BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di perkebunan karet, pada umumnya
selama masa tanaman belum menghasilkan atau sebelum tajuk saling menutup,
gawangan ditanami dengan tanaman penutup tanah leguminosa yang merambat atau legume
cover crop (LCC). Dalam budidaya tanaman karet, pengelolaan LCC selama
periode belum menghasilkan sudah merupakan standar baku teknis. Walaupun sudah
terbukti berdampak positif, penanaman LCC pada perkebunan rakyat kurang
berkembang. Hal ini disebabkan karena pekebun tidak dapat merasakan
keuntungannya secara langsung dari tanaman penutup tanah. Meskipun secara umum
karet memiliki kemampuan tumbuh yang lebih baik pada tanah-tanah bermasalah
dari pada tanaman pangan, ternyata perlu juga diperhatikan lingkungan
tumbuhnya. Ekosistem tanaman karet tanpa adanya penutup tanah sangat
membahayakan kestabilan lingkungan dibanding dengan hutan belukar (Karyudi,
2010)
Tanaman LCC
yang telah digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan karet antara lain Pueraria javanica, Psophocarpus palustris, Centrosema
pubescens, Calopogonium caeruleum
dan Calopogonium mucunoides yang
dikenal sebagai LCC konvensional. Mucuna
bracteata merupakan LCC yang memiliki kelebihan dibandingkan LCC
konvensional. Penggunaan Mucuna bracteata
bertujuan mengatasi beberapa kelemahan LCC konvensional yang tidak tahan
terhadap kekeringan dan naungan serta kurangnya daya kompetisi LCC konvensional
dengan pertumbuhan gulma.
Penanaman LCC juga diharapkan dapat menyumbang unsur
nitrogen ke dalam tanah. Kondisi tersebut dicapai jika LCC dapat menambat
Nitrogen dari udara melalui bintil akar yang telah berinokulasi dengan
Rhizobium. Simbiosis antara LCC dengan Rhizobium diharapkan menjadi sistem yang
efektif dalam penambatan nitrogen dari udara. Inokulasi bakteri Bradyrhizobium dan Aeromonas punctata yang disertai Acaulospora tuberculata nyata meningkatkan tinggi tanaman, biomasa,
serapan N, P dan K, secara alami bintil akar pada Mucuna racteata diinokulasi oleh bakteri Bradyrhizobium
.
LCC yang
tepat yaitu yang memiliki pertumbuhan dan kerapatan yang cepat, mampu
bersimbiosis mutualisme dengan bakteri fiksasi nitrogen, serta biomassa yang
dihasilkan mudah terdekomposisi. Untuk ciri-ciri terakhir yang telah
disebutkan, alasannya agar tidak justru menjadi pesaing bagi tanaman utama
yaitu tanaman karet. (Ambodo, 2008).
Penggunaan kacangan
konvensional tersebut sering kali tidak mampu bersaing dan menekan pertumbuhan
gulma tertentu, seperti Mikania, Asystasia dan jenis-jenis gulma
lainnya tanpa adanya bantuan berupa pengendalian gulma secara manual atau
khemis, terutama pada tahun pertama penanaman. Disamping itu, kacangan
konvensional tersebut umumnya sangat digemari ternak-ternak ruminansia seperti
lembu dan kambing yang sering menimbulkan permasalahan baru, serta seiring
bertambahnya umur tanaman kelapa sawit atau karet, kacangan tersebut tidak tahan terhadap naungan sehingga
populasinya semakin berkurang hingga daya tutup terhadap permukaan tanah akan
semakin berkurang (Harahap, 2008).
Tanaman ini menghasilkan bahan
organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang
sering mengalami kekeringan dan pada areal yang rendah kandungan bahan-bahan
organiknya. Tingkat kesuburan yang relatif tinggi dan kelembaban yang selalu
terjaga diduga menjadi penyebab utama produktivitas tanaman di areal berpenutup
tanah M.bracteata lebih tinggi dibandingkan pada areal berpenutup tanah
konvensional (Sebayang, 2004).
I.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Legume Cover
Crop pada tanaman karet?
2.
Apa saja jenis dan
manfaat dari Cover Crop yang ditanam disekitar tanaman karet?
3.
Bagaimana cara
penanaman dan pemeliharaan cover crop?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian
dari Legume Cover Crop pada tanaman karet
2.
Mengetahui jenis dan
manfaat dari Cover Crop yang ditanam disekitar tanaman karet
3.
Dapat mengetahui cara
penanaman dan pemeliharaan cover crop tanaman karet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kacang-kacangan penutup tanah / LCC adalah
tanaman yang dibudidayakan untuk
memperbaiki berbagai kondisi yang terkait dengan pertanian berkelanjutan.
Tanaman penutup tanah sangat penting dan juga merupakan salah satu alat
berkelanjutan yang digunakan untuk mengelola kesuburan tanah, kualitas tanah,
air, gulma (tanaman yang tidak diinginkan yang membatasi potensi produksi
tanaman), hama (binatang yang tidak diinginkan, biasanya serangga, yang
membatasi potensi produksi tanaman), penyakit, dan keragaman dan satwa liar ,
di dalam agroekosistem
Salah satu kendala yang dihadapi para
pekebun karet dalam perbanyakan LCC adalah esulitan mendapatkan bahan tanam
untuk penanaman dalam skala besar. Direktorat Jenderal Bina Produksi dalam
SUMARMADJI (2005) memperkirakan bahwa di Indonesia kebutuhan benih Pj saja
mencapai 1.600 ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri masih relatif
terbatas. Kelangkaan bahan tanaman juga ditemui pada LCC konvensional lainnya
dan demikian juga Cc dan Mucuna bracteata. Oleh karena
produksi benih LCC dalam negeri tidak mencukupi, sehingga perlu mengimpor dari
negara lain, misalnyaThailand, India dan Filipina. Salah satu alternatif untuk
mengurangi ketergantungan benih LCC pada negara lain, disamping upaya
peningkatan produksi benih dalan negeri, juga dapat dilakukan dengan
diversifikasi penutup tanah dengan tanaman pakan.
BAB
III
PEMBAHASAN
Legume
Cover Crop
Tanaman
penutup tanah atau yang lebih dikenal dengan sebutuan Cover Crop adalah
tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman
kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Peranan
tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air
hujan, sehingga mengurangi erosi. tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk
digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan sebagai sistem pergiliran tanaman
harus memenuhi syarat – syarat :
·
mudah di perbanyak, sebaiknya dengan
biji, mempunyai sistem perakaran yang
tidak meimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat
pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang
tinggi,
tumbuh cepat dan banyak menghasilkan
daun, toleransi terhadap pemangkasan,
resisten terhadap gulma, penyakit
dan kekeringan, mampu menekan pertumbuhan gulma, mudah diberantas jika tanah akan
digunakan untuk penanaman tanaman semusin atau tanman pokok lainnya, sesuai dengan kegunaan untuk
reklamasi tanah, tidak mempunyai sifat – sifat yang
tidak menyenangkan seperti duri dan sulur – sulur yang membelit.
Tanaman kacang kacangan, terutama
tanaman penutup tanah leguminosa, kedelai dan leguminosa phon pada dasarnya
memerlukan bantuan bakteri pembentuk bintik akar yang infeksi dan efektif untuk
dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kebutuhan ini menjadi sangat vital
jika tanaman tersebut diusahakan pada tanah tanah marginal yang umum terdapat
di Indonesia. Pada tanah jenis ini, aktivitas mikroba secara umum tergolong
sangat rendah, sehingga untuk tanaman kacang-kacangan inokulum bakteri tersebut
mutlak diperlukaan untuk mencapai hasil yang ekonomis.
Tanaman kacangan merupakan tanaman
penutup tanah ( Cover Crops ) yang sangat berguna untuk mencegah erosi dan
melindungi tanah dari sinar matahari yang terlalu terik dan dapat juga melindungi
permukaan tanah dari air hujan dam mengurangi erosi terutama oada tanaman yang
permukaanya miring, curam, atau bergelombang sehingga mengurangi kehilangan
unsur hara akibat pencucian, serta berfungsi mengmbalikan unsur hara yang
tercuci dari lapisan dalam dan permukaan tanah. Tanaman kacangan yang telah
menutup tanah juga dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga biaya untuk
pengendalian gulma dapat ditekan.
Aplikasi LCC merupakan cara yang
tepat untuk optimalisasi potensi lahan dan keramahan lingkungan. Penanaman LCC
mampu memperbaiki kesuburan tanah, menekan pertumbuhan gulma di areal
penanaman, meningkatkan ketersediaan karbon dan nitrogen dalam tanah, serta
mengurangi laju erosi. Ada beberapa jenis LCC yang paling popular untuk
dibudidayakan, yakni Legume Cover Crop di Perkebunan Kelapa SawitMucuna
bracteata (MB), Centrocema pubescens (CP), Calopogonium muconoides (CM),
Pueraria javanica (PJ), dan Calopogonium caeruleum (CC). Salah satu penentu
keberhasilan perbaikan lahan adalah dengan pemilihan jenis LCC yang tepat. LCC
yang tepat untuk dibudidayakan memiliki pertumbuhan dan kerapatan yang cepat,
mampu bersimbiosis mutualisme dengan bakteri fiksasi nitrogen, serta biomassa
yang dihasilkan mudah terdekomposisi. Untuk ciri-ciri terakhir yang telah
disebutkan, alasannya agar tidak justru menjadi pesaing bagi tanaman utama.
Jenis-Jenis Legume Cover Crop
1.
Mucuna bracteata
Salah satu jenis LCC yang paling
banyak digunakan di perkebunan karet adalah Mucuna
bracteata. Tanaman ini termasuk satu dari beberapa tanaman kacang-kacangan
yang ditemukan pertama kali di India
Utara, tepatnya di kawasan hutan negara bagian Tripura. Awalnya, Mucuna
bracteata ditanam untuk keperluan tanaman pakan hijau. Perkebunan karet di
Kerala, Pertanian di India Selatan sudah menanam M. bracteata secara intiensif sebagai penutup tanah. Daun Mucuna bracteata memiliki warna hijau
tua berukuran sekitar 15 cm x 10 cm. Seperti kebanyakan kacangan lainnya, daun Mucuna bracteata adalah trifoliat. Jika
suhu lingkungan terlalu tinggi, maka helaian daun akan menutup, biasa disebut
dengan termonasti. Mucuna bracteata
memiliki ketebalan vegetasi hingga 40-100 cm, diukur dari permukaan tanah.
Bahkan apabila situasi lingkungan dan aspek budidaya optimal, laju penutupan
pada masa awal penanaman mampu mencapai 2-3 m2 per bulan. Sementara untuk laju
penutupan areal yang sempurna terjadi di tahun ke-2. Jumlah biomassa pada usia
tersebut mencapai 9-12 ton berat kering per ha dengan ketebalan vegetasi
optimal, yakni 40 – 100 cm ( Harahap dan Rahutomo, 2008)
Tanaman kacang-kacangan mampu
menghasilkan hara nitrogen sebanyak 66%. N2 dari udara difiksasi oleh bakteri
rhizobium yang bersimbiosis di nodul kacangan. Berkaitan dengan fiksasi
nitrogen, acap kali banyak terjadi hampbatan-hambatan. Penyimpangan komponen
faktor lingkungan amat mempengaruhi fiksasi nitrogen. Keadaan tersebut antara
lain nutrisi yang sangat sedikit jumlahnya, pH tanah yang terlalu asam atau
terlalu basa, temperatur ekstrim, kelebihan atau kekurangan air tanah
Pembentukan nodul diakibatkan oleh
bakteri rhizobium yang melekat di akar, tepatnya di bagian rambut akar.
Aktivitas tersebut menjadikan rambut akar membelokkan akar. Kemudian, bakteri
menginfeksi di dinding sel sehingga terjadi interaksi dengan membran sel.
Dinding sel tetap bersintesis, begitu pun rambut akar yang tetap tumbuh.
Dinding sel mengarahkan untuk aktivitas penetrasi. Hasil infeksi yang telah
terjadi menghasilkan gumpalan seperti benang. Gumpalan tersebut berisikan
rhizobium yang meyelubugi bahan-bahan kimia
Menurut kriteria terhadap dampak
baik bagi kesuburan tanah, Mucuna bracteata sangat tepat dipilih sebagai
tanaman penutup tanah. M. bracteata mampu menghasilkan bahan organik yang
tinggi. Tanaman ini sangat tepat untuk budidaya tanaman perkebunan di daerah
yang cenderung mengalami kekeringan, tentunya di lahan yang kandungan bahan
organiknya rendah. Berkaitan dengan kandungan hara yang dihasilkan, M.
bracteata yang berada pada naungan mampu menghasilkan serasah sebanyak 8,7 ton
(setara 236 kg NPKMg, konsentrasi N 75-83%), sedangkan pada areal terbuka
sebanyak 19,6 ton (setara 513 kg NPKMg, konsentrasi N 75-83%). Mucuna bracteata
memberi peningkatan signifikan terhadap kandungan C, P total, K tertukar, serta
kadar pertukaran kation (KTK) dalam tanah. Hal tersebut tentu lebih baik jika
dibandingkan lahan yang ditumbuhi gulma
Keunggulan
dari Mucuna bracteata :
1.
Pertumbuhan cepat dan menghasilkan
biomassa yang tinggi.
2.
Mudah ditanam dengan input yang
rendah.
3.
Pesaing gulma yang handal sebab
menghasilkan senyawa Allelopati yang relatif berspektrum luas bagi berbagai
jenis gulma Perkebunan.
4.
Memiliki perakaran yang dalam,
sehingga dapat memperbaki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang
tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah,
serta mampu memperbaki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
5.
Sebagai Leguminose memiliki
kemampuan memfiksasi N yang cukup tinggi.
6.
Sangat toleran terhadap naungan dan
cekaman kekeringan
2.
Centrocema pubescens
Centrocema pubescens berasal dari
Amerika Selatan. Tanaman ini masuk dalam kategori familia Leguminoceae dan sub
famili Papilionaceae. Centrocema
pubescens penyebarannya sangat luas di kawasan tropis lembab. Introduksi
tanaman ini sudah terjadi sejak abad ke-19 atau sebelumnya, dari wilayah tropis
Amerika menuju wilayah Asia Tenggara. Tanaman C. pubescens mampu tumbuh baik bersama tumbuhan lain di sekitarnya.
Salah satu perannya sebagai tanaman penutup tanah. Kekurangan mineral pada
tanah bisa diperbaiki melalui inokulasi rhizobium pada benih. C. pubescens adalah tanaman yang
bersifat merambat dan memanjat, serta termasuk tanaman umur panjang. Memiliki
panjang batang hingga mencapai 5 m serta memiliki bulu-bulu halus. Sama seperti
tanaman Legume Cover Crop di Perkebunan Karet kacangan lainnya, terdapat 3
helai dalam satu daun. Daunnya berbentuk lonjong dengan permukaan sedikit
kasar, serta terdapat bulu-bulu halus di bagian atas dan bawah daun. Sedangkan
mengenai bunganya. Bunga C. pubescens
berbentuk kupu-kupu dengan warna violet keputih-putihan. Buah berbentuk polong,
panjangnya 9-17 cm, saat muda berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi
kecokelatan
Centrocema
pubescens merupakan tanaman yang cukup handal pada kondisi kapasitas air lahan yang
ekstrim serta tahan terhadap
naungan.Tanaman ini juga mampu tumbuh baik pada lahan dengan drainase yang
buruk dan pH masam. C.pubescens
beradaptasi baik pada berbagai jenis tanah. C. Pubescens menghendaki kondisi pH
optimum berkisar 4,5-8,0. Sementara untuk perkembangan nodul akar menghendaki
pH optimum dengan kisaran 5,5-6,0. Kelebihan lain C. pubescens ialah cukup
toleran di tanah dengan kandungan Mangan (Mn) tinggi. Tetapi, cukup perlu
diperhatikan keseimbangan kadar Mn dengan pH rendah karena bisa mengakibatkan
keracunan bagi tanaman.
3.
Calopogonium muconoides
Colopogonium
muconoides atau sering disebut dengan calopo termasuk dalam
jenis LCC yang banyak dibudidayakan di perkebunan karet. Calopogonium mucunoides adalah jenis pupuk hijau dimana
ketersediaannya cukup banyak kita temui di lapangan. Leguminosa ini merupakan
tanaman yang mampu menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat meningkatkan
kesuburan tanah karena dapat memfiksasi nitrogen melalui bakteri rhizobium di
bintil akar tanaman
Calopo berasal dari Amerika tropis
dan Hindia Barat. Di berbagai kondisi elevasi melebihi 1.000 m di iklim tropis
masih terdapat fleksibilitas terhadap lingkungan, yakni masih mampu tumbuh pada
ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut. Tapi, ketinggian tempat optimum bagi
Calopo berada di ketinggian 300-1.500
m dpl. Hal ini sesuai dengan daerah tropis yang beriklim lembab panas dengan
curah hujan tahunan melebihi 1.250 mm. Calopo cukup toleran terhadap
kekeringan. Tapi kemungkinan juga bisa mati jika terjadi musim kemarau
berkepanjangan. Belum ada diketahui perbaikan kultivar calopo, meskipun sudah banyak
ditanam selama puluhan tahun. Nama 'Tortilla' digunakan untuk mengindikasikan
benih calopo. Dipanen dari tanaman di wilayah perbatasan bagian utara Adelaide
River (Australia). Calopo diperkenalkan ke wilayah Afrika tropis dan Asia pada
awal 1900-an, serta Australia pada 1930-an. Calopo mulai digunakan sebagai
pupuk hijau dan tanaman penutup di wilayah Sumatera pada tahun 1922, tidak lama
kemudian diperkebunan karet, selanjutnya di wilayah Jawa bagian tengah dan
timur. Selanjutnya calopo menyebar ke Malaysia sebagai tanaman penutup tanah di
perkebunan karet. Calopo menjadi tumbuh alami di Indonesia dan Malaysia, dan
memiliki penyebaran pesat di daerah tropis beriklim paling lembab di dunia.
Calopo tumbuh menjalar, melilit dengan panjang hingga beberapa meter. Memiliki
pilose padat pada batang yang panjang. Batang-batang ini menyebarkan rambut
yang mengandung besi. Daunnya bertipe trifoliolate. Panjang tangkai daun bisa
mencapai 16 cm. Masing-masing helaian daun berbentuk elips atau bulat telur.
Buah calopo berupa polong denga bentuk lonjong rata memanjang. Ukurannya
sekitar 2 – 4 cm × 0,3-0,5 cm. Benih berbentuk hampir segi empat, ukuran
sisinya sekitar 3 mm, berwarna coklat kemerahan dan mengkilap
C. mucunoides menyebar dengan benih yang mudah
tersebar sebagai kontaminan dalam jerami atau lumpur mengikuti kendaraan atau
aktivitas manusia lainnya.Calopo juga diakui sebagai jenis tanaman
kacang-kacangan yang bermanfaat untuk melindungi permukaan tanah, mengurangi
suhu tanah, nitrogen atmosfer, meningkatkan kesuburan tanah dan mengendalikan
pertumbuhan gulma. Calopo akan terlihat penjalarannya dalam 4-5 bulan setelah
tanam. Tanaman ini merupakan tanaman berumur pendek dan hanya dapat bertahan
selama 1-2 tahun. Untuk aplikasi pada lahan perkebunan, Calopo biasanya
diperbanyak dengan biji, ditaburkan pada 1-3 kg ha-1.
4. Calopogonium caeruleum
Calopogonium
caeruleum adalah salah satu jenis legum yang sering dimanfaatkan sebagai
tanaman penutup tanah di lahan perkebunan karet. Calopogonium caeruleum atau biasa disingkat CC berasal dari Amerika
Tengah, Meksiko dan Hindia Barat, lalu wilayah tropis Amerika Selatan bagian
timur dan ke Brasil selatan. CC telah luas penyebarannya di wilayah-wilayah
tropika basah, selanjutnya pada tahun 1940 penyebarannya mulai masuk ke Asia
Tenggara.
Calopogonium
caeruleum memiliki batang yang kokoh agak berkayu,
pertumbuhannya menjalar memanjat dan melilit. CC merupakan kacang-kacangan yang
berumur panjang. Daunnya bertipe
trifoliate. Panjang petiola sampai 12 cm. tiap helaian daun berbentuk bulat
telur, lateral yang miring. Perbungaannya memanjang, bisa memiliki banyak
bunga. CC memiiki buah berupa polong, bentuknya lonjong memangjang, dengan
panjang 4 sampai 8 cm dan lebar 8 mm. Dalam satu polong terdapat empat sampai
delapan biji ( Hilda, 2011).
Manfaat
Legume Cover Crop di Perkebunan Karet
Penggunaan
LCC di perkebunan karet tentu menghasilkan keuntungan bagi produksi tanaman
karet, juga terhadap kelesatarian lingkungan. Beberapa manfaat Cover Crop
antara lain:
1. Melindungi
permukaan tanah terhadap erosi
Permukaan tanah
hasil land clearing yang telah bersih sangat mudah mengalami erosi oleh air
hujan. Pukulan titik-titik air hujan pada permukaan tanah dapat melepaskan
butiran-butiran tanah dari ikatannya. Butiran-butiran tersebut akan hanyut
bersama aliran air. Cover crop berperan untuk mereduksi pukulan air hujan dan
menghambat laju aliran air pada permukaan tanah, terutama saat turun hujan,
sekaligus mencegah peningkatan suhu tnah oleh radiasi sinar matahari pada musim
kemarau.
Erosi oleh
air hujan sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanh karena tanah tererosi
adalah tanah lapisan atas (top soil) yang merupakan lapisan tanah yang paling
subur. Pengikisan tanah akan berlangsung terus-menerus selama musim hujan,
terutama pada areal perkebunan karet, dan akan lebih parah jika terjadi pada
areal yang topografinya berbukit. Menurunnya tingkat kesuburan tanah berakibat
langsung terhadap tanaman, yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman dan
menurunnya buah yang diproduksi.
Erosi juga
berpengaruh terhadap pemupukan karena pupuk yang ditaburkan di atas permukaan
tanah disekitaran batang karet akan mudah hanyut bersama air. Dengan demikian,
pemupukan yang biayanya diperkiran mencapai 60 % dari total biaya operasional
perkebunan menjadi tidak efektif.
2. Pengendalian
Gulma
Perkebunan karet yang umumnya terletak
dikawasan yang memiliki curah hujan relatif tinggi merupakan tempat yang subur
bagi pertumbuhan berbagi macam gulma. Pertumbuhan gulma di areal yang masih
baru dengan curah hujan yang tinggi biasanya berlangsung cepat dan cenderung
sulit dikendalikan. Oleh karena itu, penanaman cover crop sangat diperlukan
sebagai proteksi terhadap gulma. Apabila cover crop tumbuh sempurna atau telah
menutup semua permukaan tanah, maka pertumbuhan gulma dengan sendirinya akan
terkendali, bahkan beberapa jenis gulma tidak akan mampu tumbuh.
Berkaitan dengan kegunaan menghambat pertumbuhan gulma, rupanya legum
memiliki kandungan alelokimia berupa isoflavonoid. Alelokimi memiliki potensi
mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan anakan gulma. Isoflavonoid
merupakan turunan flavonoid, dimana terdapat satu rantai samping cincin
aromatis. Isoflavonoid memang banyak dijumpai kacangan. Isoflavonoid mampu
mengganggu proses metabolisme, yakni mengurangi laju respirasi dan
fotosintesis. Isoflavonoid dapat mengganggu sintesis protein. Sudah barang
tentu penghambatan aktivitas metabolisme tanaman mengakibatkan produktivitas
berkurang hingga mengalami kematian
3.
Meningkatkan
Nitrogen
Kemampuan LCC untuk bersimbiosis
dengan mikroorganisme pemfiksasi nitrogen merupakan satu manfaat bagi
perkebunan karet. Apabila produksi nitrogen oleh interaksi antara LCC sebagai
host dan rhizobium sebagai simbion massif dan optimal, maka bisa mengurangi
penggunaan pupuk N seperti urea, ZA, atau yang lainnya. Nilai N dan
peningkatannya bisa dilihat dengan akumulasi N pada saat lahan perkebunan
diaplikasikan LCC.
Akar menyerap nitrogen dalam bentuk
amonium atau ion nitrat. Tanaman akan selalu membutuhkan nitrogen yang dapat
terikat. Tiap tanaman memiliki kebutuhan nitrogen yang bervariasi. Jumlah
serapan N dan zat lainnya, yakni C, lignin, senyawa polyphenol, serta produksi
bimassa beberapa LCC. Variasi N organik pada tanah kemungkinan disebabkan
karena adanya variasi dalam komposisi kimia dari tanaman penutup tanah.
Sementara diketahui lignin dan polyfenol mengurangi tingkat mineralisasi N.
Mekanisme penghambatan oleh polifenol tidak sepenuhnya dipahami. Kemungkinan
Fenol melarutkan endapan protein, sehingga menghambat enzim aktivitas mikroba
yang penting untuk mineralisasi N. Semakin rendah mineralisasi N organik dalam
tanah yang diubah oleh Calopogonium mucunoides karena kandungan lignin dan
polifenol yang tinggi. Parameter yang telah ditemukan ini menjadi acuan yang
baik untuk memprediksi mineralisasi N di tanah dari tanaman kacang-kacangan
dalam rasio lignin: N atau rasio polifenol.Mineralisasi N bisa terjadi berkat
peran besar mikroorganisme dalam tanah. Terdapat beberapa bakteri yang dapat
memfiksasi Nitrogen.
Namun dalam aktivitas pertanian,
Rhizobium adalah bakteri yang paling penting dalam fiksasi nitrogen. Rhizobia menyebabkan
bintil akar terbentuk di akar tanaman legum. Rhizobia tidak bisa melakukan
fiksasi N tanpa adanya tanaman legume. Pun sebaliknya, tanaman legume tidak
bisa melakukan fiksasi tanpa N tanpa rhizobia. Interaksi keduanya sebagai inang
dan simbion tidak bisa dihilangkan untuk dapat melakukan fiksasi N. Pada bintil
akar terdapat sel-sel yang agak membesar berisi bakteroid dan diantaranya
terdapat sel-sel yang lebih kecil dan lebih banyak mengandung pati.
Perkembangan bintil akar mulai terjadi pada saat sel korteks akar terangsang
membelah secara mitotik membentuk calon bintil dan diikuti oleh masuknya
bakteri Rhizobium kedalam sel-sel tersebut. Umumnya bintil akar terbentuk 5-6
hari setelah inokulasi, sedangkan fiksasi nitrogen terjadi 8-15 hari setelah
inokulasi. Struktur bintil akar ditentukan oleh tanaman inang. Pada bintil akar
determinate, daerah meristematik tidak jelas, bentuk bulat, misalnya pada
tanaman kedelai. Bintil akar indeterminate ditandai dengan daerah meristimatik
yang jelas, ukuran panjang meningkat selama pertumbuhan, misalnya pada clover.
Bintil akar yang efektif memfiksasi N berwarna merah karena mengandung
leghemoglobin. Bintil akar tetap aktif selama 50–60 hari, setelah itu akan
mengalami senescen. Pada saat senescen bakteroid dan leghemoglobin akan mengalami
degradasi sehingga bintil akar berwarna hijau atau coklat. Bentuk, ukuran,
warna, tekstur dan letak bintil akar pada tanaman ditentukan oleh tanaman
inang.
Tanaman tingkat tinggi yang mampu
bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi N udara terutama adalah
dari golongan leguminosae. Jenis tanaman dapat bersimbiosis dengan bakteri
penambat nitrogen Rhizobium, Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Ada lebih 115
genera dari famili leguminosae diketahui bersimbiosis dengan bakteri penambat
nitrogen. Pada masing-masing jenis legum mempunyai variasi genetik berbeda-beda
dalam membentuk simbiosis dengan galur Rhizobium tertentu. Galur Rhizobium juga
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menginfeksi tanaman inang. Beberapa
galur dapat menginfeksi satu tanaman inang tetapi terdapat juga galur yang
dapat bersimbiosis lebih dari satu jenis tanaman legum.
Cover
crop dari jenis legum pada umumnya mengandung cukup banyak nitrogen. Daun cover
crop yang gugur akan mengalami dekomposisi akan membentuk humus yang dapat
meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah. Nitrogen ini siap diserap oleh
akar karet untuk memenuhi sebagian kebutuhannya.
4.
Memperbaiki Sifat Fisik Tanah dan
Meningkatkan Daya Simpan Air
Penyebaran akar cover crop pada tanah dapat
memperbaiki strukur tanah. Tanah yang strukturnya baik biasanya memiliki banyak
pori-pori sehingga dapat meningkatkan kualitas tata udara sekaligus dapat
meningkatkan daya simpan. Fungsi dari cover crop tersebut sangat mendukung
pertumbuhan dari tanaman karet. Pembakaran
vegetasi baik berupa hutan maupun padang alang-alang pada waktu pembukaan lahan
baru, menyebabkan hilangnya atau berkurangnya unsur hara tanah, hilangnya mikro
dan makro-organisme tanah dan terbentuknya lapisan abu di permukaan tanah.
Dengan adanya LCC, akibat negatif dari pembakaran dapat diperbaiki kembali
secara berangsur-angsur. Hal tersebut disebabkan karena LCC memberikan bahan
organik, memperbaiki struktur tanah seperti yang sudah diuraikan diatas.
5.
Mengurangi
serangan penyakit Jamur Akar Putih
LCC berperan dalam mendorong perkembangan
mikro-organisme yang antagonis dengan Jamur Akar Putih dan mendorong
perkembangan organisme pembusuk kayu di dalam tanah. Dengan pertumbuhan
biomassa dan serasah yang cukup tinggi, akan menurunkan suhu tanah dan
meningkatkan populasi mikroorganisma tanah.
6.
Mempercepat
pertumbuhan tanaman karet dan meningkatkan produksi karet kering
LCC secara kumulatif dapat mempercepat
tercapainya masa tanaman menghasilkan selama 12 bulan dibandingkan dengan
penutup tanah rumput alami. Di samping itu, selama 10 tahun semenjak awal masa
penyadapan, produksi karet kering lebih tinggi 20% pada tanaman karet bernutup
tanah LCC dibandingkan dengan yang berpenutup tanah rumput alamiah .Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa LCC sangat nyata mempersingkat masa TBM
sampai dengan 19 bulan terutama pada tanah yang kurang subur. Sementara pada
tanah yang subur LCC hanya dapat menekan masa TBM selama sampai dengan 11
bulan.
Teknik Penanaman
Cover Crop
Cover
crop sebaiknya ditanam secepat mungkin setelah land clearing dilaksanakan aga
dapat tumbuh cepat dan menutup seluruh permukaan tanah dengan segera sehingga
tidak memberi kesempatan bagi gulma untuk tumbuh pada areal yang sama.
Bibit
cover crop ditanam dalam bentuk benih (biji) yang dapat diperoleh dari produsen
atau penyalur bahan-bahan perkebunan. Penanaman cover crop terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut.
a. Cover
crop yang akan ditanam sebaiknya lebih dari satu jenis agar dapat saling
menutupi kekurangan yang mungkin dimiliki. Callopogonium mucunoides (CM) dan Peurera
javanica (PJ) dengan perbandingan 8 : 2 atau 8 kg CM dan 2 kg PJ per satu
hektar areal.
b. Campuran
antara biji CM dan PJ terlebih dahulu direnda dalam air bersih selama kurang
lebih 2 jam, kemudian dikering-anginkan selama 2,5 jam. Setelah kering angin,
ditambahkan 50 gr rhizobium (bakteri pembentuk bintil akar) dan 40 kg pupuk TSP
atau 66 kg SP-36, dan diaduk hingga merata.
c. Setelah
teraduk rata, campuran biji ini ditanam pada areal yang telah bersih yang akan
ditanami kelapa sawit.
Terdapat tiga
cara penanaman cover crop, yaitu penanaman dengan menggunakan tugal, penanaman
dengan metode baris, dan penanaman dengan menabur. Cara penanaman tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Penanaman
dengan menggunakan tugal, seperti penanaman kacang tanah atau kedelai. Jarak
tanamanya adalah 30 cm x 125 cm, dan kedalaman lubangnya adalah 5cm. Ke dalam
setiap lubang dimasukkan satu sendok teh benih.
b. Penanaman
dengan metode baris (lubang bersambung). Lubang tanam dibuat atau digali dengan
mencangkul memanjang sepanjang petak areal (jika arealnya datar) membentuk
barisan-barisan. Jarak antar baris adalah 125 cm dan kedalamannya 5 cm. Benih
ditanam dengan menabur benih mengikuti (dibelakang) pembuat lubang, selanjutnya
langsung ditutup kembali dengan tanah.
c. Penanaman
dengan menabur. Benih cover crop disebar merata pada seluruh permukaan tanah di
areal yang akan ditanami bibit kelapa sawit. Cara ini dapat dilakukan cepat
tetapi hanya efektif jika dilakukan pada areal datar dan tanah dalam keadaan
lembap. Cara ini menjadi tidak efektif jika diterapkan pada areal berbukit atau
bergelombang karena benih akan hanyut oleh air saat terjadi hujan.
Setiap cara atau
teknis penanaman cover crop memiliki kelebihan dan kekurangan, namun yang lebih
banyak diterapkan pada perkebunan kelapa sawit adalah cara yang pertama, yaitu
cara tugal. Jika jadwal sangat sempit dan jumlah tenaga kerja sangat terbatas,
cara kedua lebih baik untuk diterapkan.
Perawatan Cover
Crop
Agar
cover crop tumbuh sempurna, dapat menutup seluruh permukaan area lperkenunan,
makan cover crop harus dirawat dengan baik. Perawatan cover crop dilakukan
sejak benih belum ditanam hingga tumbuh sempurna menutup seluruh permukaan
areal. Perawatan cover crop meliputi tahapan sebagai berikut.
a.
Rawat 0
Adalah
mempersiapkan areal yang akan ditanami dengan mencabut semua gulma, rumput,
atau sisa-sisa akar kayu yang tertinggal diareal.
b. Rawat
1
Adalah
perawatan cover crop setelah satu bulan ditanam, meliputi pencabutan semua
gulma yang tumbuh pada petak areal yang sama dan pemberian pupuk dengan
menyebarkannya secara meratapada permukaan tanah. Pupuk yang digunakan adalah
rock phosphat dan dolomit dengan dosis masing-masing 2 dan 3 ton per hektar.
c. Rawat
2
Adalah
perawatan saat cover crop berumur dua bulan, yaitu melakukan hal yang sama
sebagimana rawat 1, tetapi tanpa pemupukan.
d. Rawat
3
Adalah
perawatan saat cover crop berumur tiga bulan, yaitu melakukan pekerjaan sebagimana
rawat 2. Pada rawat 3 cover crop sudah tumbuh sempurna menutup seluruh
permukaan petak areal jika pertumbuhannya berlangsung dengan baik.
.
Pemeliharaan LCC sebaiknya dilakukakan secara berkala sejak LCC ditanam di
lapangan. LCC umumnya ditanam di antara barisan tanaman (gawangan). Tindakan
pemelihara meliputi : pengendalian gulma, pemupukan, pengenlaian hama penyakit,
dan pemurnian.
Pengendalian
gulma pada LCC dimulai sejak dua minggu atau satu bulan setelah tanam sampai
LCC menutup sempurna. Pengendalian gulma dapa dilakukan secara manual maupun
kimia. Penyiangan secara manual menggunakan tenaga manusia, umumnya tidak cukup
dilakukan satu atau dua kali. Penyiangan ulangan dapat dilakukan dengan selang
waktu 2-3 minggu. Penyiangan secara kimia dapat ditempuh dengan menggunakan
herbisida. Herbisida pra-tumbuh disemprotkan di alur tanaman LCC. Untuk
keperluan tersebut dapat digunakan herbisida dengan bahan aktif paraquat.
Penyemprotan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur + 3 minggu dengan dosis 1.2-2,5
1/ha. Penyemprotan kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyemprotan pertama
dengan dosis 0,75-1,5 1/hs, sedangkan penyemprotan ketiga dilakukan dengan
dosis 0,5 1/ha pada jalur gulma bila masih diperlukan.
Hama yang
menyerang tanaman LCC di antaranya : ulat penggulung daun Nacoleia diemenalis,
ulat jengkal Mocis undata, Belalang Valanga niqricornis, kumbang dengung
Holotrichia bidentata, kepik penghisap daun Chauliopsbisontula, dan kumbang
moncong Hypomeces squamosus, hama hama tersebut dapat dikendalikan dengan
penyemprotan insektisida Endosulfan dengan dosis 1.120 gr bahan aktif dalam 124
liter air, Methomyl 560 gr bahan aktif dalam 124 liter air, dan tetra
chloryinphos 1.120 gr bahan aktif dalam 124 liter air.
Pemurnian
LCC dapat dilakukan secara manual maupun kimia tergantung banyaknya gulma yang
tumbuh. Pemilihan herbisida dan teknis aplikasinya tergantung kepada komposisi
gulma yang mencemari LCC. Persyaratan pemurnian LCC agar dapat berhasil adalah
:
·
umur LCC lebih dari 1 tahun
·
tajuk tanaman karet belum menutup
·
pencemarang gula + 50%
·
penyemprotan dilakukan menjelang
musim hujan
Gulma rumput
dan berdaun lebar dukendalikan dengan herbisida Fusalie 1,5 -2,0 1/ha dengan
volume semprot 500 1/ha dengan volume semprot 500 1/ha air peralut, sedangkan
gulma mikinia dikendalikan dengan herbisida yang sma dengan gula berkayu namun
dengan volume tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Jenis-jenis tanaman legume cover
crop (LCC) yang biasa digunakan pada perkebunan karet adalah Mucuna bracteata, Calopogonium muconoides,
Centrocema pubescens, Pueraria javanica, dan Centrocema caeruleum
2.
LCC memiliki beberapa manfaat antara
lain mengendalikan gulma di lahan perkebunan, menyumbang nitrogen bagi tanaman
karet, mengendalikan air untuk mencegah
erosi, dan mempercepat pertumbuhan karet serta meningkatkan produksi karet
kering
3. Teknik
penanaman cover crop pada tanaman karet ada 3 metode yaitu dengan metode tugal,
metode baris, dan metode tabur benih
Saran
Saat
ini masih banyak perkebunan yang belum menanam Cover Crop di sekitar tanaman
karet karena berbagai faktor kendala seperti kurangnya produksi benih cover
crop di Indonesia hingga keuangan. Sebenarnya dengan adanya cover crop biaya
pemeliharaan tanaman karet akan semakin rendah dan produksi karet akan
meningkat yang bisa memberi keuntungan lebih pada perusahaan perkebunan karet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar