Kamis, 07 Februari 2019

Budidaya Tanaman Perkebunan - Legue Cover Crop


BAB  I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di perkebunan karet, pada umumnya selama masa tanaman belum menghasilkan atau sebelum tajuk saling menutup, gawangan ditanami dengan tanaman penutup tanah leguminosa yang merambat atau legume cover crop (LCC). Dalam budidaya tanaman karet, pengelolaan LCC selama periode belum menghasilkan sudah merupakan standar baku teknis. Walaupun sudah terbukti berdampak positif, penanaman LCC pada perkebunan rakyat kurang berkembang. Hal ini disebabkan karena pekebun tidak dapat merasakan keuntungannya secara langsung dari tanaman penutup tanah. Meskipun secara umum karet memiliki kemampuan tumbuh yang lebih baik pada tanah-tanah bermasalah dari pada tanaman pangan, ternyata perlu juga diperhatikan lingkungan tumbuhnya. Ekosistem tanaman karet tanpa adanya penutup tanah sangat membahayakan kestabilan lingkungan dibanding dengan hutan belukar (Karyudi, 2010)

            Tanaman LCC yang telah digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan karet antara lain Pueraria javanica, Psophocarpus palustris, Centrosema pubescens, Calopogonium caeruleum dan Calopogonium mucunoides yang dikenal sebagai LCC konvensional. Mucuna bracteata merupakan LCC yang memiliki kelebihan dibandingkan LCC konvensional. Penggunaan Mucuna bracteata bertujuan mengatasi beberapa kelemahan LCC konvensional yang tidak tahan terhadap kekeringan dan naungan serta kurangnya daya kompetisi LCC konvensional dengan pertumbuhan gulma.

Penanaman LCC juga diharapkan dapat menyumbang unsur nitrogen ke dalam tanah. Kondisi tersebut dicapai jika LCC dapat menambat Nitrogen dari udara melalui bintil akar yang telah berinokulasi dengan Rhizobium. Simbiosis antara LCC dengan Rhizobium diharapkan menjadi sistem yang efektif dalam penambatan nitrogen dari udara. Inokulasi bakteri Bradyrhizobium dan Aeromonas punctata yang disertai Acaulospora tuberculata nyata meningkatkan tinggi tanaman, biomasa, serapan N, P dan K, secara alami bintil akar pada Mucuna racteata diinokulasi oleh bakteri Bradyrhizobium             
.
            LCC yang tepat yaitu yang memiliki pertumbuhan dan kerapatan yang cepat, mampu bersimbiosis mutualisme dengan bakteri fiksasi nitrogen, serta biomassa yang dihasilkan mudah terdekomposisi. Untuk ciri-ciri terakhir yang telah disebutkan, alasannya agar tidak justru menjadi pesaing bagi tanaman utama yaitu tanaman karet. (Ambodo, 2008).


         Penggunaan kacangan konvensional tersebut sering kali tidak mampu bersaing dan menekan pertumbuhan gulma tertentu, seperti Mikania, Asystasia dan jenis-jenis gulma lainnya tanpa adanya bantuan berupa pengendalian gulma secara manual atau khemis, terutama pada tahun pertama penanaman. Disamping itu, kacangan konvensional tersebut umumnya sangat digemari ternak-ternak ruminansia seperti lembu dan kambing yang sering menimbulkan permasalahan baru, serta seiring bertambahnya umur tanaman kelapa sawit atau karet, kacangan tersebut tidak tahan terhadap naungan sehingga populasinya semakin berkurang hingga daya tutup terhadap permukaan tanah akan semakin berkurang  (Harahap, 2008).

            Tanaman ini menghasilkan bahan organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada areal yang rendah kandungan bahan-bahan organiknya. Tingkat kesuburan yang relatif tinggi dan kelembaban yang selalu terjaga diduga menjadi penyebab utama produktivitas tanaman di areal berpenutup tanah M.bracteata lebih tinggi dibandingkan pada areal berpenutup tanah konvensional (Sebayang, 2004).
           
 
I.2        Rumusan Masalah
1.         Apa itu Legume Cover Crop pada tanaman karet?
2.         Apa saja jenis dan manfaat dari Cover Crop yang ditanam disekitar tanaman karet?
3.         Bagaimana cara penanaman dan pemeliharaan cover crop?

1.3       Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui pengertian dari Legume Cover Crop pada tanaman karet
2.         Mengetahui jenis dan manfaat dari Cover Crop yang ditanam disekitar tanaman karet
3.         Dapat mengetahui cara penanaman dan pemeliharaan cover crop tanaman karet


BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kacang-kacangan penutup tanah / LCC adalah tanaman yang dibudidayakan  untuk memperbaiki berbagai kondisi yang terkait dengan pertanian berkelanjutan. Tanaman penutup tanah sangat penting dan juga merupakan salah satu alat berkelanjutan yang digunakan untuk mengelola kesuburan tanah, kualitas tanah, air, gulma (tanaman yang tidak diinginkan yang membatasi potensi produksi tanaman), hama (binatang yang tidak diinginkan, biasanya serangga, yang membatasi potensi produksi tanaman), penyakit, dan keragaman dan satwa liar , di dalam agroekosistem

Pada saat ini, LCC yang relatif baru diperkenalkan di Indonesia adalah Mucuna bracteata. LCC ini ditemukan pertama kali di areal hutan negara bagian Tripura, India Utara, dan sudah ditanam secara luas sebagai penutup tanah di perkebunan karet di Kerala, India Selatan. CHERIACHANGEL MATHEWS  mengungkapkan bahwa Mucuna bracteata memiliki hampir keseluruhan syarat LCC ideal yang disebutkan diatas dan nyata lebih unggul dibandingkan dengan LCC konvensional. Akan tetapi salah satu sifat yang dimiliki LCC ini adalah tidak disukai oleh ternak. Adanya kandungan senyawa 3-(3.4-dihydroxyphenyl)- L-alanine (dikenal sebagai L-Dopa) yang tinggi pada LCC ini menyebabkan tidak disukai oleh ternak. Melihat keunggulan Mucuna bracteata sebagai LCC, sejak tiga tahun terakhir ini penanaman LCC di perkebunan besar terutama di Sumatera Utara cukup pesat.


Salah satu kendala yang dihadapi para pekebun karet dalam perbanyakan LCC adalah esulitan mendapatkan bahan tanam untuk penanaman dalam skala besar. Direktorat Jenderal Bina Produksi dalam SUMARMADJI (2005) memperkirakan bahwa di Indonesia kebutuhan benih Pj saja mencapai 1.600 ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri masih relatif terbatas. Kelangkaan bahan tanaman juga ditemui pada LCC konvensional lainnya dan demikian juga Cc dan Mucuna bracteata. Oleh karena produksi benih LCC dalam negeri tidak mencukupi, sehingga perlu mengimpor dari negara lain, misalnyaThailand, India dan Filipina. Salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan benih LCC pada negara lain, disamping upaya peningkatan produksi benih dalan negeri, juga dapat dilakukan dengan diversifikasi penutup tanah dengan tanaman pakan.

 
 BAB III
PEMBAHASAN
 
Legume Cover Crop
Tanaman penutup tanah atau yang lebih dikenal dengan sebutuan Cover Crop adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.
          Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, sehingga mengurangi erosi. tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan sebagai sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat – syarat :
·    mudah di perbanyak, sebaiknya dengan biji, mempunyai sistem perakaran yang tidak meimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi,  tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, toleransi terhadap pemangkasan,  resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, mampu menekan pertumbuhan gulma, mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusin atau tanman pokok lainnya, sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, tidak mempunyai sifat – sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur – sulur yang membelit.
 Tanaman kacang kacangan, terutama tanaman penutup tanah leguminosa, kedelai dan leguminosa phon pada dasarnya memerlukan bantuan bakteri pembentuk bintik akar yang infeksi dan efektif untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kebutuhan ini menjadi sangat vital jika tanaman tersebut diusahakan pada tanah tanah marginal yang umum terdapat di Indonesia. Pada tanah jenis ini, aktivitas mikroba secara umum tergolong sangat rendah, sehingga untuk tanaman kacang-kacangan inokulum bakteri tersebut mutlak diperlukaan untuk mencapai hasil yang ekonomis.
          Tanaman kacangan merupakan tanaman penutup tanah ( Cover Crops ) yang sangat berguna untuk mencegah erosi dan melindungi tanah dari sinar matahari yang terlalu terik dan dapat juga melindungi permukaan tanah dari air hujan dam mengurangi erosi terutama oada tanaman yang permukaanya miring, curam, atau bergelombang sehingga mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian, serta berfungsi mengmbalikan unsur hara yang tercuci dari lapisan dalam dan permukaan tanah. Tanaman kacangan yang telah menutup tanah juga dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga biaya untuk pengendalian gulma dapat ditekan.
Aplikasi LCC merupakan cara yang tepat untuk optimalisasi potensi lahan dan keramahan lingkungan. Penanaman LCC mampu memperbaiki kesuburan tanah, menekan pertumbuhan gulma di areal penanaman, meningkatkan ketersediaan karbon dan nitrogen dalam tanah, serta mengurangi laju erosi. Ada beberapa jenis LCC yang paling popular untuk dibudidayakan, yakni Legume Cover Crop di Perkebunan Kelapa SawitMucuna bracteata (MB), Centrocema pubescens (CP), Calopogonium muconoides (CM), Pueraria javanica (PJ), dan Calopogonium caeruleum (CC). Salah satu penentu keberhasilan perbaikan lahan adalah dengan pemilihan jenis LCC yang tepat. LCC yang tepat untuk dibudidayakan memiliki pertumbuhan dan kerapatan yang cepat, mampu bersimbiosis mutualisme dengan bakteri fiksasi nitrogen, serta biomassa yang dihasilkan mudah terdekomposisi. Untuk ciri-ciri terakhir yang telah disebutkan, alasannya agar tidak justru menjadi pesaing bagi tanaman utama.

Jenis-Jenis Legume Cover Crop

1.      Mucuna bracteata

Salah satu jenis LCC yang paling banyak digunakan di perkebunan karet adalah Mucuna bracteata. Tanaman ini termasuk satu dari beberapa tanaman kacang-kacangan yang ditemukan pertama kali di India  Utara, tepatnya di kawasan hutan negara bagian Tripura. Awalnya, Mucuna bracteata ditanam untuk keperluan tanaman pakan hijau. Perkebunan karet di Kerala, Pertanian di India Selatan sudah menanam M. bracteata secara intiensif sebagai penutup tanah. Daun Mucuna bracteata memiliki warna hijau tua berukuran sekitar 15 cm x 10 cm. Seperti kebanyakan kacangan lainnya, daun Mucuna bracteata adalah trifoliat. Jika suhu lingkungan terlalu tinggi, maka helaian daun akan menutup, biasa disebut dengan termonasti. Mucuna bracteata memiliki ketebalan vegetasi hingga 40-100 cm, diukur dari permukaan tanah. Bahkan apabila situasi lingkungan dan aspek budidaya optimal, laju penutupan pada masa awal penanaman mampu mencapai 2-3 m2 per bulan. Sementara untuk laju penutupan areal yang sempurna terjadi di tahun ke-2. Jumlah biomassa pada usia tersebut mencapai 9-12 ton berat kering per ha dengan ketebalan vegetasi optimal, yakni 40 – 100 cm ( Harahap dan Rahutomo, 2008)
Tanaman kacang-kacangan mampu menghasilkan hara nitrogen sebanyak 66%. N2 dari udara difiksasi oleh bakteri rhizobium yang bersimbiosis di nodul kacangan. Berkaitan dengan fiksasi nitrogen, acap kali banyak terjadi hampbatan-hambatan. Penyimpangan komponen faktor lingkungan amat mempengaruhi fiksasi nitrogen. Keadaan tersebut antara lain nutrisi yang sangat sedikit jumlahnya, pH tanah yang terlalu asam atau terlalu basa, temperatur ekstrim, kelebihan atau kekurangan air tanah
Pembentukan nodul diakibatkan oleh bakteri rhizobium yang melekat di akar, tepatnya di bagian rambut akar. Aktivitas tersebut menjadikan rambut akar membelokkan akar. Kemudian, bakteri menginfeksi di dinding sel sehingga terjadi interaksi dengan membran sel. Dinding sel tetap bersintesis, begitu pun rambut akar yang tetap tumbuh. Dinding sel mengarahkan untuk aktivitas penetrasi. Hasil infeksi yang telah terjadi menghasilkan gumpalan seperti benang. Gumpalan tersebut berisikan rhizobium yang meyelubugi bahan-bahan kimia
Menurut kriteria terhadap dampak baik bagi kesuburan tanah, Mucuna bracteata sangat tepat dipilih sebagai tanaman penutup tanah. M. bracteata mampu menghasilkan bahan organik yang tinggi. Tanaman ini sangat tepat untuk budidaya tanaman perkebunan di daerah yang cenderung mengalami kekeringan, tentunya di lahan yang kandungan bahan organiknya rendah. Berkaitan dengan kandungan hara yang dihasilkan, M. bracteata yang berada pada naungan mampu menghasilkan serasah sebanyak 8,7 ton (setara 236 kg NPKMg, konsentrasi N 75-83%), sedangkan pada areal terbuka sebanyak 19,6 ton (setara 513 kg NPKMg, konsentrasi N 75-83%). Mucuna bracteata memberi peningkatan signifikan terhadap kandungan C, P total, K tertukar, serta kadar pertukaran kation (KTK) dalam tanah. Hal tersebut tentu lebih baik jika dibandingkan lahan yang ditumbuhi gulma
Keunggulan dari Mucuna bracteata :
1.      Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.
2.      Mudah ditanam dengan input yang rendah.
3.      Pesaing gulma yang handal sebab menghasilkan senyawa Allelopati yang relatif berspektrum luas bagi berbagai jenis gulma Perkebunan.
4.      Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah, serta mampu memperbaki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
5.      Sebagai Leguminose memiliki kemampuan memfiksasi N yang cukup tinggi.
6.      Sangat toleran terhadap naungan dan cekaman kekeringan

2.      Centrocema pubescens
Centrocema pubescens berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini masuk dalam kategori familia Leguminoceae dan sub famili Papilionaceae. Centrocema pubescens penyebarannya sangat luas di kawasan tropis lembab. Introduksi tanaman ini sudah terjadi sejak abad ke-19 atau sebelumnya, dari wilayah tropis Amerika menuju wilayah Asia Tenggara. Tanaman C. pubescens mampu tumbuh baik bersama tumbuhan lain di sekitarnya. Salah satu perannya sebagai tanaman penutup tanah. Kekurangan mineral pada tanah bisa diperbaiki melalui inokulasi rhizobium pada benih. C. pubescens adalah tanaman yang bersifat merambat dan memanjat, serta termasuk tanaman umur panjang. Memiliki panjang batang hingga mencapai 5 m serta memiliki bulu-bulu halus. Sama seperti tanaman Legume Cover Crop di Perkebunan Karet kacangan lainnya, terdapat 3 helai dalam satu daun. Daunnya berbentuk lonjong dengan permukaan sedikit kasar, serta terdapat bulu-bulu halus di bagian atas dan bawah daun. Sedangkan mengenai bunganya. Bunga C. pubescens berbentuk kupu-kupu dengan warna violet keputih-putihan. Buah berbentuk polong, panjangnya 9-17 cm, saat muda berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi kecokelatan
Centrocema pubescens merupakan tanaman yang cukup  handal pada kondisi kapasitas air lahan yang ekstrim serta  tahan terhadap naungan.Tanaman ini juga mampu tumbuh baik pada lahan dengan drainase yang buruk dan pH masam. C.pubescens beradaptasi baik pada berbagai jenis tanah. C. Pubescens menghendaki kondisi pH optimum berkisar 4,5-8,0. Sementara untuk perkembangan nodul akar menghendaki pH optimum dengan kisaran 5,5-6,0. Kelebihan lain C. pubescens ialah cukup toleran di tanah dengan kandungan Mangan (Mn) tinggi. Tetapi, cukup perlu diperhatikan keseimbangan kadar Mn dengan pH rendah karena bisa mengakibatkan keracunan bagi tanaman.

3.      Calopogonium muconoides
Colopogonium muconoides atau sering disebut dengan calopo termasuk dalam jenis LCC yang banyak dibudidayakan di perkebunan karet. Calopogonium mucunoides adalah jenis pupuk hijau dimana ketersediaannya cukup banyak kita temui di lapangan. Leguminosa ini merupakan tanaman yang mampu menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat meningkatkan kesuburan tanah karena dapat memfiksasi nitrogen melalui bakteri rhizobium di bintil akar tanaman
Calopo berasal dari Amerika tropis dan Hindia Barat. Di berbagai kondisi elevasi melebihi 1.000 m di iklim tropis masih terdapat fleksibilitas terhadap lingkungan, yakni masih mampu tumbuh pada ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut. Tapi, ketinggian tempat optimum bagi Calopo berada di ketinggian 300-1.500 m dpl. Hal ini sesuai dengan daerah tropis yang beriklim lembab panas dengan curah hujan tahunan melebihi 1.250 mm. Calopo cukup toleran terhadap kekeringan. Tapi kemungkinan juga bisa mati jika terjadi musim kemarau berkepanjangan. Belum ada diketahui perbaikan kultivar calopo, meskipun sudah banyak ditanam selama puluhan tahun. Nama 'Tortilla' digunakan untuk mengindikasikan benih calopo. Dipanen dari tanaman di wilayah perbatasan bagian utara Adelaide River (Australia). Calopo diperkenalkan ke wilayah Afrika tropis dan Asia pada awal 1900-an, serta Australia pada 1930-an. Calopo mulai digunakan sebagai pupuk hijau dan tanaman penutup di wilayah Sumatera pada tahun 1922, tidak lama kemudian diperkebunan karet, selanjutnya di wilayah Jawa bagian tengah dan timur. Selanjutnya calopo menyebar ke Malaysia sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet. Calopo menjadi tumbuh alami di Indonesia dan Malaysia, dan memiliki penyebaran pesat di daerah tropis beriklim paling lembab di dunia. Calopo tumbuh menjalar, melilit dengan panjang hingga beberapa meter. Memiliki pilose padat pada batang yang panjang. Batang-batang ini menyebarkan rambut yang mengandung besi. Daunnya bertipe trifoliolate. Panjang tangkai daun bisa mencapai 16 cm. Masing-masing helaian daun berbentuk elips atau bulat telur. Buah calopo berupa polong denga bentuk lonjong rata memanjang. Ukurannya sekitar 2 – 4 cm × 0,3-0,5 cm. Benih berbentuk hampir segi empat, ukuran sisinya sekitar 3 mm, berwarna coklat kemerahan dan mengkilap
 C. mucunoides menyebar dengan benih yang mudah tersebar sebagai kontaminan dalam jerami atau lumpur mengikuti kendaraan atau aktivitas manusia lainnya.Calopo juga diakui sebagai jenis tanaman kacang-kacangan yang bermanfaat untuk melindungi permukaan tanah, mengurangi suhu tanah, nitrogen atmosfer, meningkatkan kesuburan tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Calopo akan terlihat penjalarannya dalam 4-5 bulan setelah tanam. Tanaman ini merupakan tanaman berumur pendek dan hanya dapat bertahan selama 1-2 tahun. Untuk aplikasi pada lahan perkebunan, Calopo biasanya diperbanyak dengan biji, ditaburkan pada 1-3 kg ha-1.

4.      Calopogonium caeruleum
            Calopogonium caeruleum adalah salah satu jenis legum yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah di lahan perkebunan karet. Calopogonium caeruleum atau biasa disingkat CC berasal dari Amerika Tengah, Meksiko dan Hindia Barat, lalu wilayah tropis Amerika Selatan bagian timur dan ke Brasil selatan. CC telah luas penyebarannya di wilayah-wilayah tropika basah, selanjutnya pada tahun 1940 penyebarannya mulai masuk ke Asia Tenggara.
Calopogonium caeruleum memiliki batang yang kokoh agak berkayu, pertumbuhannya menjalar memanjat dan melilit. CC merupakan kacang-kacangan yang berumur  panjang. Daunnya bertipe trifoliate. Panjang petiola sampai 12 cm. tiap helaian daun berbentuk bulat telur, lateral yang miring. Perbungaannya memanjang, bisa memiliki banyak bunga. CC memiiki buah berupa polong, bentuknya lonjong memangjang, dengan panjang 4 sampai 8 cm dan lebar 8 mm. Dalam satu polong terdapat empat sampai delapan biji ( Hilda, 2011).

Manfaat Legume Cover Crop di Perkebunan Karet
            Penggunaan LCC di perkebunan karet tentu menghasilkan keuntungan bagi produksi tanaman karet, juga terhadap kelesatarian lingkungan. Beberapa manfaat Cover Crop antara lain:
1.      Melindungi permukaan tanah terhadap erosi
Permukaan tanah hasil land clearing yang telah bersih sangat mudah mengalami erosi oleh air hujan. Pukulan titik-titik air hujan pada permukaan tanah dapat melepaskan butiran-butiran tanah dari ikatannya. Butiran-butiran tersebut akan hanyut bersama aliran air. Cover crop berperan untuk mereduksi pukulan air hujan dan menghambat laju aliran air pada permukaan tanah, terutama saat turun hujan, sekaligus mencegah peningkatan suhu tnah oleh radiasi sinar matahari pada musim kemarau.
Erosi oleh air hujan sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanh karena tanah tererosi adalah tanah lapisan atas (top soil) yang merupakan lapisan tanah yang paling subur. Pengikisan tanah akan berlangsung terus-menerus selama musim hujan, terutama pada areal perkebunan karet, dan akan lebih parah jika terjadi pada areal yang topografinya berbukit. Menurunnya tingkat kesuburan tanah berakibat langsung terhadap tanaman, yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman dan menurunnya buah yang diproduksi.
Erosi juga berpengaruh terhadap pemupukan karena pupuk yang ditaburkan di atas permukaan tanah disekitaran batang karet akan mudah hanyut bersama air. Dengan demikian, pemupukan yang biayanya diperkiran mencapai 60 % dari total biaya operasional perkebunan menjadi tidak efektif.

2.      Pengendalian Gulma 
      Perkebunan karet yang umumnya terletak dikawasan yang memiliki curah hujan relatif tinggi merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan berbagi macam gulma. Pertumbuhan gulma di areal yang masih baru dengan curah hujan yang tinggi biasanya berlangsung cepat dan cenderung sulit dikendalikan. Oleh karena itu, penanaman cover crop sangat diperlukan sebagai proteksi terhadap gulma. Apabila cover crop tumbuh sempurna atau telah menutup semua permukaan tanah, maka pertumbuhan gulma dengan sendirinya akan terkendali, bahkan beberapa jenis gulma tidak akan mampu tumbuh.
      Berkaitan dengan kegunaan menghambat pertumbuhan gulma, rupanya legum memiliki kandungan alelokimia berupa isoflavonoid. Alelokimi memiliki potensi mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan anakan gulma. Isoflavonoid merupakan turunan flavonoid, dimana terdapat satu rantai samping cincin aromatis. Isoflavonoid memang banyak dijumpai kacangan. Isoflavonoid mampu mengganggu proses metabolisme, yakni mengurangi laju respirasi dan fotosintesis. Isoflavonoid dapat mengganggu sintesis protein. Sudah barang tentu penghambatan aktivitas metabolisme tanaman mengakibatkan produktivitas berkurang hingga mengalami kematian

3.      Meningkatkan Nitrogen
Kemampuan LCC untuk bersimbiosis dengan mikroorganisme pemfiksasi nitrogen merupakan satu manfaat bagi perkebunan karet. Apabila produksi nitrogen oleh interaksi antara LCC sebagai host dan rhizobium sebagai simbion massif dan optimal, maka bisa mengurangi penggunaan pupuk N seperti urea, ZA, atau yang lainnya. Nilai N dan peningkatannya bisa dilihat dengan akumulasi N pada saat lahan perkebunan diaplikasikan LCC.
Akar menyerap nitrogen dalam bentuk amonium atau ion nitrat. Tanaman akan selalu membutuhkan nitrogen yang dapat terikat. Tiap tanaman memiliki kebutuhan nitrogen yang bervariasi. Jumlah serapan N dan zat lainnya, yakni C, lignin, senyawa polyphenol, serta produksi bimassa beberapa LCC. Variasi N organik pada tanah kemungkinan disebabkan karena adanya variasi dalam komposisi kimia dari tanaman penutup tanah. Sementara diketahui lignin dan polyfenol mengurangi tingkat mineralisasi N. Mekanisme penghambatan oleh polifenol tidak sepenuhnya dipahami. Kemungkinan Fenol melarutkan endapan protein, sehingga menghambat enzim aktivitas mikroba yang penting untuk mineralisasi N. Semakin rendah mineralisasi N organik dalam tanah yang diubah oleh Calopogonium mucunoides karena kandungan lignin dan polifenol yang tinggi. Parameter yang telah ditemukan ini menjadi acuan yang baik untuk memprediksi mineralisasi N di tanah dari tanaman kacang-kacangan dalam rasio lignin: N atau rasio polifenol.Mineralisasi N bisa terjadi berkat peran besar mikroorganisme dalam tanah. Terdapat beberapa bakteri yang dapat memfiksasi Nitrogen.
Namun dalam aktivitas pertanian, Rhizobium adalah bakteri yang paling penting  dalam fiksasi nitrogen. Rhizobia menyebabkan bintil akar terbentuk di akar tanaman legum. Rhizobia tidak bisa melakukan fiksasi N tanpa adanya tanaman legume. Pun sebaliknya, tanaman legume tidak bisa melakukan fiksasi tanpa N tanpa rhizobia. Interaksi keduanya sebagai inang dan simbion tidak bisa dihilangkan untuk dapat melakukan fiksasi N. Pada bintil akar terdapat sel-sel yang agak membesar berisi bakteroid dan diantaranya terdapat sel-sel yang lebih kecil dan lebih banyak mengandung pati. Perkembangan bintil akar mulai terjadi pada saat sel korteks akar terangsang membelah secara mitotik membentuk calon bintil dan diikuti oleh masuknya bakteri Rhizobium kedalam sel-sel tersebut. Umumnya bintil akar terbentuk 5-6 hari setelah inokulasi, sedangkan fiksasi nitrogen terjadi 8-15 hari setelah inokulasi. Struktur bintil akar ditentukan oleh tanaman inang. Pada bintil akar determinate, daerah meristematik tidak jelas, bentuk bulat, misalnya pada tanaman kedelai. Bintil akar indeterminate ditandai dengan daerah meristimatik yang jelas, ukuran panjang meningkat selama pertumbuhan, misalnya pada clover. Bintil akar yang efektif memfiksasi N berwarna merah karena mengandung leghemoglobin. Bintil akar tetap aktif selama 50–60 hari, setelah itu akan mengalami senescen. Pada saat senescen bakteroid dan leghemoglobin akan mengalami degradasi sehingga bintil akar berwarna hijau atau coklat. Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan letak bintil akar pada tanaman ditentukan oleh tanaman inang.
Tanaman tingkat tinggi yang mampu bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi N udara terutama adalah dari golongan leguminosae. Jenis tanaman dapat bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobium, Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Ada lebih 115 genera dari famili leguminosae diketahui bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen. Pada masing-masing jenis legum mempunyai variasi genetik berbeda-beda dalam membentuk simbiosis dengan galur Rhizobium tertentu. Galur Rhizobium juga mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menginfeksi tanaman inang. Beberapa galur dapat menginfeksi satu tanaman inang tetapi terdapat juga galur yang dapat bersimbiosis lebih dari satu jenis tanaman legum.
            Cover crop dari jenis legum pada umumnya mengandung cukup banyak nitrogen. Daun cover crop yang gugur akan mengalami dekomposisi akan membentuk humus yang dapat meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah. Nitrogen ini siap diserap oleh akar karet untuk memenuhi sebagian kebutuhannya.

4.      Memperbaiki Sifat Fisik Tanah dan Meningkatkan Daya Simpan Air
Penyebaran akar cover crop pada tanah dapat memperbaiki strukur tanah. Tanah yang strukturnya baik biasanya memiliki banyak pori-pori sehingga dapat meningkatkan kualitas tata udara sekaligus dapat meningkatkan daya simpan. Fungsi dari cover crop tersebut sangat mendukung pertumbuhan dari tanaman karet. Pembakaran vegetasi baik berupa hutan maupun padang alang-alang pada waktu pembukaan lahan baru, menyebabkan hilangnya atau berkurangnya unsur hara tanah, hilangnya mikro dan makro-organisme tanah dan terbentuknya lapisan abu di permukaan tanah. Dengan adanya LCC, akibat negatif dari pembakaran dapat diperbaiki kembali secara berangsur-angsur. Hal tersebut disebabkan karena LCC memberikan bahan organik, memperbaiki struktur tanah seperti yang sudah diuraikan diatas.

5.      Mengurangi serangan penyakit Jamur Akar Putih
LCC berperan dalam mendorong perkembangan mikro-organisme yang antagonis dengan Jamur Akar Putih dan mendorong perkembangan organisme pembusuk kayu di dalam tanah. Dengan pertumbuhan biomassa dan serasah yang cukup tinggi, akan menurunkan suhu tanah dan meningkatkan populasi mikroorganisma tanah.

6.      Mempercepat pertumbuhan tanaman karet dan meningkatkan produksi karet kering
LCC secara kumulatif dapat mempercepat tercapainya masa tanaman menghasilkan selama 12 bulan dibandingkan dengan penutup tanah rumput alami. Di samping itu, selama 10 tahun semenjak awal masa penyadapan, produksi karet kering lebih tinggi 20% pada tanaman karet bernutup tanah LCC dibandingkan dengan yang berpenutup tanah rumput alamiah .Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa LCC sangat nyata mempersingkat masa TBM sampai dengan 19 bulan terutama pada tanah yang kurang subur. Sementara pada tanah yang subur LCC hanya dapat menekan masa TBM selama sampai dengan 11 bulan.

Teknik Penanaman Cover Crop
Cover crop sebaiknya ditanam secepat mungkin setelah land clearing dilaksanakan aga dapat tumbuh cepat dan menutup seluruh permukaan tanah dengan segera sehingga tidak memberi kesempatan bagi gulma untuk tumbuh pada areal yang sama.
Bibit cover crop ditanam dalam bentuk benih (biji) yang dapat diperoleh dari produsen atau penyalur bahan-bahan perkebunan. Penanaman cover crop terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
a.       Cover crop yang akan ditanam sebaiknya lebih dari satu jenis agar dapat saling menutupi kekurangan yang mungkin dimiliki.  Callopogonium mucunoides (CM) dan Peurera javanica (PJ) dengan perbandingan 8 : 2 atau 8 kg CM dan 2 kg PJ per satu hektar areal.
b.      Campuran antara biji CM dan PJ terlebih dahulu direnda dalam air bersih selama kurang lebih 2 jam, kemudian dikering-anginkan selama 2,5 jam. Setelah kering angin, ditambahkan 50 gr rhizobium (bakteri pembentuk bintil akar) dan 40 kg pupuk TSP atau 66 kg SP-36, dan diaduk hingga merata.
c.       Setelah teraduk rata, campuran biji ini ditanam pada areal yang telah bersih yang akan ditanami kelapa sawit.
Terdapat tiga cara penanaman cover crop, yaitu penanaman dengan menggunakan tugal, penanaman dengan metode baris, dan penanaman dengan menabur. Cara penanaman tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Penanaman dengan menggunakan tugal, seperti penanaman kacang tanah atau kedelai. Jarak tanamanya adalah 30 cm x 125 cm, dan kedalaman lubangnya adalah 5cm. Ke dalam setiap lubang dimasukkan satu sendok teh benih.
b.      Penanaman dengan metode baris (lubang bersambung). Lubang tanam dibuat atau digali dengan mencangkul memanjang sepanjang petak areal (jika arealnya datar) membentuk barisan-barisan. Jarak antar baris adalah 125 cm dan kedalamannya 5 cm. Benih ditanam dengan menabur benih mengikuti (dibelakang) pembuat lubang, selanjutnya langsung ditutup kembali dengan tanah.
c.       Penanaman dengan menabur. Benih cover crop disebar merata pada seluruh permukaan tanah di areal yang akan ditanami bibit kelapa sawit. Cara ini dapat dilakukan cepat tetapi hanya efektif jika dilakukan pada areal datar dan tanah dalam keadaan lembap. Cara ini menjadi tidak efektif jika diterapkan pada areal berbukit atau bergelombang karena benih akan hanyut oleh air saat terjadi hujan.
Setiap cara atau teknis penanaman cover crop memiliki kelebihan dan kekurangan, namun yang lebih banyak diterapkan pada perkebunan kelapa sawit adalah cara yang pertama, yaitu cara tugal. Jika jadwal sangat sempit dan jumlah tenaga kerja sangat terbatas, cara kedua lebih baik untuk diterapkan.


Perawatan Cover Crop
            Agar cover crop tumbuh sempurna, dapat menutup seluruh permukaan area lperkenunan, makan cover crop harus dirawat dengan baik. Perawatan cover crop dilakukan sejak benih belum ditanam hingga tumbuh sempurna menutup seluruh permukaan areal. Perawatan cover crop meliputi tahapan sebagai berikut.
a.       Rawat 0
Adalah mempersiapkan areal yang akan ditanami dengan mencabut semua gulma, rumput, atau sisa-sisa akar kayu yang tertinggal diareal.
b.      Rawat 1
Adalah perawatan cover crop setelah satu bulan ditanam, meliputi pencabutan semua gulma yang tumbuh pada petak areal yang sama dan pemberian pupuk dengan menyebarkannya secara meratapada permukaan tanah. Pupuk yang digunakan adalah rock phosphat dan dolomit dengan dosis masing-masing 2 dan 3 ton per hektar.
c.       Rawat 2
Adalah perawatan saat cover crop berumur dua bulan, yaitu melakukan hal yang sama sebagimana rawat 1, tetapi tanpa pemupukan.
d.      Rawat 3
Adalah perawatan saat cover crop berumur tiga bulan, yaitu melakukan pekerjaan sebagimana rawat 2. Pada rawat 3 cover crop sudah tumbuh sempurna menutup seluruh permukaan petak areal jika pertumbuhannya berlangsung dengan baik.

. Pemeliharaan LCC sebaiknya dilakukakan secara berkala sejak LCC ditanam di lapangan. LCC umumnya ditanam di antara barisan tanaman (gawangan). Tindakan pemelihara meliputi : pengendalian gulma, pemupukan, pengenlaian hama penyakit, dan pemurnian.
Pengendalian gulma pada LCC dimulai sejak dua minggu atau satu bulan setelah tanam sampai LCC menutup sempurna. Pengendalian gulma dapa dilakukan secara manual maupun kimia. Penyiangan secara manual menggunakan tenaga manusia, umumnya tidak cukup dilakukan satu atau dua kali. Penyiangan ulangan dapat dilakukan dengan selang waktu 2-3 minggu. Penyiangan secara kimia dapat ditempuh dengan menggunakan herbisida. Herbisida pra-tumbuh disemprotkan di alur tanaman LCC. Untuk keperluan tersebut dapat digunakan herbisida dengan bahan aktif paraquat.
Penyemprotan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur + 3 minggu dengan dosis 1.2-2,5 1/ha. Penyemprotan kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyemprotan pertama dengan dosis 0,75-1,5 1/hs, sedangkan penyemprotan ketiga dilakukan dengan dosis 0,5 1/ha pada jalur gulma bila masih diperlukan.
Hama yang menyerang tanaman LCC di antaranya : ulat penggulung daun Nacoleia diemenalis, ulat jengkal Mocis undata, Belalang Valanga niqricornis, kumbang dengung Holotrichia bidentata, kepik penghisap daun Chauliopsbisontula, dan kumbang moncong Hypomeces squamosus, hama hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida Endosulfan dengan dosis 1.120 gr bahan aktif dalam 124 liter air, Methomyl 560 gr bahan aktif dalam 124 liter air, dan tetra chloryinphos 1.120 gr bahan aktif dalam 124 liter air.
Pemurnian LCC dapat dilakukan secara manual maupun kimia tergantung banyaknya gulma yang tumbuh. Pemilihan herbisida dan teknis aplikasinya tergantung kepada komposisi gulma yang mencemari LCC. Persyaratan pemurnian LCC agar dapat berhasil adalah :
·         umur LCC lebih dari 1 tahun
·         tajuk tanaman karet belum menutup
·         pencemarang gula + 50%
·         penyemprotan dilakukan menjelang musim hujan
Gulma rumput dan berdaun lebar dukendalikan dengan herbisida Fusalie 1,5 -2,0 1/ha dengan volume semprot 500 1/ha dengan volume semprot 500 1/ha air peralut, sedangkan gulma mikinia dikendalikan dengan herbisida yang sma dengan gula berkayu namun dengan volume tinggi.


 BAB  IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.      Jenis-jenis tanaman legume cover crop (LCC) yang biasa digunakan pada perkebunan karet adalah Mucuna bracteata, Calopogonium muconoides, Centrocema pubescens, Pueraria javanica, dan Centrocema caeruleum
2.      LCC memiliki beberapa manfaat antara lain mengendalikan gulma di lahan perkebunan, menyumbang nitrogen bagi tanaman karet,  mengendalikan air untuk mencegah erosi, dan mempercepat pertumbuhan karet serta meningkatkan produksi karet kering
3.      Teknik penanaman cover crop pada tanaman karet ada 3 metode yaitu dengan metode tugal, metode baris, dan metode tabur benih

Saran
            Saat ini masih banyak perkebunan yang belum menanam Cover Crop di sekitar tanaman karet karena berbagai faktor kendala seperti kurangnya produksi benih cover crop di Indonesia hingga keuangan. Sebenarnya dengan adanya cover crop biaya pemeliharaan tanaman karet akan semakin rendah dan produksi karet akan meningkat yang bisa memberi keuntungan lebih pada perusahaan perkebunan karet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar