Kamis, 28 Februari 2019

MANAJEMEN AGRIBISNIS - PENGAMBILAN KEPUTUSAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
            Revolusi industri di mulai di inggris pada tahun 1750-an di kenal oleh seluruh peradaban barat sebagai wahana untuk meningkatkan produksi sampai ke tingkat yang gila-gilaan. Hal yang kurang di ketahui dalah usaha peredaan atau pengelolaan demam produksi itu melalui telaah sistematik.
            Sebagai mana manajemen operasi yang lain, dalam agribisnis juga di terapkan fungsi manajemen yang telah di terapkan di berbagai kalangan umum, yang di mulai dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian. Agribisnis sebagai suatu bidang usaha akan menjadi lebih efisien dan menguntungkan apabila di lakukan dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta pelaksanaan pada saat yang tepat. Oleh karena itu fungsi perencanaan memegang peranan yang sangat penting dalam agribisnis agar usaha agribisnis tidak mengalami kegagalan. Menurut sa’id ( 2004 ) fungsi perencanaan mencankup semua kegiatan yang di tujukan untuk menusun program kerja selama periode tertentu pada masa yang akan datang berdasarkan visi, misi, tujuan, serta sasaran organisasi.
            Dalam perencanaan agribisnis dpat di lakukan beberapa perencanaan di antaranya: keungan, pemasaran, produksi, persediaan dan lain-lain, tujuannya agar perusahaan agribisnis mendapat posisi yang terbaik berdasarkan kondisi bisnis dan permintaan konsumen pada masa mendatang. Namun dalam makalah ini yang dibahas adalah khusus perencanaan produksi dalam agribisnis. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perencanaan produksi kita masuk dalam pembahasan makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana cara pengambilan keputusan manajemen agribisnis ?
2. Apa saja yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan manajemen agribisni ?
3. Bagaiman tahapan merencanakan produksi dalam agribisnis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara mengambil keputusan dalam manajemen agribisnis.
2. Dapat mengambil keputusan manajemen agribisnis.
3. Mengetahui tahapan produksi dalam agribisnis.



BAB II
PEMBAHASAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM AGRIBISNIS
Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaiandan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapaperhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, adabeberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapantersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yangakan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
1.G. R. Terry: Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagaipemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yangmungkin.
2.Claude S. Goerge, Jr: Mengatakan proses pengambilan keputusan itudikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiranyang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlahalternatif.
3.Horold dan Cyril O’Donnell: Mereka mengatakan bahwa pengambilankeputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jikatidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasiyang telah dibuat.
4.P. Siagian: Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematisterhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atasalternatif dan tindakan.
B. Fase Pengambilan Keputusan
 1. Aktivitas intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yangmengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain ; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitasintelegensia untuk mencapai tujuan.Aktifitas desain meliputi :
            - menemukan cara-cara/metode 
            - mengembangkan metode
            - menganalisa tindakan yang dilakukan
3. Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalampengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telahditetapkan.
            Dari tiga aktiftas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilankeputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah utama
b. Menyusun alternatif 
c. Menganalisis alternatif 
d. Mengambil keputusan yang terbaik 
C. Teknik Pengambilan Keputusan
 1. Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalamanalisa dan pemecahan persoalan.
2. Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War Game ; Teori penentuan strategi.
4. Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atashal-hal tidak normal.
D. Proses Pengambilan KeputusanMenurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif 
4. Mengevaluasi alternatif 
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Menurut Peter Drucer :
 a. Menetapkan masalah
b. Manganalisa masalah
c. Mengembangkan alternatif 
d. Mengambil keputusan yang tepat
e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif 

            Pengambilan keputusan selalu berhubungan dengan adanya kesulitan,konflik dan problema. Melalui pengambilan keputusan dan implementasinya,perusahaan akan memecahkan masalah atau menyelesaikan konflik. Pengambilankeputusan adalah suatu proses untuk memilih salah satu cara atau arah tindakandari berbagai alternatif yang ada demi tercapainya hasil yang diinginkan.Pengambilan keputusan mengandung unsur yaitu:
1)Proses; adanya kegiatan atau pelaksanaan sesuatu.
2)Pemilihan; memilih alternatif-alternatif yang layak, terbaik,realistis dan terjangkau.
3)Tujuan; hasil yang akan dicapai harus “feasible”, rasionaldanterukur.Adapun tahap pengambilan keputusan yaitu identifikasi masalah, perumusanalternatif, perumusan alternatif, analisis alternatif, usul pemecahan masalah &rencana tindakan. Efektifitas pengambilan keputusan yang rasional meliputi:
1.keterangan harus didasarkan pada fakta.
2.bebas dari prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif.
3.harus berusaha untuk mencapai tujuan.
4.harus mengetahui tujuan mana yang dapat dicapai beserta dengankelemahannya.
5.berdasarkan pada prinsip-prinsip analisis dalam menilai berbagaialternatif.
6.menggunakan ukuran objektif.
7.sejauh mungkin menggunakan teknik kuantitatif.
8.harus optimis dan berkemauan kuat.
            Alat pengambilan keputusan ada duayaitu non kuantitatif meliputi intuisi, fakta, pengalaman, dan opinisedangkan alat pengambilan keputusan kuantitatif meliputi keuntunganabsolut, analisis titik impas, analisis investasi
E.   DEFINISI PRODUKSI
           Produksi dapat di nyatakan seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalm penciptaan produk dan jasa. Dan jika demikian tidaklah begitu sukar untuk mengkaji manajemen produksi dengan cara umum, yaitu sebagai rangkaian keputusan yang rumit guna mendukung proses produksi. Pada masa awal perkembangan disiplin manajemen produksi, pabriklah yang merupakan pihak yang di untungkan dari kemajuan pengetahuan dan teknik. Namun dewasa ini, kita dapat menyaksikan bahwa semua pihak yang terlibat dalm produksi barang dan jasa, termaksud pasar swalayan, gudang, dan kantor, dpat menikmati manfaat dari perencanaan dan manajemen produksi yang cermat. Dan ternyata pada berbagai jenis bisnis dapat kita lihat bahwa prinsip-prinsip manajemen produksi telah di rangkaikan dengan interaksi pekerja, bahan dan mesin, pengendalian biaya dan mutu, dan penataan lokasi fasilitas.
            Pada agribisnis, prinsip-prinsip manajemen produksi terbukti telah bermanfaat dalam memperbaiki metode pengumpulan, penyortiran, dan pengelompokan mutu, pemrosesan dan pabrikasi, dan pengepakan serta pengiriman produk pertanian. Semua kegiatan ini di rangkum dalam kerangka kerja untuk salah satu dari ke empat proses produksi.
a.       Proses produksi
            Proses penguraian atau analisis adalah pengadaan berbagai macam produk dari satu jenis bahan baku. Karena perbedaan cara pemrosesan dan pengepakan maka jagung dapat di hidangkan dalam bentuk jagung bakar, jagung rebus, jagung goreng, minyak jagung, jagung kalengan,  atau keripik. Agribisnis yang mengolah satu jenis bahan untuk semua produknya mungkin lebih tepat menempatkan fasilitasnya di dekat sumber bahan ketimbang di dekat pasar.
            Peramuan atau sintesis persis merupakan kebalikan dari penguraian artinya, satu produk di hasilkan dari berbagai jenis bahan baku. Karena bahan baku ini mungkin di datangkan dari tempat yang berbeda-beda, yang terkadang saling berjauhan ssatu sama lain, maka perusahaan yang menekuni bidang peramuan sering menempatkan fasilitasnya di dekat pasar akhir ( pembeli terkhir ) karena hal ini lebih praktis dan menguntungkan. Dengan demikian, jika bahan baku tersebut di rakit, di proses, dan di kemas sebagai satu produk, maka biaya pengirimannya ke pasar akan lebih murah.
            Usaha interaktif bersangkut paut dengan sumber daya alam dan pengolahan dengan perubahan bentuk.  Usaha interaktif terjadi apabila suatu produk di ekstrasi, ( di sadap atau di sarikan ) dari lingkungan alamnya, yang misalnya ketika pepohonan di tebang untuk di jadikan kau gelondongan atau balok.
            Pengolahan ( fabrication ) tidak bersangkut paut dengan bentuk alami tetapi tetapi perubahan bentuk dari sejumlah bahan dasar agar lebih muda di pasarkan. Misalnya sapi dan kerbau di potong, di kerat-kerat, di proses, dan di kemas dalam berbagai bentuk agar menarik bagi konsumen.
            Namun kadang-kadang dua proses produksi berlangsung secara serentak antara penguraian dan pengolahan misalnya ketika daging sapi diubah menjadi roti “ abon daging sapi, sosis dan lain-lin.
b.      Tipe produksi
            Semua proses produksi membentuk bagian dari jaringan produksi yang menyeluruh. Jaringan menyeluruh tersebut bisa mengambil salah satu bentuk dari dua tipe produksi, yaitu tipe produksi yang berkesinambungan dan yang terputus-putus.
            Berkesinambungan  dalam produksi yang berkesinambungan, arus masukan berlangsung terus melalui sistem yang di standarisasi guna menghasilkan keluaran yang pada dasarnya sama. Maka produksi yaang berkesinambungan biasanya bersifat relatif sederhana dan tidak terlalu menuntut perhatian.
            Terputus-putus  produksi yang terputus-putus akan merasa jels jika kita menggambarkannya sebagai proses yang melibatkan keluaran yang berbeda-beda, prosedur yang berubah-ubah dan sering juga menciptakan masukan yang berbeda-beda.

F.      PERENCANAAN PRODUKSI
            Seperti di bidang manajemen lainnya, manajemen produksi memerlukan perencanaan yang cermat. Faktor pertimbangan yang terlibat di antara lain adalah lokasi fasilitas, ukuran pabrik, tata letak, pembelian persediaan dan pengendalian produksi. Semua faktor pertimbangan ini merupakan bagian dari tinjauan sistem yang menyeluruh.
Lokasi   Dalam memilih tempat untuk fasilitas, pada umumnya manajer agribisnis mempertimbangkan empat bahan pemikiran yang saling berkaitan yaitu:
 (1). Sumber bahan baku atau perbekalan;
Seperti telah di sebutkan sebelumnya, lokasi lokasi agribisnis mungkin berdekatan dengan sumber bahan bakunya jika pada dasarnya hanya di butuhkan satu jenis bahan baku dan ongkos angkutnya dalam bentuk bahan baku sangat besar. Di pihak lain, agribisnis mungkin memerlukan sedemikian banyak jenis bahan baku dari lokasi yang terpencar dan berjauhan sehingga lebih tepat untuk menempatkan lokasi produksi di dekat pasar.
 (2) ketersediaan tenaga kerja;
Wilayh yang berbeda menawarkan jenis tenaga kerja yang berbeda pula. Daerah pemukiman elit bukanlah tempat yang cocok untuk menempatkan jalur perakitan dari usaha pengalengan dan daerah kumuh tidak dapat untuk di jadikan lokasi kantor eksekutif. Di samping itu, wilayah tertentu memerlukan upah dan tunjangan yang lebih tinggi bagi para pekerja karena biaya hidup yang lebih tinggi di daerah tersebut. Ada pula daerah yang menjanjikan tingkat produktifitas yang lebih tinggi serta tingkat ketidak hadiran dan pergantian kerja yang lebih rendah. Pengaruh serikt pekerja wilayah tertentu juga harus di perhitungkan, karena serikt pekerja yang kuat sering menghdapkan majikan pda tuntutan yang keras dalam hal upah dan pemogokan. Akhirnya, agribisnis yang memerlukan banyak kegiatan penelitian sangt tepat jika di tempatkan di daerah pelajar. Semu faktor ini di pertimbangkan dalam memilih lokasi.
 (3) lokasi pasar;
Jika perusahaan membutuhkan banyak jenis bahan baku dengan ongkos angkut yang tidak begitu besar, maka penempatan di dekat pasar bisa sangat menguntungkan. Penempatan yang berdekatan dengan pasar terutama penting bagi pengejer, karena dengan demikian pelanggan tidak harus pergi jauh-jauh untuk membeli.
(4) insentif khusus yang tersedia pada daerah tertentu.
Industri pertnian yang membutuhkan air dan pembangkit tenaga yang besar sebaiknya di tempatkan di daerah yang berlimpah dengan sember perbekalan tersebut. Dalam rangka mengairahkan bisnis, adakalanya pemerintah menawarkan keringanan pajak dan biaya listrik atau air di daerah tertentu, di samping kemudahan perizinan dan penyediaan pr sarana yang lebih baik.
Ukuran pabrik  terlepas dari lokasi, ukuran pabrik yang optimal merupakan dimensi penting dari agribisnis. Pada umumnya, unit-unit yang lebih besar lebih muda di operasikan, tetapi dengan pabrik yang terlalu besar hanya akan merupakan pemborosan besar jika kita tinjau dari berbagai faktor:
1.      Skala usaha yang ekonomis
            Menurut prinsip skala usaha yang ekonomis pbrik yang makin besar biasanya akan mengakibatkan biaya peryunit semakin kecil. Akan tetapi, ukuran pabrik yang makin kecil mungkin saja  menwarkan lebih banyak fleksibilitas dalam hal jaraknya ke sumber bahan baku atau ke pasar, yang pada gilirannya akan mengakibatkan ongkos angkut yang lebih murah. Jadi, dengan mempertimbangkan factor-faktor lain kita akan mengetahui berapa nilai yang sesungguhnya dari pabrik yang lebih besar.
2.      Sifat musiman dan pola produksi
            Kita telah membicarakan bahwa produk pertanian yang bersifat musiman dapat membuat manajer produksi pusing tujuh keliling. Pabrik yang cukup besar untuk menyerap volume pada musim tersibuk akan merupakan pemborosan besar pada masa lelang. Dengan keadaan demikian, mungkin akan lebih ekonomis untuk mengoperasikan beberapa pabrik yang lebih kecil yang sebagian di antaranya akan di tutupi pada masa lellang. Memang hal ini tidak akan mengurangi biaya tetap dari fasilitas yang tidak di gunakan tetap pengeluaran sehari-hari untuk engoperasikan fasilitas tersebut bias di kurangi.
3.      Dampak inflasi
            Agribisnis yang menggeluti operasi besar dan mahal, harus mempertimbangkan laju inflasi yang makin membumbung dan kemungkinan pelonjakan biaya untuk beberapa tahun mendatang. Di samping itu, daya beli modal yang tersedia saat ini akan menurun dengan cepat.


4.      Kuantitas keluaran yang di butuhkan
            Salah satu penentu ukuran pabrik yang sangat penting adalah kuantitas keluaran yang di butuhkan. Agribisnis yang mampu menjual berjuta-juta unit keluaran pada tingkat yang konstan kecil kemungkinan akan menginvestasi pada pabrik yang kecil. Serentak dengan itu, manajer harus mempertimbangkan factor-faktor jangka panjang dan harus memperkirakan kelanjutan permintaan yang sedemikian tinggi untuk mendukung investasi besar-besaran.
5.      Jumlah gilir kerja
            Sekiranya tenaga kerja tersedia, maka cara lain untuk mencapai kapasitas sarana yang maksimum adalah dengan mengadakan beberapa gilir kerja. Menurut teorinya, kita bias menghasilkan jumlah keluaran yang berlipat dua dengan mengadakan dua gilir kerja, di mana kita membatasi kebutuhan akan ruang dan peralatan kerja dengan menyebarkannya pada jam produksi yang di lipat gandakan. Tetapi sebelum mencapai kesimpulan ini, manajer agribisnis harus mempertimbangkan banyak factor.
Tata letak dalam merencanakan tataletak fisis suatu pabrik, kita perlu mempertimbangkan semua proses dan prosedur yang akan di jalani pabrik, kuantitas dan kualitas yang di perlukan, dan setiap perubahan enis, mutu, atau permintaan produk di masa mendatang. Semua hal ini harus tertuang pada kerangka kerja yang di rancang seefisien mungkin. Ada dua kategori utama tata letak:
1.      Tata letak proses
            Tata letak proses menyusun kegiatan berdasarkan fungsi. Dengan demikian, terlepas dari produk yang sedang di bentuk atau di rakit, dalam tataletak proses semua peralatan dengan fungsi yang sama di kelompokan ke tempat yang sama. Tata letak proses berkaitan dengan produksi yang terputus-putus karena semua fungsi mampu menagani segi-segi yang berbeda dari berbagai produk.
2.      Tataletak produk
            Tataletak produk di rsncang kusus bagi proses produksi yang berkesinambungan karena di sini di hasilkan satu produk secara bertahap, di mana berbagai fungsi berlangsung secara berurutan pada saat produk di rakit, dan dan hampir tidak ada variasi produk.
3.      Masalah Penanganan Bahan
            Masalah penanganan bahan yang di hadapi pabrik akan berbeda seuai dengan perbedaan tata letak, yaitu apakah berorientasi pada produk atau proses. Gagasan utama yang terkandung dalam tata letak proses adalah untuk memungkinkan fleksibilitas karena urutan pemrosesan produk tidak bersifat mutlak. Penanganan bahan ini biasanya di kerjakan dengan menggunakan derek, truk, dan traktor untuk muatan berat.
            Untuk tata letak produk, komunikasi dan transportasi di antara titk/lokasi produksi harus berjalan lancar dan bersifat langsung. Untuk memenuhi tujuan ini seringkali di gunakan ban berjalan, meskipun masih ada cara lain untuk memindahkan barang secara langsung dari satu lokasi ke lokasi berikutnya. Kereta gantung juga bisa memenuhi tujuan tersebut



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
            Manajemen Agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bidang pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi fungsi perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan serta pengendalian dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal. Agribisnis sebagai sebuah sistem memiliki 4 subsistem utama, yaitu subsistem penyediaan sarana dan prasarana usaha tani, subsistem usaha tani/budidaya, subsistem pengolahan dan penyimpanan, dan subsistem pemasaran. Keempat subsistem tersebut sekaligus menjadi ruang lingkup atau batasan dalam manajemen agribisnis. Manajemen agribisnis menerapkan fungsi-fungsi manajemen seperti halnya manajemen yang lain, yakni fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengeavaluasian dan pengendalian.
3.2 Saran
            Manajemen agribisnis meimiliki ruang lingkup yang sangat luas, untuk itu diperlukan pemahaman dan wawasan yang lebih dalam. Teori-teori tentang manajemen agribisnis yang digunakan masih terlalu sedikit sehingga dibutuhkan refrensi yang lebih banyak lagi.



DAFTAR PUSTAKA
Http://Agribisnis dan Manajemen Agribisnis.html. diakses pada 28 Februari 2017.
Http://Manajemen Agribisnis.html. diakses pada 12 Maret 2014.
Prasetyo, Edi dan Agus Setiadi. 2004. Pengantar ManajemenAgribisnis. Semarang : Universitas Diponegoro.

Syahza, Almasdi. 2013. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis : Perbedaan manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar