BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.
Revolusi
industri di mulai di inggris pada tahun 1750-an di kenal oleh seluruh peradaban
barat sebagai wahana untuk meningkatkan produksi sampai ke tingkat yang
gila-gilaan. Hal yang kurang di ketahui dalah usaha peredaan atau pengelolaan
demam produksi itu melalui telaah sistematik.
Sebagai
mana manajemen operasi yang lain, dalam agribisnis juga di terapkan fungsi
manajemen yang telah di terapkan di berbagai kalangan umum, yang di mulai dari
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian.
Agribisnis sebagai suatu bidang usaha akan menjadi lebih efisien dan
menguntungkan apabila di lakukan dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian
dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pelaksanaan pada saat yang
tepat. Oleh karena itu fungsi perencanaan memegang peranan yang sangat penting
dalam agribisnis agar usaha agribisnis tidak mengalami kegagalan. Menurut sa’id
( 2004 ) fungsi perencanaan mencankup semua kegiatan yang di tujukan untuk menusun
program kerja selama periode tertentu pada masa yang akan datang berdasarkan
visi, misi, tujuan, serta sasaran organisasi.
Dalam
perencanaan agribisnis dpat di lakukan beberapa perencanaan di antaranya:
keungan, pemasaran, produksi, persediaan dan lain-lain, tujuannya agar
perusahaan agribisnis mendapat posisi yang terbaik berdasarkan kondisi bisnis
dan permintaan konsumen pada masa mendatang. Namun dalam makalah ini yang
dibahas adalah khusus perencanaan produksi dalam agribisnis. Untuk mengetahui
lebih lanjut tentang perencanaan produksi kita masuk dalam pembahasan makalah
ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana cara pengambilan keputusan manajemen agribisnis ?
2. Apa saja yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan manajemen
agribisni ?
3. Bagaiman tahapan merencanakan produksi
dalam agribisnis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara mengambil keputusan dalam manajemen agribisnis.
2. Dapat mengambil keputusan manajemen agribisnis.
3. Mengetahui tahapan produksi dalam agribisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM
AGRIBISNIS
Pengertian Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan
(desicion making) adalah melakukan penilaiandan menjatuhkan pilihan. Keputusan
ini diambil setelah melalui beberapaperhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, adabeberapa
tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapantersebut
bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yangakan
dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.Secara umum,
pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
1.G. R. Terry: Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah
sebagaipemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yangmungkin.
2.Claude S. Goerge, Jr:
Mengatakan proses pengambilan keputusan itudikerjakan oleh kebanyakan manajer
berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiranyang termasuk pertimbangan, penilaian
dan pemilihan diantara sejumlahalternatif.
3.Horold dan Cyril
O’Donnell: Mereka mengatakan bahwa pengambilankeputusan adalah pemilihan
diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jikatidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasiyang telah dibuat.
4.P. Siagian:
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematisterhadap suatu masalah,
pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atasalternatif dan
tindakan.
B. Fase Pengambilan
Keputusan
1. Aktivitas
intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yangmengharuskan
keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain ;
Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitasintelegensia untuk mencapai
tujuan.Aktifitas desain meliputi :
-
menemukan cara-cara/metode
-
mengembangkan metode
-
menganalisa tindakan yang dilakukan
3.
Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif
dalampengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang
telahditetapkan.
Dari
tiga aktiftas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilankeputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah
utama
b. Menyusun
alternatif
c. Menganalisis
alternatif
d.
Mengambil keputusan yang terbaik
C. Teknik Pengambilan
Keputusan
1. Operational
Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalamanalisa dan pemecahan
persoalan.
2. Linier Programming
; Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War Game
; Teori penentuan strategi.
4.
Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional
atashal-hal tidak normal.
D. Proses Pengambilan
KeputusanMenurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang
dihadapi
2. Menganalisa problem
tersebut
3. Menetapkan sejumlah
alternatif
4. Mengevaluasi
alternatif
5. Memilih alternatif
keputusan yang akan dilaksanakan
Menurut Peter Drucer :
a. Menetapkan masalah
b. Manganalisa masalah
c. Mengembangkan
alternatif
d. Mengambil keputusan yang
tepat
e. Mengambil keputusan
menjadi tindakan efektif
Pengambilan
keputusan selalu berhubungan dengan adanya kesulitan,konflik dan problema.
Melalui pengambilan keputusan dan implementasinya,perusahaan akan memecahkan
masalah atau menyelesaikan konflik. Pengambilankeputusan adalah suatu proses
untuk memilih salah satu cara atau arah tindakandari berbagai alternatif yang
ada demi tercapainya hasil yang diinginkan.Pengambilan
keputusan mengandung unsur yaitu:
1)Proses; adanya kegiatan
atau pelaksanaan sesuatu.
2)Pemilihan; memilih
alternatif-alternatif yang layak, terbaik,realistis dan terjangkau.
3)Tujuan; hasil yang akan
dicapai harus “feasible”, rasionaldanterukur.Adapun tahap pengambilan keputusan
yaitu identifikasi masalah, perumusanalternatif, perumusan alternatif, analisis
alternatif, usul pemecahan masalah &rencana tindakan. Efektifitas
pengambilan keputusan yang rasional meliputi:
1.keterangan harus
didasarkan pada fakta.
2.bebas dari prasangka,
bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif.
3.harus berusaha untuk
mencapai tujuan.
4.harus mengetahui tujuan
mana yang dapat dicapai beserta dengankelemahannya.
5.berdasarkan pada
prinsip-prinsip analisis dalam menilai berbagaialternatif.
6.menggunakan
ukuran objektif.
7.sejauh mungkin
menggunakan teknik kuantitatif.
8.harus
optimis dan berkemauan kuat.
Alat
pengambilan keputusan ada duayaitu non kuantitatif meliputi intuisi, fakta,
pengalaman, dan opinisedangkan alat pengambilan keputusan kuantitatif meliputi
keuntunganabsolut, analisis titik impas, analisis investasi
E. DEFINISI PRODUKSI
Produksi
dapat di nyatakan seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalm
penciptaan produk dan jasa. Dan jika demikian tidaklah begitu sukar untuk
mengkaji manajemen produksi dengan cara umum, yaitu sebagai rangkaian keputusan
yang rumit guna mendukung proses produksi. Pada masa awal perkembangan disiplin
manajemen produksi, pabriklah yang merupakan pihak yang di untungkan dari
kemajuan pengetahuan dan teknik. Namun dewasa ini, kita dapat menyaksikan bahwa
semua pihak yang terlibat dalm produksi barang dan jasa, termaksud pasar
swalayan, gudang, dan kantor, dpat menikmati manfaat dari perencanaan dan
manajemen produksi yang cermat. Dan ternyata pada berbagai jenis bisnis dapat
kita lihat bahwa prinsip-prinsip manajemen produksi telah di rangkaikan dengan
interaksi pekerja, bahan dan mesin, pengendalian biaya dan mutu, dan penataan
lokasi fasilitas.
Pada
agribisnis, prinsip-prinsip manajemen produksi terbukti telah bermanfaat dalam
memperbaiki metode pengumpulan, penyortiran, dan pengelompokan mutu, pemrosesan
dan pabrikasi, dan pengepakan serta pengiriman produk pertanian. Semua kegiatan
ini di rangkum dalam kerangka kerja untuk salah satu dari ke empat proses
produksi.
a. Proses
produksi
Proses penguraian atau
analisis adalah pengadaan berbagai macam produk dari satu jenis bahan baku.
Karena perbedaan cara pemrosesan dan pengepakan maka jagung dapat di hidangkan
dalam bentuk jagung bakar, jagung rebus, jagung goreng, minyak jagung, jagung
kalengan, atau keripik. Agribisnis yang mengolah satu jenis bahan
untuk semua produknya mungkin lebih tepat menempatkan fasilitasnya di dekat
sumber bahan ketimbang di dekat pasar.
Peramuan atau
sintesis persis merupakan kebalikan dari penguraian artinya, satu produk di
hasilkan dari berbagai jenis bahan baku. Karena bahan baku ini mungkin di
datangkan dari tempat yang berbeda-beda, yang terkadang saling berjauhan ssatu
sama lain, maka perusahaan yang menekuni bidang peramuan sering menempatkan
fasilitasnya di dekat pasar akhir ( pembeli terkhir ) karena hal ini lebih
praktis dan menguntungkan. Dengan demikian, jika bahan baku tersebut di rakit,
di proses, dan di kemas sebagai satu produk, maka biaya pengirimannya ke pasar
akan lebih murah.
Usaha
interaktif bersangkut paut dengan sumber daya alam
dan pengolahan dengan perubahan bentuk. Usaha interaktif terjadi
apabila suatu produk di ekstrasi, ( di sadap atau di sarikan ) dari lingkungan
alamnya, yang misalnya ketika pepohonan di tebang untuk di jadikan kau
gelondongan atau balok.
Pengolahan (
fabrication ) tidak bersangkut paut dengan bentuk alami tetapi tetapi perubahan
bentuk dari sejumlah bahan dasar agar lebih muda di pasarkan. Misalnya sapi dan
kerbau di potong, di kerat-kerat, di proses, dan di kemas dalam berbagai bentuk
agar menarik bagi konsumen.
Namun
kadang-kadang dua proses produksi berlangsung secara serentak antara penguraian
dan pengolahan misalnya ketika daging sapi diubah menjadi roti “ abon daging
sapi, sosis dan lain-lin.
b. Tipe
produksi
Semua
proses produksi membentuk bagian dari jaringan produksi yang menyeluruh.
Jaringan menyeluruh tersebut bisa mengambil salah satu bentuk dari dua tipe
produksi, yaitu tipe produksi yang berkesinambungan dan yang terputus-putus.
Berkesinambungan dalam
produksi yang berkesinambungan, arus masukan berlangsung terus melalui sistem
yang di standarisasi guna menghasilkan keluaran yang pada dasarnya sama. Maka
produksi yaang berkesinambungan biasanya bersifat relatif sederhana dan tidak
terlalu menuntut perhatian.
Terputus-putus produksi
yang terputus-putus akan merasa jels jika kita menggambarkannya sebagai proses
yang melibatkan keluaran yang berbeda-beda, prosedur yang berubah-ubah dan
sering juga menciptakan masukan yang berbeda-beda.
F. PERENCANAAN PRODUKSI
Seperti
di bidang manajemen lainnya, manajemen produksi memerlukan perencanaan yang
cermat. Faktor pertimbangan yang terlibat di antara lain adalah lokasi
fasilitas, ukuran pabrik, tata letak, pembelian persediaan dan pengendalian
produksi. Semua faktor pertimbangan ini merupakan bagian dari tinjauan sistem
yang menyeluruh.
Lokasi Dalam
memilih tempat untuk fasilitas, pada umumnya manajer agribisnis
mempertimbangkan empat bahan pemikiran yang saling berkaitan yaitu:
(1). Sumber bahan
baku atau perbekalan;
Seperti telah di sebutkan
sebelumnya, lokasi lokasi agribisnis mungkin berdekatan dengan sumber bahan
bakunya jika pada dasarnya hanya di butuhkan satu jenis bahan baku dan ongkos
angkutnya dalam bentuk bahan baku sangat besar. Di pihak lain, agribisnis
mungkin memerlukan sedemikian banyak jenis bahan baku dari lokasi yang
terpencar dan berjauhan sehingga lebih tepat untuk menempatkan lokasi produksi
di dekat pasar.
(2) ketersediaan
tenaga kerja;
Wilayh yang berbeda
menawarkan jenis tenaga kerja yang berbeda pula. Daerah pemukiman elit bukanlah
tempat yang cocok untuk menempatkan jalur perakitan dari usaha pengalengan dan
daerah kumuh tidak dapat untuk di jadikan lokasi kantor eksekutif. Di
samping itu, wilayah tertentu memerlukan upah dan tunjangan yang lebih tinggi
bagi para pekerja karena biaya hidup yang lebih tinggi di daerah tersebut. Ada
pula daerah yang menjanjikan tingkat produktifitas yang lebih tinggi serta
tingkat ketidak hadiran dan pergantian kerja yang lebih rendah. Pengaruh serikt
pekerja wilayah tertentu juga harus di perhitungkan, karena serikt pekerja yang
kuat sering menghdapkan majikan pda tuntutan yang keras dalam hal upah dan
pemogokan. Akhirnya, agribisnis yang memerlukan banyak kegiatan penelitian
sangt tepat jika di tempatkan di daerah pelajar. Semu faktor ini di
pertimbangkan dalam memilih lokasi.
(3) lokasi pasar;
Jika perusahaan membutuhkan
banyak jenis bahan baku dengan ongkos angkut yang tidak begitu besar, maka
penempatan di dekat pasar bisa sangat menguntungkan. Penempatan yang berdekatan
dengan pasar terutama penting bagi pengejer, karena dengan demikian pelanggan
tidak harus pergi jauh-jauh untuk membeli.
(4) insentif khusus yang
tersedia pada daerah tertentu.
Industri pertnian yang
membutuhkan air dan pembangkit tenaga yang besar sebaiknya di tempatkan di
daerah yang berlimpah dengan sember perbekalan tersebut. Dalam rangka
mengairahkan bisnis, adakalanya pemerintah menawarkan keringanan pajak dan
biaya listrik atau air di daerah tertentu, di samping kemudahan perizinan dan
penyediaan pr sarana yang lebih baik.
Ukuran pabrik terlepas
dari lokasi, ukuran pabrik yang optimal merupakan dimensi penting dari
agribisnis. Pada umumnya, unit-unit yang lebih besar lebih muda di operasikan,
tetapi dengan pabrik yang terlalu besar hanya akan merupakan pemborosan besar
jika kita tinjau dari berbagai faktor:
1. Skala
usaha yang ekonomis
Menurut
prinsip skala usaha yang ekonomis pbrik yang makin besar biasanya akan
mengakibatkan biaya peryunit semakin kecil. Akan tetapi, ukuran pabrik yang
makin kecil mungkin saja menwarkan lebih banyak fleksibilitas dalam
hal jaraknya ke sumber bahan baku atau ke pasar, yang pada gilirannya akan
mengakibatkan ongkos angkut yang lebih murah. Jadi, dengan mempertimbangkan
factor-faktor lain kita akan mengetahui berapa nilai yang sesungguhnya dari
pabrik yang lebih besar.
2. Sifat
musiman dan pola produksi
Kita
telah membicarakan bahwa produk pertanian yang bersifat musiman dapat membuat
manajer produksi pusing tujuh keliling. Pabrik yang cukup besar untuk menyerap
volume pada musim tersibuk akan merupakan pemborosan besar pada masa lelang.
Dengan keadaan demikian, mungkin akan lebih ekonomis untuk mengoperasikan
beberapa pabrik yang lebih kecil yang sebagian di antaranya akan di tutupi pada
masa lellang. Memang hal ini tidak akan mengurangi biaya tetap dari fasilitas
yang tidak di gunakan tetap pengeluaran sehari-hari untuk engoperasikan
fasilitas tersebut bias di kurangi.
3. Dampak
inflasi
Agribisnis
yang menggeluti operasi besar dan mahal, harus mempertimbangkan laju inflasi
yang makin membumbung dan kemungkinan pelonjakan biaya untuk beberapa tahun
mendatang. Di samping itu, daya beli modal yang tersedia saat ini akan menurun
dengan cepat.
4. Kuantitas
keluaran yang di butuhkan
Salah satu penentu ukuran pabrik
yang sangat penting adalah kuantitas keluaran yang di butuhkan. Agribisnis
yang mampu menjual berjuta-juta unit keluaran pada tingkat yang konstan kecil
kemungkinan akan menginvestasi pada pabrik yang kecil. Serentak dengan itu,
manajer harus mempertimbangkan factor-faktor jangka panjang dan harus
memperkirakan kelanjutan permintaan yang sedemikian tinggi untuk mendukung
investasi besar-besaran.
5. Jumlah
gilir kerja
Sekiranya
tenaga kerja tersedia, maka cara lain untuk mencapai kapasitas sarana yang
maksimum adalah dengan mengadakan beberapa gilir kerja. Menurut teorinya, kita
bias menghasilkan jumlah keluaran yang berlipat dua dengan mengadakan dua gilir
kerja, di mana kita membatasi kebutuhan akan ruang dan peralatan kerja dengan
menyebarkannya pada jam produksi yang di lipat gandakan. Tetapi sebelum
mencapai kesimpulan ini, manajer agribisnis harus mempertimbangkan banyak factor.
Tata letak dalam
merencanakan tataletak fisis suatu pabrik, kita perlu mempertimbangkan semua
proses dan prosedur yang akan di jalani pabrik, kuantitas dan kualitas yang di
perlukan, dan setiap perubahan enis, mutu, atau permintaan produk di masa mendatang.
Semua hal ini harus tertuang pada kerangka kerja yang di rancang seefisien
mungkin. Ada dua kategori utama tata letak:
1. Tata
letak proses
Tata
letak proses menyusun kegiatan berdasarkan fungsi. Dengan demikian, terlepas
dari produk yang sedang di bentuk atau di rakit, dalam tataletak proses semua
peralatan dengan fungsi yang sama di kelompokan ke tempat yang sama. Tata letak
proses berkaitan dengan produksi yang terputus-putus karena semua fungsi mampu
menagani segi-segi yang berbeda dari berbagai produk.
2. Tataletak
produk
Tataletak
produk di rsncang kusus bagi proses produksi yang berkesinambungan karena di
sini di hasilkan satu produk secara bertahap, di mana berbagai fungsi
berlangsung secara berurutan pada saat produk di rakit, dan dan hampir tidak
ada variasi produk.
3. Masalah
Penanganan Bahan
Masalah
penanganan bahan yang di hadapi pabrik akan berbeda seuai dengan perbedaan tata
letak, yaitu apakah berorientasi pada produk atau proses. Gagasan utama yang
terkandung dalam tata letak proses adalah untuk memungkinkan fleksibilitas
karena urutan pemrosesan produk tidak bersifat mutlak. Penanganan bahan ini
biasanya di kerjakan dengan menggunakan derek, truk, dan traktor untuk muatan
berat.
Untuk
tata letak produk, komunikasi dan transportasi di antara titk/lokasi produksi
harus berjalan lancar dan bersifat langsung. Untuk memenuhi tujuan ini
seringkali di gunakan ban berjalan, meskipun masih ada cara lain untuk
memindahkan barang secara langsung dari satu lokasi ke lokasi berikutnya.
Kereta gantung juga bisa memenuhi tujuan tersebut
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Manajemen Agribisnis adalah suatu kegiatan
dalam bidang pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi
fungsi perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan fungsi
pengawasan serta pengendalian dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal. Agribisnis
sebagai sebuah sistem memiliki 4 subsistem utama, yaitu subsistem penyediaan
sarana dan prasarana usaha tani, subsistem usaha tani/budidaya, subsistem
pengolahan dan penyimpanan, dan subsistem pemasaran. Keempat subsistem tersebut
sekaligus menjadi ruang lingkup atau batasan dalam manajemen agribisnis.
Manajemen agribisnis menerapkan fungsi-fungsi manajemen seperti halnya
manajemen yang lain, yakni fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pengeavaluasian dan pengendalian.
3.2 Saran
Manajemen agribisnis meimiliki ruang
lingkup yang sangat luas, untuk itu diperlukan pemahaman dan wawasan yang lebih
dalam. Teori-teori tentang manajemen agribisnis yang digunakan masih terlalu
sedikit sehingga dibutuhkan refrensi yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Http://Agribisnis
dan Manajemen Agribisnis.html. diakses pada 28 Februari 2017.
Http://Manajemen
Agribisnis.html. diakses pada 12 Maret 2014.
Prasetyo, Edi dan Agus Setiadi. 2004. Pengantar ManajemenAgribisnis.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Syahza, Almasdi. 2013. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis : Perbedaan
manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar