untuk Perusahaan Makaroni Mr.Jono:
a)
Jumlah
unit produksi
b)
Jumlah
work order
c)
Jumlah
Jam TKL
5)
Menentukan
Tarif Kelompok
b.
Activity Based Object Costing
Activity Based Object Costing merupakan proses perhitungan harga pokok produksi
berdasarkan konsumsi setiap produk terhadap aktivitas. Tahap ini merupakan
tahap terakhir dalam menetapkan harga pokok produksi dengan menggunakan metode
ABC system. Pembebanan biaya overhead pabrik ke masing-masing cost driver sesungguhnya oleh
masing-masing jenis produk dikalikan dengan tarif masing-masing
kelompok biaya (cost pool), sehingga
diperoleh biaya overhead pabrik untuk
masing-masing jenis produk. Berikut adalah penyajian data mengenai proses
perhitungan Activity Based Costing
System (ABC system) :
a.
Tabel 1 :
Perhitungan HPP dengan menggunakan sistem akuntansi tradisional
Keterangan
|
Super
Pedas
|
Pedas
|
Balado
|
BBQ
|
Jagung Bakar
|
Biaya
Bahan Baku
|
1.643.800
|
1.643.800
|
1.643.800
|
1.643.800
|
1.643.800
|
Biaya
TKL
|
200.000
|
200.000
|
200.000
|
200.000
|
200.000
|
Biaya
Overhead pabrik
|
1.380.000
|
1.380.000
|
1.380.000
|
1.380.000
|
1.380.000
|
Total Biaya Produksi
|
3.223.800
|
3.223.800
|
3.223.800
|
3.223.800
|
3.223.800
|
Harga Pokok Produksi
|
3.223.800
|
3.223.800
|
3.223.800
|
3.223.800
|
3.223.800
|
Sumber :
Data Diolah, 2018
b.
Tabel 2 :
Penggolongan Biaya ke dalam Pusat Aktivitas (cost pool) (dalam rupiah)
Penggelompokan Cost Pool
|
Cost Driver
|
Cost Pool
|
Aktivitas berlevel unit
Pool 1
Pemakaian Bahan Pembantu
|
Jumlah unit produksi
|
219.000
|
Aktivitas berlevel batch
Pool 2
Biaya Gaji Distribusi
|
Jumlah work order
|
500.000
|
Aktivitas berlevel fasilitas
|
||
Pool 1
|
||
Biaya BBM
|
Jumlah unit produksi
|
20.000
|
Pool 2
|
||
Biaya Telp, Air, Listrik
|
Jam TKL
|
200.000
|
Biaya THR
|
Jam TKL
|
500.000
|
Jumlah
|
1.439.000
|
Sumber :
Data Diolah, 2018
c.
Tabel 3 :
Menghitung Tarif Kelompok per Cost Driver
Cost Pool
|
Total Cost Pool (Rp)
|
Cost
|
Driver
|
Tarif Pool per Cost Driver (Rp)
|
||
Dasar pembebanan
|
Jumlah
|
Satuan
|
||||
A
|
b
|
c
|
d
|
e
|
f = b : d
|
|
1
|
219.000
20.000
|
Jumlah unit produksi
|
2400
|
pcs
|
99,58
|
|
239.000
|
||||||
2
|
500.000
|
Jumlah work order
|
4
|
Kali
|
100.000
|
|
3
|
1.000.000
|
Jumlah jam TKL
|
32
|
Jam
|
31.250
|
|
JML
|
1.739.000
|
131.349.58
|
||||
Sumber : Data Diolah, 2018
d.
Tabel 4 : Pembebanan Biaya overhead
untuk Setiap Produk
Pusat Aktivitas
|
Super pedas
|
Pedas
|
Balado
|
BBQ
|
Jagung
Bakar
|
Jumlah unit produksi
|
47.798,4
400.000
200.000
|
47.798,4
400.000
200.000
|
|||
480 x 99,58
|
47.798,4
|
||||
480 x 99,58
|
47.798,4
|
||||
480 x 99,58
480 x 99,58
480 x 99,58
|
47.798,4
|
||||
(Realisasi jumlah
produksi)
|
|||||
Jumlah work order
4 x 100.000
4 x 100.000
4 x 100.000
4 x 100.000
4 x 100.000
|
400.000
|
400.000
|
400.000
|
||
(Realisasi jumlah work order)
|
|||||
Jumlah jam TKL
|
|||||
6.4 x 31.250
|
200.000
|
||||
6.4 x 31.250
|
200.000
|
||||
6.4 x 31.250
6.4 x 31.250
6.4 x 31.250
|
200.000
|
||||
(Realisasi jam TKL)
|
|||||
Jumlah biaya overhead
|
647.798,4
|
647.798,4
|
647.798,4
|
647.798,4
|
647.798,4
|
sumber
: Data Diolah, 2018
e.
Perhitungan
HPP dengan menggunakan Activity Based
Costing System (ABC system)
Keterangan
|
Super Pedas
|
Pedas
|
Balado
|
BBQ
|
Jagung Bakar
|
Biaya Bahan Baku
|
1.643.800
|
1.643.800
|
1.643.800
|
1.643.800
|
1.643.800
|
Biaya TKL
|
200.000
|
200.000
|
200.000
|
200.000
|
200.000
|
Biaya Overhead pabrik
|
276.000
|
276.000
|
276.000
|
276.000
|
276.000
|
Total Biaya Produksi
|
2.119.800
|
2.119.800
|
2.119.800
|
2.119.800
|
2.119.800
|
Harga Pokok Produksi
|
2.119.800
|
2.119.800
|
2.119.800
|
2.119.800
|
2.119.800
|
Sumber
: Data Diolah, 2018
Berdasarkan
perhitungan beberapa tabel diatas yang menunjukkan bahwa terdapat selisih hasil
antara perhitungan akuntansi biaya tradisional dengan Activity Based Costing System (ABC System). Harga pokok produksi
menurut akuntansi biaya tradisional untuk masing-masing produk makaroni adalah sebesar Rp.3.223.800,
sedangkan hasil perhitungan harga pokok produksi menurut Activity Based Costing System (ABC System) untuk masing-masing
produk makaroni adalah sebesar Rp.2.119.800. Perbedaan hasil perhitungan kedua
sistem tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa semua produk makaroni yang
diproduksi oleh Perusahaan Makaroni Mr.Jono mengalami overcosting, artinya pembebebanan biaya yang dibebankan oleh
perusahaan terlalu tinggi. Masing-masing
produk makaroni mengalami overcosting sebesar
Rp. 1.104.000.
Menurut
teori bahwa pembebanan biaya yang tidak tepat akan menimbulkan terjadinya
distorsi biaya. Hal ini dikarenakan penggunaan sistem akuntansi biaya
tradisional hanya menggunakan pemicu biaya tunggal dalam pembebanan biaya overhead pabrik. Padahal dalam
kenyataannya setiap produk mempunyai proporsi yang berbeda dalam mengkonsumsi
biaya overhead pabrik. Kondisi
seperti ini, apabila tetap dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka
perusahaan akan mendapat resiko yang cukup serius. Resiko yang dimaksud adalah
kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pembebanan biaya overhead pabrik untuk setiap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Dampak domino selanjutnya adalah kesalahan dalam
menetapkan harga jual yang terlalu tinggi untuk keseluruhan produk terutama
untuk produk yang bervolume tinggi. Perhitungan biaya dengan Activity Based Costing System (ABC system) menghasilkan perhitungan yang
lebih akurat dalam menentukan harga pokok produksi dibanding sistem akuntansi
biaya tradisonal. Hal ini dikarenakan pembenanan biaya berdasarkan aktivitas
dan menggunakan beberapa pemicu biaya. Informasi mengenai Activity Based Costing System (ABC system) ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan
dalam mengambil keputusan khususnya dalam menghitung harga pokok produksi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik pada
penelitian ini adalah :
a. Penetapan harga pokok produksi yang diterapkan oleh
Perusahaan Rokok Djagung Prima Malang masih menggunakan sistem akuntansi biaya
tradisional, dimana dasar pembebanan biaya overhead pabrik hanya menggunakan
pemicu biaya tunggal. Sistem tersebut apabila diterapkan akan mengakibatkan
distorsi biaya dalam penetapan harga pokok produksi. Dampak dari distorsi biaya
adalah terjadinya pembebanan biaya yang terlalu tinggi (overcosting) untuk
kesemua produk yaitu, makaroni Super Pedas, Makaroni Pedas, Makaroni Balado,
Makaroni BBQ dan Makaroni Jagung Bakar.
b. Informasi yang diperoleh berdasarkan system akuntansi
biaya tradisional yang biasa digunakan oleh perusahaan tidak lagi akurat dalam
penetapan biaya overhead pabrik. Ketidakakuratan ini dapat menyebabkan
kesalahan bagi managemen perusahaan dalam mengambil keputusan yang dampaknya
dapat mempengaruhi harga jual produk.
c. Perusahaan perlu mengambil tindakan untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan dan solusi yang bisa diambil adalah
dengan menerapkan sistem baru, yaitu Activity Based Costing System ( ABC system).
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti sesuai dengan bab
IV, yaitu dengan membandingkan perhitungan harga pokok produksi menurut sistem
akuntansi biaya tradisional dengan Activity Based Costing System (ABC system)
yang hasilnya adalah kesemua produk makaroni yang diproduksi oleh Perusahaan
Makaroni Mr.Jono mengalami overcosting. Masing-masing produk makaroni mengalami
overcosting sebesar Rp 1.104.000.
4.2
Saran
Adapun saran-saran yang
diberikan oleh peneliti untuk Perusahaan Makaroni Mr.Jono adalah sebagai berikut
:
a. Sistem
akuntansi biaya tradisional yang selama ini digunakan perusahaan dalam
menetapkan harga pokok produksi sebaiknya diganti dengan sistem akuntansi yang
baru, yaitu Activity Based Costing System (ABC system).
b. Perusahaan
perlu melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada karyawan khususnya bagian
akuntansi untuk melakukan pengenalan dan selanjutnya dipelajari lebih dalam
tentang penerapan Activity Based Costing System (ABC system).
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
IV. Jakarta : Rineka Cipta.
Bustami,
Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi
Biaya : Teori & Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Carter,
William K dan Usry, Milton F. 2009. Akuntansi
Biaya. Diterjemahkan oleh Krista.
Buku 1. Edisi Ketiga Belas. Jakarta: Salemba Empat.
Erni
Suryandari F, Susanto dan Muhammad Ali Aqsa. Pengaruh Activity Based Costing
terhadap Peningkatan Kinerja Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta). Jurnal: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Efferin,
Sujoko., Darmadji, S.H., dan Tan, Yuliawati. 2004. Metode Penelitian untuk Akuntansi
: Sebuah Pendekatan Praktis. Malang : Bayumedia.
Erlina.
2002. Fungsi dan Pengertian Akuntansi
Biaya. Digitized by USU digital Library.
Diakses 25 April 2012.
Gowardy dan
Handi Brata. Penerapan Metode Activity
Based Costing dalam Menentukan
Harga Pokok Produksi Karet PT. Sumber Djantin Sambas. Jurnal: Universitas Tanjungpura.
Garrison,
Ray H dan Norren, Eric W. 2006. Akuntansi
Manajerial. Diterjemahkan oleh
A. Totok Budisantoso. Jakarta : Salemba
Empat.
Horngren.
Charles T., Foster, George, dan Datar, Srikant M.. 2006. Akuntansi Biaya : Deengan
Penekanan Manajerial. Jilid 1. Edisi Kedua Belas. Diterjemahkan oleh P.Lestari. Jakarta : Erlangga.
Ishter,M., Akram,H.
2015. Activity-Based Costing (ABC) – An
Effective Tool for Better Management.
University of Dhaka, Dhaka, Bangladesh.
Marina,
Windriasari. 2016. Analisis penerapan
metode activity based costing dalam penentuan
harga pokok produksi roti pada ud.
Ganysha kediri. Skripsi : Fakultas
Ekonomi Universitas Nusantara Pgri Kediri
Masitoh,
Hadi Setiawan dan Sirajuddin. 2008.
Penentuan Biaya Overhead produk Teh
Hijau
Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC). Jurnal. Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Mulyadi.
2003. Activity – Based Cost System : Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya. Edisi Keenam.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Narbuko, Cholid
dan Achmadi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian
: Memberi Bekal
Teoritis pada Mahasiswa
Tentang Metodologi Penelitian
Serta Diharapkan Dapat Melaksanakan
Penelitian dengan langkah-langkah
yang Benar. Jakarta : Bumi
Aksara.
Nitin Kumar
& Dalgobind Maht. 2013. A Comparative
Analysis and Implementation of
Activity Based Costing (ABC) and Traditional Cost Accounting (TCA) Methods in an Automobile Parts
Manufacturing Company: A Case Study.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar