BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanaman
karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia, karena
banyak penduduk yang hidupnya mengandalkan komoditas ini baik sebagai sumber
pendapatan, kesempatan kerja, dan sumber devisa negara (Direktorat Perlindungan
Perkebunan, 2003). Indonesia merupakan negara dengan luas areal perkebunan
karet terbesar di dunia yaitu 3.4 juta hektar diikuti Thailand seluas 2.6 juta
hektar dan Malaysia 1.02 juta hektar. Luasnya areal perkebunan yang dimiliki
oleh Indonesia tidak diikuti oleh produksi yang tinggi.
Produksi
karet Indonesia tercatat sebesar 2.7 juta ton berada dibawah produksi Thailand
yang mencapai 3.1 juta ton dan diatas produksi karet Malaysia mencapai 1.1 juta
ton (BPS 2012). Dari data tersebut terlihat tidak seimbangnya hasil produksi
karet terhadap luasan lahan yang dimiliki oleh Indonesia, dimana untuk luasan
lahan menduduki peringkat pertama sedangkan produksi yang dihasilkan berada
pada peringkat kedua. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang menjadi
penyebab rendahnya produksi karet.
Peningkatan
produktivitas tanaman karet sangat perlu dilakukan, melihat prospek dan
pengembangan agribisnis karet sangat bagus. Perkebunan karet di Indonesia dalam
pengembangannya dikelola oleh rakyat, perkebunan negara, dan perkebunan swasta.
Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam peningkatan produktivitas tanaman
karet adalah dengan menerapkan praktik pertanian sesuai dengan rekomendasi dari
balai penelitian tanaman karet, terutama pada kagiatan pemeliharaan tanaman
khususnya pemupukan.
Pemupukan merupakan salah satu upaya
dalam menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, terutama bagi tanaman
karet yang umumnya ditanam pada tanah miskin hara. Selain itu, pemupukan juga
merupakan salah satu kegiatan kultur teknis dalam budi daya tanaman karet.
Menurut Siregar dan Suhendry (2013) efektivitas dan efisiensi pemupukan sangat
tergantung pada manajemen atau pengelolaannya di lapangan, yang nantinya akan
sangat berperan dalam menetukan berbagai proses menuju realisasi produksi.
Pemupukan yang tidak tepat merupakan
salah satu penyebab terlambatnya matang sadap dan rendahnya produktivitas
tanaman karet. Oleh karena itu, pengelolaan hara di perkebunan karet menjadi
sangat penting untuk diperhatikan dari segi ekonomi dan efisien pupuk yang
dimanfaatkan (Samarappuli 2000).
1.2. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.
apakah manfaat dan tujuan dari pemupukan tanaman karet?
2.
bagaimana dosis dan cara pemupukan tanaman karet?
3.
bagaimana pemupukan yang tepat dan efektif pada tanaman karet?
1.3. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui manfaat dan tujuan pemupukan tanaman karet.
2.
Untuk
mengetahui dosis dan cara pemupukan tanaman karet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada
dasarnya pemupukan bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah serta menjaga
kelestariannya, menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman, meningkatkan pertumbuhan
tanaman, meningkatkan dan mempertahankan produksi, dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan penyakit (Thomas dkk, 2010).
Secara umum
tanaman karet yang kurang atau tidak mendapat pemupukan yang sempurna akan
menunjukkan gejala tanaman kerdil, daun berwarna pucat dengan ukuran kecil, ukuran
lilit batang lebih kecil dari ukuran standar, periode TBM lebih dari 6 tahun,
produksi karet kering jauh di bawah angka taksiran, jika daunnya dianalisir
dilaboratorium angka-angka N,P,K dan Mg berada di bawah angka optimum, dan jika
tanahnya dianalisis dilaboratorium angka-angka N,P,K dan Mg berada pada taraf
di bawah rendah sampai dengan sangat rendah (Thomas dkk, 2010).
Menurut
Siagian, dkk (2009) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pemupukan,
yaitu lokasi letak tebar pupuk harus bebas dari gulma, dua minggu setelah pemupukan
letak tabor pupuk harus dibersihkan/disemprot, Jika menggunakan pupuk tunggal, pencampuran
pupuk harus benar-benar homogeny dan campuran pupuk segera digunakan dan tidak
dianjurkan melebihi waktu 24 jam setelah dicampur ( untuk menjamin efektivitas
pemupukan sebaiknya masing-masing pupuk tunggal tersedia dalam waktu yang
bersamaan), keadaan tanah yang lembab pada saat aplikasi pupuk sangat diperlukan
untuk menjamin daya larut pupuk (sebaiknya pemupukan dilakukan setelah hujan
turun dengan curah hujan ≥ 60 mm/bulan).
BAB
III
PEMUPUKAN
TANAMAN KARET FASE TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) DAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM)
3.1.
Pengertian, Maksud dan Tujuan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan
yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.
Menurut
Sutedjo (2002), pemupukan adalah pemberian/penambahan bahan-bahan/zat-zat pada
tanaman/tanah untuk mencukupi keadaan makanan atau unsur hara dalam tanah yang
tidak cukup terkandung didalamnya. Dari semua unsur hara yang diperlukan
tanaman, unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium) merupakan tiga unsur
utama yang diberikan pada tanaman.
Maksud pemupukan adalah
memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman karet yang dosis dan
jenisnya diselaraskan dengan kondisi tanah dan kelas kesesuaian lahannya serta
tahap pertumbuhan karet.
Tujuannya
adalah agar tanaman karet secara vegetatif tumbuh optimal sehingga memiliki pertumbuhan lilit batang
yang besar, berkulit tebal dan pertumbuhan tinggi tanaman dapat lebih optimal
untuk layak sadap nantinya. Produksi lateks yang
berkuantitas tinggi dan berkualitas baik berasal dari pohon karet unggul yang
dipelihara (khususnya pemupukan) secara baik dan mendapatkan
unsur hara secara lengkap, sesuai dengan umur tanamannya.
Pemupukan juga
bertujuan agar kanopi pohon karena cepat berkembang sehingga permukaan tanah
cepat tertutup. Dengan demikian,
permukaan tanah tidak sepenuhnya terbuka.
Tanah yang terbuka akan menyebabkan mudahnya perkembangan gulma.
Pohon yang mengalami
kekurangan hara atau stress nutrisi akan terlihat pada perkembangan batang yang
kurang mulus. Lingkar batang kecil, kemulusan bidang sadap tidak sempurna. Struktur kulit batang yang mulus adalah kulit
yang menjadi bidang sadap yang baik tidak terdapat cacat, mengeras (membentuk
pulau) atau kelainan kulit lainnya yang dapat mengganggu kelancaran menorehan
(penyadapan).
3.2. Ketepatan Pemupukan
Keterlambatan matang sadap dan
rendahnya produktivitas yang dihasilkan tanaman karet salah satunya dapat
disebabkan ketidaktepatan pemupukan yang dilakukan. Ketepatan pemupukan
berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi penggunaan pupuk. Boerhendhy dan
Amypalupy (2011) menyatakan bahwa penggunaan pupuk akan lebih efisien, jika
status hara tanaman dikoreksi terlebih dahulu sebelum menentukan takaran
pemupukan. Analisis hara tanaman dapat dilakukan secara teratur untuk
menetapkan kebutuhan hara tanaman, serta memperhatikan ketepatan dosis atau
jumlah pupuk, waktu dan cara pemupukan.
1. Tepat dosis pupuk.
Jumlah hara yang dibutuhkan tanaman
karet dapat ditentukan dengan cara
analisis tanah dan analisis daun tanaman. Analisis tanah untuk tanaman karet
minimal dilakukan setahun sekali dalam lima tahun, karena siklus hara pada
tanaman karet dapat dilihat saat terjadi gugur daun. Analisis daun tanaman
dapat dinilai dengan melihat gejala defisiensi hara dalam daun secara visual,
untuk tanaman karet sebaiknya dilakukan setiap tahun (Siregar dan Suhendry
2013).
Dosis pupuk harus diberikan dalam
jumlah cukup. Dosis pupuk yang terlalu sedikit, hanya akan dimanfaatkan oleh
jasad renik dalam tanah, sedangkan tanaman pokok mungkin kurang bisa
memanfaatkannya. Sebaliknya dosis pupuk yang terlalu tinggi merupakan
pemborosan.
2. Tepat
waktu pemupukan.
Pemupukan yang efektif
dilakukan saat tanah mengandung cukup air, yaitu pada awal musim hujan atau
akhir musim hujan. Waktu pemupukan harus disesuaikan dengan keadaan tanaman dan
juga curah hujan. Saat
pemupukan yang terbaik ketika tanaman memberikan respon paling baik dan lengas
tanah cukup lembab. Bila
curah hujan minimal 100 mm/bulan,
dapat dikatakan tanah cukup lembab. Pada TBM dianjurkan memupuk menjelang
pembentukan kuncup daun baru agar dapat mendorong pertumbuhan aktif.
Pemberian pupuk yang tepat pada
tanaman karet adalah saat tanaman sedang membentuk tunas-tunas baru (flush),
setelah tanaman mengalami gugur daun alamiah serentak atau bertahap, serta
perlu juga diperhatikan jenis pupuk yang akan digunakan lambat larut atau mudah
larut.
3. Tepat cara pemupukan
Hara pupuk diserap oleh tanaman akan
optimal hjika letak pupuk bebas dari persaingan gulma. Selain itu, letak tebar
pupuk diusahakan bertumpang tindih dengan penyebaran akar tanaman. Pupuk dapat diberikan dengan cara
ditabur atau cara dibenam. Dasar pertimbangan untuk ini adalah biaya aplikasi,
jumlah tenaga kerja dan resiko kehilangan hara. Pemupukan dengan cara ditabur, kehilangan hara sekitar 30 %.
Dengan dibenam sedalam 2cm dari permukaan tanah, kehilangan hara sekitar 2 %
4. Tepat tempat pemupukan
Pemberian pupuk yang efektif terjadi
pada lokasi perakaran rambut terbanyak yang diikuti dengan perkembangan
tajuk. Pada areal berteras perakaran rambut terbanyak di bibir teras, tetapi
tempat ini peka erosi, untuk itu letak pemberian pupuk disarankan di teras.
3.3. Dosis Pemupukan
Pelaksanaan
pemupukan meliputi pemupukan di kebun seedling
(batang bawah), di kebun entres dan di pembibitan (setelah okulasi), pada masa
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pada saat tanaman menghasilkan (TM).
1. Pemupukan di Pembibitan
Pembibitan karet
terdiri dari pembibitan kebun entres (budwood),
pembibitan batang bawah (rootstock) dan pembibitan setelah
okulasi (grafthing). Lahan untuk
pem-bibitan biasanya telah dipilih pada areal terbaik yaitu pada bentuk wilayah
datar, dekat air dan tanah masih memiliki top soil.
1.1. Pemupukan di kebun entres (budwood)
Tanaman entres
menyediakan mata entres yang akan ditempelkan ke batang bawah. Tanaman entres
dipilih dari tanaman karet unggul yang memiliki kulit tebal, ber-potensi
memberikan produksi lateks yang tinggi dan tahan terhadap hempasan angin
kencang. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk tunggal maupun pupuk majemuk
dengan dosis dan frekuensi pemberiannya seperti tertera pada Tabel 1. Tabel
1. Dosis pupuk dan frekuensi penaburannya di Kebun Entres
Umur
(tahun)
|
Jika digunakan pupuk tunggal (g/ph/th)
|
Frekuensi penaburan
|
|||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
Kieserit
|
||
1
|
30
|
30
|
30
|
10
|
2 kali/th
|
2
|
30
|
30
|
40
|
10
|
2 kali/th
|
3 dst.
|
50
|
40
|
60
|
15
|
2 kali/th
|
1.2. Pemupukan
di areal pembibitan batang bawah (rootstock)
Pemupukan di pembibitan
yang masih dalam stadia seedling
untuk batang bawah (rootstock) dan
pemupukan setelah diokulasi. Batang bawah atau seedling karet dipilih dari seedling
karet unggul yang telah diketahui memiliki perakaran baik dan dapat menunjang
pohon setelah diokulasi. Dosis dan jenis pupuk serta frekuensi penabur-annya
pada seedling tertera pada Tabel 2.
Tabel 2..Dosis dan jenis pupuk di bibit Batang
Bawah
Umur
(bulan)
|
Jika digunakan pupuk tunggal (kg/ha)
|
|||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
Kieserit **)
|
|
1
|
150
|
100
|
125
|
50
|
2
|
175
|
175
|
200
|
75
|
3
|
175
|
175
|
200
|
75
|
4
|
175
|
175
|
200
|
75
|
*)
|
300
|
300
|
450
|
100
|
*)
Pemupukan selanjutnya setiap
**)
Kieserit dapat diganti dengan dolomit dengan mengalikannya dengan angka 1,5.
1.3. Pupuk
di areal bibitan dalam polibeg. (setelah okulasi)
Pemupukan di dalam
polibeg harus lebih berhati-hati karena volume tanah yang terbatas atau dengan
berat tanah di dalamnya hanya sekitar 15 kg saja. Jika pupuk diberikan melebihi
dosisnya maka tanaman akan segera mengalami stress karena plas-molisa akibat dari
kekurangan air. Polibeg berukuran 40x25 cm digunakan untuk peng-isian tanah
untuk bibitan yang telah diokulasi baik melalui okulasi hijau maupun okulasi
cokelat. Untuk tempat tanam bibit hasil okulasi cokelat dapat digunakan polibeg
dengan ukuran lebih besar. Dosis dan jenis pupuk untuk bibit di polibeg tertera
pada Tabel 3.
Tabel 3..Dosis dan jenis pupuk di
Polibeg
Umur
(bulan)
|
Jika digunakan pupuk tunggal (g/polibeg)
|
|||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
Kieserit
|
|
0*)
|
2
|
3
|
1
|
1
|
1
|
5
|
6
|
2
|
2
|
2
|
5
|
6
|
2
|
2
|
3
|
5
|
6
|
2
|
2
|
**)
|
5
|
6
|
2
|
2
|
Catatan: *) 1 minggu setelah
tanam di polibeg; **) Dan seterusnya setiap bulan
2.
Pemupukan
di Lapangan
Pemupukan di Lapangan terdiri dari
pemupukan pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pada tanaman
menghasilkan (TM), Tanaman karet umumnya sudah bisa dideres mulai menginjak
umur 6 tahun di lapangan, Cepat-lambatnya mulai penderesan tergantung dari
pemeliharaan semenjak di pembibitan, dosis dan frekuensi pemupukan pada masa TBM.
a.
Fase TBM
Tabel
4. Dosis dan jenis pupuk serta frekuensi penaburannya pada Karet TBM
Umur
(tahun)
|
Jika digunakan pupuk tunggal (g/ph/th)
|
Frekuensi penaburan **)
|
|||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
Kieserit*)
|
||
1
|
250
|
150
|
100
|
50
|
2-3 kali/th
|
2
|
250
|
250
|
200
|
75
|
2-3 kali/th
|
3
|
250
|
250
|
200
|
100
|
2-3 kali/th
|
4
|
300
|
250
|
250
|
100
|
2-3 kali/th
|
5
|
300
|
250
|
250
|
100
|
2-3 kali/th
|
*) Kieserit
dapat diganti dengan dolomit dengan mengalikannya dengan angka 1,5.
**)
Frekuensi penaburan pupuk dapat ditambah tergantung optimalnya kelembaban
tanah.
Catatan: Pada saat tanam seluruh lobang
tanam diberikan pupuk RP dengan dosis 250 g/lobang dicampur dengan
tanah
di lobang tanam.
Tabel 5. Dosis pemupukan karet sebelum
sebelum menghasilkan berdasarkan jenis tanahnya
Umur
(bulan)
|
Pupuk (gram/pohon)
|
|||||
Urea
|
DS
|
KCl
|
||||
|
Podsolik Merah
|
Latosol Kuning
|
Podsolik Merah
|
Latosol Kuning
|
Podsolik Merah
|
Latosol Kuning
|
3
|
21,27
|
21,73
|
31,97
|
20,72
|
13
|
15
|
9
|
43,47
|
43,47
|
63,94
|
41,44
|
26
|
30
|
15
|
65,21
|
65,21
|
95,92
|
62,17
|
36
|
45
|
21
|
86,95
|
86,95
|
127,89
|
82,89
|
52
|
60
|
27
|
108,69
|
108,69
|
159,86
|
103,61
|
65
|
75
|
33
|
130,43
|
130,43
|
192,84
|
124,93
|
78
|
90
|
39
|
173,91
|
173,91
|
255,78
|
157,85
|
104
|
120
|
45
|
217,39
|
217,39
|
319,73
|
383,68
|
150
|
150
|
51
|
260,86
|
260,86
|
383,68
|
207,23
|
156
|
180
|
b.
Fase TM
Tabel 6. Dosis dan
jenis pupuk serta frekuensinya pada Karet TM
Umur
(tahun)
|
Dosis umum anjuran pemupukan
(gram/pohon/tahun) tanaman karet menghasilkan sampai umur tanaman >25
tahun
|
Frekuensi penaburan
***)
|
|||
Jenis pupuk
|
|
||||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
Kieserit *)
|
||
6-15
|
350
|
200
|
300
|
75
|
2-3 kali/th
|
16-23
|
300
|
150
|
250
|
75
|
2-3 kali/th
|
24-25
|
300
|
100
|
250
|
75
|
2-3 kali/th
|
>25
|
200
|
-
|
200
|
-
|
2-3 kali/th
|
Sumber: Pusat Penelitian Karet (Taryo
Adwiganda,1992 dan Chairil Anwar, 2001)
Catatan: *) Dosis
kieserite dapat diganti dengan dolomit dengan mengalikan dosis tersebut dengan
angka 1,5.
**) Dua tahun menjelang
tanam ulang, tanaman karet tidak perlu dipupuk; ***) Frekuensi penaburan pupuk dapat
ditambah tergantung optimalnya kelembaban tanah.
Tabel 7. Dosis pemupukan karet pada
masa tanaman menghasilkan berdasarkan jenis tanah
Jenis pupuk (gr/pohon)
|
Podsolik Merah
|
Latosol Kuning
|
Urea
|
280,86
|
280,86
|
DS
|
383,68
|
157,86
|
KCl
|
156,00
|
180,00
|
3.4. Cara Pemupukan
Pemupukan
dapat diberikan langsung ke tanah dan pemupukan melalui daun. Pemupukan melalui
tanah umumnya diberikan dalam bentuk butir, tepung, tablet atau larutan.
1)
Pemupukan
dengan butiran (granular)
a.
Dengan
cara sebar
Pemupukan
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung ditabur di atas permukaan
tanah di
bawah tajuk pohon, tanah di sekitar pohon dicangkul ringan terlebih dahulu
kemudian pupuk ditabur, pupuk dibenam di beberapa tempat di sekitar pohon, dan
pupuk dibenam dalam alir atau parit dangkal di sekitar pohon atau memanjang
sepanjang barisan tanaman. Adapun frekuensi pemupukan sebagai berikut :
Tabel 6.
Lokasi penebaran pupuk sebagai berikut :
Umur Tanaman setelah tanam (bulan)
|
Lokasi
penebaran pupuk
|
5
|
Disebar di
piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 20 cm s/d 60 cm dari pohon
|
8
|
Disebar di
piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 30 cm s/d 75 cm dari pohon
|
12
|
Disebar di
piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 35 cm s/d 80 cm dari pohon
|
15
|
Disebar di
piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 35 cm s/d 85 cm dari pohon
|
18
|
Disebar di
piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 40 cm s/d 90 cm dari pohon
|
24
|
Disebar di
piringan pohon, pupuk ditabur mulai dari jarak 45 cm s/d 100 cm dari pohon
|
25-36
|
Disebar pada
jalur tanam mulai dari jarak 90 cm s/d 165 cm dari barisan pohon
|
37-48
|
Disebar pada
jalur tanam mulai dari jarak 100 cm cm s/d 175 cm dari pohon
|
>49
|
Disebar pada
jalur tanam mulai dari jarak 100 cm cm s/d 175 cm dari pohon
|
b.
Dengan
cara membuat parit dangkal
Cara
pemberian pupuk pada tanaman muda adalah dengan membuat parit dangkal
disekeliling pohon atau pada jarak tertentu dari batang pohon. Parit dibuat dengan melihat perkembangan
kanopi. Setelah pohon besar, maka
pemberian pupuk diberikan pada larikan di tengah.
2) Pemupukan dengan tablet
Pemupukan
dengan tablet mempunyai keuntungan yaitu lebih efektif dan
efisien, karena bentuknya padat, sehingga
:
-
Kehilangan
hara dari pupuk yang terjadi melalui proses pencucian dan erosi dapat dikurangi
-
Hara
pupuk larut dengan proses lepas lambat (slow release) sehingga secara efektif
dan efisien dapat diserap oleh tanaman
-
Aplikasi
pupuk lebih mudah, menghemat tenaga dan biaya
Contoh pupuk yang dimaksud adalah
Gramafix®Karet, yaitu pupuk majemuk lengkap tablet yang diformulasi dan
diproduksi spesifik bagi tanaman karet. Dengan kandungan lengkap meliputi hara
makro primer (N, P, K), makro sekunder (Mg, S, dan Ca), dan mikro elemen
esensial ( Fe, B, Bo, Mn, Zn, dan CI) yang disajikan dalam bentuk tablet 10
gram, pupuk ini sangat membantu petani karet mendapatkan berbagai unsur hara
yang dibutuhkan tanaman.
Cara
aplikasinya sebagai berikut :
1.
Buat
lingkaran atau piringan di sekitar pangkal batang.
2.
Tentukan
dan tugal titik-titik lubang untuk menempatkan pupuk Gramafix®Karet searah
keempat penjuru mata angin (4 atau 8 titik).
3.
Masukkan
Gramafix®Karet, setengah dosis anjuran/tahun (dibagi secara merata di setiap titik)
di kedalaman 10 - 15 cm dari muka tanah.
4.
Lakukan
pemupukan setiap enam bulan sekali atau dua kali dalam setahun dengan waktu
pemupukan pada awal dan atau akhir musim hujan.
Contoh aplikasinya sebagai berikut.
Pemupukan terhadap tanaman karet (TM 4) dengan dosis 160 kg/hektar/ tahun atau
200 gram/pohon/6 bulan seperti yang tertera di kemasannya dapat dibuat empat
titik tugal atau lubang. Selanjutnya setiap lubang diisi atau dibenami
Gramafix®Karet sebanyak lima butir (per butir 10 gram). Setelah pupuk
dibenamkan, lubang ditutup kembali. Dianjurkan pada saat pemupukan ini di
sekitar tanaman bersih dari rumput pengganggu.
3.5 Pemupukan Efektif
Pemupukan Efektif bila:
1.
Akar hara/rambut
banyak
Unsur hara diserap langsung melalui akar
hara sehingga penempatan pupuk memperhatikan jangkauan dan
keberadaan akar hara/rambut.
2. Teras terpelihara/tidak terjadi erosi
Kondisi tanah
yang baik akan berpengaruh pada proses penyerapan air dan hara, serta memudahkan
pemeliharaan tanaman dan panen.
3. Gulma terkendali dan bebas gangguan penyakit
Kondisi tanaman
yang kurang baik dan adanya gulma menyebabkan penyerapan hara tidak maksimal
dan tejadi persaingan/perebutan hara. Setiap akan melakukan pemupukan, kuirang
lebih satu minggu sebelumnya perlu dilakukan pembersihan gulma karena gulma
dapat menyerap sebagian dari pupuk yang ditabur, yang akhirnya merugikan
tanaman karetnya.
4. Kondisi Tajuk
Kondisi tajuk
tanaman menggambarkan kemampuan tanaman dalam menyerap hara yang diberikan melalui
pupuk.
BAB
IV
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat disimpulkan dari pembahasan tersebut adalah:
1. Pemupukan sangat penting bagi tanaman karet yaitu agar tanaman karet secara vegetatif tumbuh optimal sehingga
memiliki pertumbuhan
lilit batang yang besar, berkulit tebal dan pertumbuhan tinggi tanaman dapat
lebih optimal untuk layak sadap nantinya serta produksi lateks yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik.
2. Dosis dan cara aplikasi pupuk pada tanaman
karet bergantung pada jenis tanah, dan umur tanaman.
3. Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: dosis pupuk, jenis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, cara pemupukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar