Senin, 25 Februari 2019

Tugas Finansial


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi- fungsi keuangan. Fungsi-fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi padaberbagai aktiva dan pemilihan sumber-sum berdan untuk membelanjai aktiva tersebut. Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan.Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, den gan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebagai mahasiswa agribisnis yang mempelajari manajemen keuangan, tentunya dibutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam agar dasar dan bekal mahasiswa agribisnis semakin kuat ketika akan memulai bisnis.
Dari latar belakang tersebut, maka dosen mata kuliah finansial manajemen yaitu ibu Dr.Ir.Sri Fajar Ayu,M.M memberikan tugas untuk menganalisa dan mempelajari jurnal usaha tani yang berhubungan  dengan manajemen keuangan.

1.2 Rumusan Masalah
·         Apa yang menjadi topik jurnal yang dikaji?
·         Apa metode penelitian yang digunakan?
·         Apa yang menjadi kesimpulan dan saran dari jurnal yang dikaji?

1.3 Tujuan
·         Untuk mengetahui topik jurnal yang dikaji
·         Untuk mengetahui metode penelitian yang digunakan dalam jurnal
·         Untuk menarik kesimpulan dan saran dari jurnal yang dikaji
·         Sebagai salah satu syarat pemenuhan penilaian dalam mata kuliah finansial manajemen yang pada kesempatan ini dibimbing Oleh Ibu Dr.Ir.Sri Fajar Ayu,M.M






Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN 1412-8241 ISSN 1412-8241
ANALISIS KINERJA USAHA AGROINDUSTRI RENGGINANG UBI KAYU DI DESA AMPELU MUDO KECAMATAN MUARO TEMBESI KABUPATEN BATANGHARI
Merizua1, Saad Murdy2 dan Adlaida Malik2

1) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2) Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Email : merizua.zua@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan pada agroindustri rengginang ubi kayu. Melati yang mengelola ubi kayu menjadi rengginang setengah jadi. Penelitian dilakukan di Desa Ampelu Mudo Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari. Penelitian menggunakan Rasio Profitabilitas, antara lain Marjin Laba Bersih atas Penjualan, Marjin Operasi, dan Laba Atas Modal Sendiri. Berdasarkan hasil penelitian di agroindustri rengginang ubi kayu Melati bahwa dari segi produksi dan biaya mengalami peningkatan dari Desember 2012 sampai Desember 2013, sedangkan dari segi laba bersih mengalami penurunan dari Desember 2012 sampai Desember 2013. Selain itu dapat disimpulkan bahwa kinerja Agroindustri rengginang ubi kayu dalam kurun 2 tahun yaitu tahun Januari 2012 dan Desember 2013 telah terjadi penurunan. Hal ini dapat dilihat dari rasio keuangan yang telah diperoleh dari perhitungan yang merupakan alat ukur suatu kinerja usaha, yang
menunjukkan bahwa angka-angka rasio profitabilitas yang terdiri dari rasio marjin laba bersih, marjin operasi, laba atas modal sendiri dari tahun Januari 2012 sampai Desember 2013 cenderung
mengalami penurunan atau dapat disimpulkan kinerja yang dimiliki Agroindustri rengginang ubi kayu adalah kurang baik.
Kata Kunci : Ubi kayu, Agroindustri, Kinerja, Rasio Profitabilitas.





PENDAHULUAN
Agroindustri dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Sektor industri pertanian merupakan suatu system pengelolaan secara terpadu antara sektor pertanian dengan sektor industri guna mendapatkan nilai tambah dari hasil pertanian. Agroindustri merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif (Saragih, 2004).
Salah satu agroindustri yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di Provinsi Jambi adalah agroindustri rengginang yang berbahan baku ubi kayu. Pada tahun 2011 menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi, industri rengginang ubi kayu di Provinsi Jambi terdapat di dua kabupaten yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Merangin, dimana Kabupaten Batanghari terdapat agroindustri ubi kayu dengan unit usaha terbanyak di Provinsi Jambi yaitu 6 unit usaha. Rengginang ubi kayu merupakan salah satu produk olahan dari hasil pertanian. Makanan ini adalah sejenis kerupuk yang dibuat dari ubi kayu. Proses pengolahannya pada umumnya merupakan proses yang sederhana, selain itu peralatan yang digunakan juga sederhana (Saragih, 2004).
Salah satu agroindustri rengginang ubi kayu yang mempunyai produksi tertinggi yaitu agroindustri "Melati" yang terdapat di Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dengan produksi mencapai 21.700 Kg/tahun. Jumlah produksi rengginang ubi kayu di Kabupaten Batanghari mencapai 47.000 Kg/Tahun dan dapat menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 9 orang. (Lampiran 1 dan 2). Selama tahun 2012 produksi rengginang ubi kayu Melati terus mengalami peningkatan. Pada bulan Januari 2012 produksi rengginang ubi kayu sebesar 550 kg. Pada bulan Desember produksi rengginang ubi kayu mengalami peningkatan menjadi 650 kg (Lampiran 3). Produksi rengginang ubi kayu sangat dipengaruhi oleh iklim, apabila cuaca iklim penghujan, produksi rengginang ubi kayu akan berkurang hal ini disebabkan oleh penjemuran rengginang ubi kayu yang semakin lama.
Industri rengginang ubi kayu merupakan salah satu dari beberapa unit usaha yang masih tetap dijalankan usahanya, dimana ada 6 buah unit usaha yang ada di Kecamatan Muara Tembesi yang semuanya berlokasi di Desa Ampelu. Ketersedian bahan baku yaitu ubi kayu yang terbatas, menjadi salah satu kendala dalam mengembangkan agroindustri rengginang ubi kayu di Desa Ampelu. Dengan adanya persaingan bahan baku diharapkan, unit usaha tetap mampu mengusahakan usahanya baik dalam persediaan bahan baku dan pemasaran hasil olahan.



METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan pada agroindustri rengginang ubi kayu Melati. Agroindustri ini terletak di Desa Ampelu Mudo Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder, data primer diperoleh langsung dari pemilik agroindustri rengginang ubi kayu Melati. Data sekunder diperoleh instansi-instansi terkait yaitu Dinas PERINDAGKOP, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, kantor Desa, Kecamatan dan pustaka-pustaka ilmiah yaitu buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan penelitian dan melengkapi data primer.instansi-instansi terkait. Untuk mengetahui kinerja usaha rengginang ubi kayu Melati digunakan analisis rasio keuangan. Data yang digunakan adalah data keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan (laporan neraca, laporan laba rugi, arus kas, dan perubahan modal). Dengan rumus sebagai berikut :
Marjin Laba Bersih atas Penjualan = Laba Bersih Penjualan
Rasio marjin laba bersih atas penjualan dikatakan baik jika rasio yang dihasilkan nilainya tinggi.
Marjin Operasi (Operating Margin) =Laba Operasi Penjualan
Rasio marjin operasi dikatakan baik jika rasio yang dihasilkan nilainya tinggi.
Laba Atas Modal Sendiri (Contribution Margin) = Laba Bersih Modal Sendiri
Rasio marjin operasi dikatakan baik jika rasio yang dihasilkan nilainya tinggi.


















HASIL DAN PEMBAHASAN
Laporan Neraca
Menurut Tunggal (2010), neraca adalah suatu daftar menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu dan merupakan suatu moment opname mengenai aset, kewajiban dan modal suatu perusahaan. Neraca menggambarkan posisi keuangan berupa aset, utang
dan modal pada saat itu. Secara garis besar neraca menggambarkan jumlah harta di posisi aktiva dan jumlah hutang serta modal di posisi pasiva (Prihadi, 2009).
Menurut Kasmir (2008), komponen yang terkandung dalam suatu aktiva dibagi menjadi 3 yaitu, aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya. Kemudian kewajiban dibagi menjadi kedalam dua jenis, yaitu kewajiban lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Sedangkan komponen modal terdiri dari modal setor dan laba yang ditahan.
Menurut Jumingan (2009), Neraca merupakan suatu laporan yang sistematis tentang aktiva, utang, dan modal suatu perusahaan pada tanggal tertentu dan biasanya pada saat ditutup yaitu akhir bulan, akhir triwulan atau akhir tahun yang terdiri dari tiga bagian pokok yaitu aktiva, hutang, dan modal. Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar mencangkup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas, atau dijual, atau dikonsumsi selama jangka waktu yang normal (biasanya satu tahun). Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka panjang, wesel tagihan, piutang dagang, persediaan barang dan biaya yang dibayar dimuka. Aktiva tidak lancar adalah merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi regular lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. Adapun yang termasuk dalam aktiva tidak lancar yaitu aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lainnya. Aktiva tetap terdiri dari tanah, bangunan, mesin-mesin, perabot dan peralatan tokoh, alat
pengangkutan dan sumber-sumber alam.
Hutang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Berdasarkan jangka waktu pengembalian atau pelunasannya hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang
harus dipenuhi dalam jangka waktu normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan pada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan atau kekayaan perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dan hutang. Neraca adalah daftar yang menyajikan berbagai unsur pengukuran posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar dalam periode tertentu. unsur yang berkaitan dengan pengukuran posisi keuangan yaitu aset, liabilities atau kewajiban dan ekuitas atau modal.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihatpada LAMPIRAN bahwa terjadi peningkatan jumlah aktiva lancar sebesar 62,89 persen. Aktiva lancar terdiri dari kas, piutang usaha, persediaan dan perlengkapan. Persediaan mengalami peningkatan di tahun 2013 sedangkan perlengkapan mengalami penurunan di tahun 2013. Aktiva tetap juga mengalami peningkatan sebesar 98,21 persen. Dilihat dari posisi Passiva yaitu hutang dan modal juga mengalami peningkatan dari tahun 2012-2013. Modal mengalami peningkatan sebesar 69,31 persen. Ini berarti pada tahun 2013 usaha tetap dapat melakukan kegiatan operational walaupun tidak terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendeknya.

Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi adalah daftar yang menyajikan berbagai unsur pengukuran kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara lancar. Pada laporan laba rugi melaporkan semua jumlah penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya seperti, biaya penjualan, biaya alat-alat tulis (administrasi) biaya bunga dan biaya pajak dapat dilihat di bawah ini :
Dalam laporan laba rugi diikhtisarkan pendapatan (penghasilan) dan biaya perusahaan selama satu periode. Selanjutnya Prihadi (2009) menambahkan, laporan laba rugi merupakan kinerja yang tercermin dari laba rugi yaitu selisih pendapatan dan biaya selama satu periode.
Jusup (2001), menjelaskan bahwa laporan rugi laba disusun dengan maksud untuk menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil operasi perasahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan perasahaan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar dari biayanya maka dikatakan bahwa perasahaan memperoleh laba dan bila terjadi sebaliknya maka perusahaan menderita rugi.
Tabel 2. (DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN) Laporan Laba Rugi Usaha Rengginang Ubi Kayu Melati Per 31 Desember 2012 -Per 31 Desember 2013
Diketahui dari Tabel 2, pada laporan per 31 Desember 2012-2013, penjualan meningkat dari
Rp 122.650.000,-menjadi Rp 126.430.000,-atau sebesar 3,08%. Hal ini disebabkan jumlah produk
yang terjual meningkat dan harga jual juga meningkat. Harga pokok penjualan (HPP) juga mengalami peningkatan dari Rp 35.081.000,-menjadi Rp 43.262.000,-atau sebesar 23,32%. Penjualan meningkat tetapi karena persentase biaya yang dikeluarkan lebih besar dari persentase penjualan, maka laba bersih yang diperoleh usaha rengginang ubi kayu menurun. Perolehan laba yang dihasilkan agroindustri rengginang ubi kayu ini menggambarkan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh agroindustri tersebut kurang baik.
Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menggambarkan sumber dan pengunaan modal atau alasan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal pada suatu usaha. Laporan perubahan modal bertujuan untuk mengetahui besarnya perubahan modal selama satu periode (Munawir 2010). Menurut Jumingan (2009), laporan perubahan modal memperlihatkan aliran modal kerja selama periode tertentu. Laporan ini memperlihatkan sumber-sumber modal kerja yang telah diperoleh dan penggunaan atau pengeluaran modal kerja yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi catatan terjadinya perubahan modal perusahaan. Laporan perubahan modal terdiri dari pendapatan bersih diterima atau kerugian bersih yang diderita, pemakaian dan penambahan modal oleh pemilik bila ada.
Menurut Jusup (2001), laporan perubahan modal merupakan hasil operasi perusahaan yang berupa laba atau rugi akan berpengaruh terhadap modal pemilik. Apabila perusahaan memperoleh laba, maka laba tersebut akan menambahkan modal pemilik. Sebaliknya jika perusahaan menderita rugi maka modal pemilik menjadi berkurang. Modal pemilik dapat berubah karena adanya tambahan investasi yang dilakukan oleh si pemilik atau si pemilik mengambil harta perusahaan untuk keperluan pribadi. Laporan perubahan modal dari tahun Januari 2012 -Desember 2013 dapat dilihat di bawah ini : (TABEL 3 DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN)
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa modal usaha rengginang ubi kayu mengalami peningkatan dari Rp 20.483.000,-pada tahun 2012 menjadi Rp 56.840.000,-pada tahun 2013 atau sebesar sebesar 17,74%. Usaha melakukan pengambilan pribadi sebesar Rp 1.620.000 pada tahun 2012 dan Rp 1.900.000 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan gambaran yang positif karena kegiatan usaha mampu meningkatkan modal usahanya. Namun dalam hal laba yang diperoleh usaha semakin menurun di tahun 2013, ini menunjukkan kinerja yang dihasilkan kurang baik.

Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas atau
setara kas. Laporan ini memberikan informasi untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi perubahan keadaan dan peluang, menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan
(future cash flows) dari berbagai perusahaan (Munawir 2010).
Menurut Prihadi (2009), laporan arus kas merupakan laporan yang menggambarkan bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama satu periode. Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi tentang penerimaan kas dan laporkan kas, pembayaran kas dan perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi, serta pembiayaan perusahaan selama satu periode dalam bentuk yang dapat direkomendasikan saldo awal dan akhir. Selanjutnya Setiawan (2010), menambahkan laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas keluar yang terjadi selama satu periode tertentu dan dilaporkan menurut aktivitas operasional, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
 Pada Tabel 4 (dapat dilihat pada LAMPIRAN).
Berdasarkan Tabel 4 dapat kita lihat bahwa terjadi kenaikan kas periode 2012-2013. Sedangkan penagihan piutang mengalami kenaikan yaitu dari 119.700.000 pada tahun 2012 menjadi 123.960.000 di tahun 2013. Hal ini dikarenakan penagihan piutang yang kurang lancar dari tahun sebelumnya. Jumlah arus kas pemasukan meningkat dari tahun 2012 hingga tahun 2013. Dari segi pemasukan kas atau menghasilkan kas agoindustri, hal ini cukup baik namun dari segi laba hal ini kurang baik.

Rasio Keuangan Pada Agroindustri Rengginang Ubi Kayu Melati
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Angka-angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari kinerja yang dihasilkan juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja usaha dapat ditingkatkan atau dipertahamkan sesuai dengan target yang telah ditetapkan (Munawir 2010).
Untuk mengetahui kinerja usaha rengginang ubi kayu digunakan analisis perhitungan rasio keuangan. Adapun rasio yang digunakan adalah rasio profitabilitas. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari usaha rengginang ubi kayu, rasio yang dapat dihitung meliputi rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan suatu usaha dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan. Adapun Tabel rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 5. (DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN)
Berdasarkan Tabel 5, diketahui laba operasional dan laba bersih mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu, Rp. 53.798.000 menjadi Rp. 43.079.000 untuk laba operasional, dan Rp. 51.977.000 menjadi Rp. 41.294.000 untuk laba bersih. Sedangkan unuk penjualan dan modal sendiri mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai 2013. Marjin laba bersih merupakan perbandingan dari laba bersih dengan penjualan. Marjin laba bersih bertujuan untuk melihat seberapa besar keuntungan bersih yang diterima produsen dari setiap satu barang yang terjual. Adapun marjin laba bersih agroindustri rengginang ubi kayu Melati pada tahun 2012 sebesar 0,4239. Artinya, pada tahun 2012 setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,4239 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan laba bersih 42,39 %.
Pada tahun 2013 marjin laba bersih sebesar 0,3266. Artinya, setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,3266 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan laba bersih 32,66 %. Marjin laba operasi merupakan perbandingan dari laba operasi dengan penjualan. Marjin laba operasi bertujuan untuk melihat seberapa besar keuntungan kotor yang diterima produsen dari setiap satu barang yang terjual. Adapun marjin laba operasi agroindustri rengginang ubi kayu Melati pada tahun 2012 sebesar 0,4386. Artinya, setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,4386 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan operasi bersih 43,86 %. Pada tahun 2013 marjin laba operasi sebesar 0,3407. Artinya, setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,3407 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan operasi bersih 34,07 %.
Marjin atas modal sendiri merupakan perbandingan dari laba bersih dengan modal sendiri. Marjin atas modal sendiri bertujuan untuk melihat seberapa besar keuntungan bersih yang diterima produsen dari setiap satu rupiah modal yang dikeluar produsen tersebut. Adapun marjin atas modal sendiri agroindustri rengginang ubi kayu Melati pada tahun 2012 sebesar 2,537. Artinya, setiap Rp 1,00 modal yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba operasi sebesar
Rp 2,537 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan laba bersih 253,7 %.
Pada tahun 2013 marjin atas modal sendiri sebesar 0,726. Artinya, setiap Rp 1,00 modal yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,726 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan laba bersih 72,6 %.
Tabel 6. Rasio Profitabilitas pada Agroindustri Rengginang Ubi Kayu Tahun 2012-2013 (DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN)
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa rasio profitabilitas pada Agroindustri rengginang ubi kayu Melati yang terdiri dari : pertama, nilai marjin laba bersih yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu kurang baik. Hal ini berarti bahwa terjadi penurunan laba bersih pada tahun 2013, yang berdampak kurang baik bagi agroindustri rengginang ubi kayu dalam menjalakan kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu agroindustri harus dapat memperbaiki kondisi ini dengan meningkatkan laba bersih dengan cara meningkatkan produksi dan penjualan rengginang ubi kayu baik dengan cara memperluas segmentassi pasar atau melakukan promosi agar dapat meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu yang akan berdamapak pula pada peningkatan laba bersih agroindustri rengginang ubi kayu. Kedua, nilai marjin operasi yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu kurang baik. Hal ini berarti bahwa terjadi penurunan marjin operasi pada tahun 2013, yang berdambak kurang baik bagi agroindustri rengginang ubi kayu dalam menjalakan kegiatan operasionalnya.
Ketiga nilai rasio, laba atas modal sendiri yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu kurang baik. Hal ini berarti bahwa terjadi penurunan laba atas modal sendiri pada tahun 2013, yang
berdampak kurang baik bagi agroindustri rengginang ubi kayu dalam menjalakan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini diharapkan dapat diperbaiki dengan peran aktif agroindustri dalam meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kinerja agroindustri rengginang ubi kayu Melati, kinerja dari agroindustri Melati adalah kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis profitabilitas.agroindustri rengginang ubi kayu yang mengalami penurunan baik dari segi marjin laba bersih, marjin operasi dan laba atas modal sendiri, seperti dilihat pada berikut ini :
Tabel 7. Hasil Analisis Profitabilitas Agroindustri Rengginang Ubi Kayu Melati (DAPAT DILIHAT PADA TABEL)
Untuk meningkatkan kinerja dan pendapatan agroindustri rengginang ubi kayu Melati, perlu diperhatikan bahwa biaya yang dikeluarkan harus di efisienkan seminimal mungkin. Selain itu agroindustri tersebut juga harus memperhatikan hutang jangka pendek yang dilakukan agroindustri renginang ubi kayu Melati. Promosi juga harus dilakukan agroindustri rengginang ubi kayu Melati untuk meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu Melati tersebut.
Hal ini juga terjadi pada kinerja agroindustri dodol tomat dalam kurun 2 tahun yaitu tahun 2009 dan 2010 telah terjadi penurunan. Hal ini dapat dilihat dari rasio keuangan yang telah diperoleh dari perhitungan yang merupakan alat ukur suatu kinerja usaha, yang menunjukkan bahwa angkaangka rasio profitabilitas yang terdiri dari rasio marjin laba bersih, marjin operasi, laba atas modal sendiri dari tahun 2009 ke 2010 cenderung mengalami penurunan atau dapat disimpulkan kinerja yang dimiliki Agroindustri Dodol Tomat adalah kurang baik.








BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di agroindustri rengginang ubi kayu Melati bahwa, dari segi produksi dan biaya mengalami peningkatan dari Desember 2012 sampai Desember 2013, sedangkan
dari segi laba bersih mengalami penurunan dari Desember 2012 sampai Desember 2013. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada usaha rengginang ubi kayu Melati, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Agroindustri rengginang ubi kayu dalam kurun 2 tahun yaitu tahun Januari 2012 dan Desember 2013 telah terjadi penurunan. Hal ini dapat dilihat dari rasio keuangan yang telah diperoleh dari perhitungan yang merupakan alat ukur suatu kinerja usaha, yang menunjukkan bahwa angka-angka rasio profitabilitas yang terdiri dari rasio marjin laba bersih, marjin operasi, laba atas modal sendiri dari tahun Januari 2012 sampai Desember 2013 cenderung mengalami penurunan atau dapat disimpulkan kinerja yang dimiliki Agroindustri rengginang ubi kayu adalah kurang baik.

3.2 SARAN
·         Untuk meningkatkan kinerja dan pendapatan agroindustri rengginang ubi kayu Melati, perlu diperhatikan bahwa biaya yang dikeluarkan harus di efisienkan seminimal mungkin. Selain itu agroindustri tersebut juga harus memperhatikan hutang jangka pendek yang dilakukan agroindustri renginang ubi kayu Melati. Promosi juga harus dilakukan agroindustri rengginang ubi kayu Melati untuk meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu Melati tersebut.
·         agroindustri harus dapat memperbaiki kondisi ini dengan meningkatkan laba bersih dengan cara meningkatkan produksi dan penjualan rengginang ubi kayu baik dengan cara memperluas segmentassi pasar atau melakukan promosi agar dapat meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu yang akan berdamapak pula pada peningkatan laba bersih agroindustri rengginang ubi kayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar