BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Keuangan merupakan manajemen terhadap
fungsi- fungsi keuangan. Fungsi-fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana
memperoleh dana (raising of fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut
(allocation of fund). Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah
aktiva yang layak dari investasi padaberbagai aktiva dan pemilihan sumber-sum
berdan untuk membelanjai aktiva tersebut. Manajemen keuangan dapat
didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan.Tugas pokok
manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan
kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, den gan demikian tugas
manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebagai mahasiswa agribisnis yang mempelajari manajemen
keuangan, tentunya dibutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam agar dasar dan
bekal mahasiswa agribisnis semakin kuat ketika akan memulai bisnis.
Dari latar belakang
tersebut, maka dosen mata kuliah finansial manajemen yaitu ibu Dr.Ir.Sri Fajar
Ayu,M.M memberikan tugas untuk menganalisa dan mempelajari jurnal usaha tani
yang berhubungan dengan manajemen keuangan.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa
yang menjadi topik jurnal yang dikaji?
·
Apa
metode penelitian yang digunakan?
·
Apa
yang menjadi kesimpulan dan saran dari jurnal yang dikaji?
1.3
Tujuan
·
Untuk
mengetahui topik jurnal yang dikaji
·
Untuk
mengetahui metode penelitian yang digunakan dalam jurnal
·
Untuk
menarik kesimpulan dan saran dari jurnal yang dikaji
·
Sebagai
salah satu syarat pemenuhan penilaian dalam mata kuliah finansial manajemen
yang pada kesempatan ini dibimbing Oleh Ibu Dr.Ir.Sri Fajar Ayu,M.M
Sosio
Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN 1412-8241 ISSN 1412-8241
“ANALISIS KINERJA
USAHA AGROINDUSTRI RENGGINANG UBI KAYU DI DESA AMPELU MUDO KECAMATAN MUARO TEMBESI KABUPATEN
BATANGHARI”
Merizua1,
Saad Murdy2 dan Adlaida Malik2
1)
Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2)
Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Email
: merizua.zua@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kasus yang
dilaksanakan pada agroindustri rengginang ubi kayu. Melati yang mengelola ubi kayu menjadi
rengginang setengah jadi. Penelitian dilakukan di Desa Ampelu Mudo Kecamatan
Muara Tembesi Kabupaten Batanghari. Penelitian menggunakan Rasio
Profitabilitas, antara lain Marjin Laba Bersih atas Penjualan, Marjin Operasi,
dan Laba Atas Modal Sendiri. Berdasarkan hasil penelitian di agroindustri
rengginang ubi kayu Melati bahwa dari segi produksi dan biaya mengalami
peningkatan dari Desember 2012 sampai Desember 2013, sedangkan dari segi laba
bersih mengalami penurunan dari Desember 2012 sampai Desember 2013. Selain itu
dapat disimpulkan bahwa kinerja Agroindustri rengginang ubi kayu dalam kurun 2
tahun yaitu tahun Januari 2012 dan Desember 2013 telah terjadi penurunan. Hal
ini dapat dilihat dari rasio keuangan yang telah diperoleh dari perhitungan
yang merupakan alat ukur suatu kinerja usaha, yang
menunjukkan
bahwa angka-angka rasio profitabilitas yang terdiri dari rasio marjin laba
bersih, marjin operasi, laba atas modal sendiri dari tahun Januari 2012 sampai
Desember 2013 cenderung
mengalami
penurunan atau dapat disimpulkan kinerja yang dimiliki Agroindustri rengginang
ubi kayu adalah kurang baik.
Kata Kunci : Ubi kayu,
Agroindustri, Kinerja, Rasio Profitabilitas.
PENDAHULUAN
Agroindustri dapat menjadi salah satu pilihan
strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian
masyarakat di pedesaan serta mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang hidup di
pedesaan. Sektor industri pertanian merupakan suatu system pengelolaan secara terpadu
antara sektor pertanian dengan sektor industri guna mendapatkan nilai tambah
dari hasil pertanian. Agroindustri merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi
sektor pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif (Saragih, 2004).
Salah satu agroindustri yang mempunyai peluang untuk
dikembangkan di Provinsi Jambi adalah
agroindustri rengginang yang berbahan baku ubi kayu. Pada tahun 2011 menurut
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi, industri
rengginang ubi kayu di Provinsi Jambi terdapat di dua kabupaten yaitu Kabupaten
Batanghari dan Kabupaten Merangin, dimana Kabupaten Batanghari terdapat
agroindustri ubi kayu dengan unit usaha terbanyak di Provinsi Jambi yaitu 6
unit usaha. Rengginang ubi kayu merupakan salah satu produk olahan dari hasil
pertanian. Makanan ini adalah sejenis kerupuk yang dibuat dari ubi kayu. Proses
pengolahannya pada umumnya merupakan proses yang sederhana, selain itu
peralatan yang digunakan juga sederhana (Saragih, 2004).
Salah satu agroindustri rengginang ubi kayu yang
mempunyai produksi tertinggi yaitu agroindustri "Melati" yang
terdapat di Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dengan
produksi mencapai 21.700 Kg/tahun. Jumlah produksi rengginang ubi kayu di Kabupaten
Batanghari mencapai 47.000 Kg/Tahun dan dapat menyerap jumlah tenaga kerja
sebanyak 9 orang. (Lampiran 1 dan 2). Selama tahun 2012 produksi rengginang ubi
kayu Melati terus mengalami peningkatan. Pada bulan Januari 2012 produksi
rengginang ubi kayu sebesar 550 kg. Pada bulan Desember produksi rengginang ubi
kayu mengalami peningkatan menjadi 650 kg (Lampiran 3). Produksi rengginang ubi
kayu sangat dipengaruhi oleh iklim, apabila cuaca iklim penghujan, produksi
rengginang ubi kayu akan berkurang hal ini disebabkan oleh penjemuran
rengginang ubi kayu yang semakin lama.
Industri rengginang ubi kayu merupakan salah satu
dari beberapa unit usaha yang masih tetap dijalankan usahanya, dimana ada 6
buah unit usaha yang ada di Kecamatan Muara Tembesi yang semuanya berlokasi di
Desa Ampelu. Ketersedian bahan baku yaitu ubi kayu yang terbatas, menjadi salah
satu kendala dalam mengembangkan agroindustri rengginang ubi kayu di Desa
Ampelu. Dengan adanya persaingan bahan baku diharapkan, unit usaha tetap mampu
mengusahakan usahanya baik dalam persediaan bahan baku dan pemasaran hasil
olahan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus yang
dilaksanakan pada agroindustri rengginang ubi kayu Melati. Agroindustri ini
terletak di Desa Ampelu Mudo Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari.
Penelitian menggunakan data primer dan sekunder, data primer diperoleh langsung
dari pemilik agroindustri rengginang ubi kayu Melati. Data sekunder diperoleh
instansi-instansi terkait yaitu Dinas PERINDAGKOP, Badan Pusat Statistik Provinsi
Jambi, kantor Desa, Kecamatan dan pustaka-pustaka ilmiah yaitu buku-buku
penunjang lain yang berhubungan dengan penelitian dan melengkapi data
primer.instansi-instansi terkait. Untuk mengetahui kinerja usaha rengginang ubi
kayu Melati digunakan analisis rasio keuangan. Data yang digunakan adalah data
keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan (laporan neraca, laporan laba
rugi, arus kas, dan perubahan modal). Dengan rumus sebagai berikut :
Marjin
Laba Bersih atas Penjualan = Laba Bersih Penjualan
Rasio
marjin laba bersih atas penjualan dikatakan baik jika rasio yang dihasilkan
nilainya tinggi.
Marjin
Operasi (Operating Margin) =Laba Operasi Penjualan
Rasio
marjin operasi dikatakan baik jika rasio yang dihasilkan nilainya tinggi.
Laba
Atas Modal Sendiri (Contribution Margin) = Laba Bersih Modal Sendiri
Rasio
marjin operasi dikatakan baik jika rasio yang dihasilkan nilainya tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laporan Neraca
Menurut Tunggal (2010), neraca adalah suatu daftar
menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu
dan merupakan suatu moment opname mengenai aset, kewajiban dan modal suatu
perusahaan. Neraca menggambarkan posisi keuangan berupa aset, utang
dan
modal pada saat itu. Secara garis besar neraca menggambarkan jumlah harta di
posisi aktiva dan jumlah hutang serta modal di posisi pasiva (Prihadi, 2009).
Menurut Kasmir (2008), komponen yang terkandung
dalam suatu aktiva dibagi menjadi 3 yaitu, aktiva lancar, aktiva tetap, dan
aktiva lainnya. Kemudian kewajiban dibagi menjadi kedalam dua jenis, yaitu
kewajiban lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Sedangkan
komponen modal terdiri dari modal setor dan laba yang ditahan.
Menurut Jumingan (2009), Neraca merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang aktiva, utang, dan modal suatu perusahaan pada
tanggal tertentu dan biasanya pada saat ditutup yaitu akhir bulan, akhir
triwulan atau akhir tahun yang terdiri dari tiga bagian pokok yaitu aktiva,
hutang, dan modal. Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu aktiva
lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar mencangkup uang kas, aktiva
lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang
kas, atau dijual, atau dikonsumsi selama jangka waktu yang normal (biasanya
satu tahun). Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka
panjang, wesel tagihan, piutang dagang, persediaan barang dan biaya yang
dibayar dimuka. Aktiva tidak lancar adalah merupakan harta kekayaan yang
berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi regular lebih
dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. Adapun yang
termasuk dalam aktiva tidak lancar yaitu aktiva tetap, aktiva tidak berwujud
dan aktiva lainnya. Aktiva tetap terdiri dari tanah, bangunan, mesin-mesin,
perabot dan peralatan tokoh, alat
pengangkutan
dan sumber-sumber alam.
Hutang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak
lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada
tanggal tertentu. Berdasarkan jangka waktu pengembalian atau pelunasannya
hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang
harus
dipenuhi dalam jangka waktu normal, umumnya satu tahun atau kurang semenjak
neraca disusun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang
sedang berjalan. Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan pada
pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Modal
adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan atau kekayaan perusahaan yang
diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dan hutang. Neraca adalah daftar
yang menyajikan berbagai unsur pengukuran posisi keuangan yang diperlukan bagi
penyajian secara wajar dalam periode tertentu. unsur yang berkaitan dengan
pengukuran posisi keuangan yaitu aset, liabilities atau kewajiban dan ekuitas
atau modal.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihatpada LAMPIRAN bahwa
terjadi peningkatan jumlah aktiva lancar sebesar 62,89 persen. Aktiva lancar terdiri
dari kas, piutang usaha, persediaan dan perlengkapan. Persediaan mengalami
peningkatan di tahun 2013 sedangkan perlengkapan mengalami penurunan di tahun
2013. Aktiva tetap juga mengalami peningkatan sebesar 98,21 persen. Dilihat
dari posisi Passiva yaitu hutang dan modal juga mengalami peningkatan dari
tahun 2012-2013. Modal mengalami peningkatan sebesar 69,31 persen. Ini berarti
pada tahun 2013 usaha tetap dapat melakukan kegiatan operational walaupun tidak
terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendeknya.
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan
jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang
dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi
adalah daftar yang menyajikan berbagai unsur pengukuran kinerja keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara lancar. Pada laporan laba rugi melaporkan
semua jumlah penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya seperti, biaya
penjualan, biaya alat-alat tulis (administrasi) biaya bunga dan biaya pajak
dapat dilihat di bawah ini :
Dalam laporan laba rugi diikhtisarkan pendapatan
(penghasilan) dan biaya perusahaan selama satu periode. Selanjutnya Prihadi
(2009) menambahkan, laporan laba rugi merupakan kinerja yang tercermin dari
laba rugi yaitu selisih pendapatan dan biaya selama satu periode.
Jusup (2001), menjelaskan bahwa laporan rugi laba
disusun dengan maksud untuk menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi
perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil operasi perasahaan diukur
dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan perasahaan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar
dari biayanya maka dikatakan bahwa perasahaan memperoleh laba dan bila terjadi
sebaliknya maka perusahaan menderita rugi.
Tabel 2. (DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN)
Laporan Laba Rugi Usaha Rengginang Ubi Kayu Melati Per 31 Desember 2012 -Per 31
Desember 2013
Diketahui dari Tabel 2, pada laporan per 31 Desember
2012-2013, penjualan meningkat dari
Rp
122.650.000,-menjadi Rp 126.430.000,-atau sebesar 3,08%. Hal ini disebabkan
jumlah produk
yang
terjual meningkat dan harga jual juga meningkat. Harga pokok penjualan (HPP)
juga mengalami peningkatan dari Rp 35.081.000,-menjadi Rp 43.262.000,-atau
sebesar 23,32%. Penjualan meningkat tetapi karena persentase biaya yang
dikeluarkan lebih besar dari persentase penjualan, maka laba bersih yang
diperoleh usaha rengginang ubi kayu menurun. Perolehan laba yang dihasilkan
agroindustri rengginang ubi kayu ini menggambarkan bahwa kinerja yang
dihasilkan oleh agroindustri tersebut kurang baik.
Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menggambarkan sumber dan
pengunaan modal atau alasan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal pada
suatu usaha. Laporan perubahan modal bertujuan untuk mengetahui besarnya
perubahan modal selama satu periode (Munawir 2010). Menurut Jumingan (2009),
laporan perubahan modal memperlihatkan aliran modal kerja selama periode
tertentu. Laporan ini memperlihatkan sumber-sumber modal kerja yang telah
diperoleh dan penggunaan atau pengeluaran modal kerja yang telah dilakukan
selama jangka waktu tertentu.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), laporan perubahan
modal adalah laporan yang berisi catatan terjadinya perubahan modal perusahaan.
Laporan perubahan modal terdiri dari pendapatan bersih diterima atau kerugian
bersih yang diderita, pemakaian dan penambahan modal oleh pemilik bila ada.
Menurut Jusup (2001), laporan perubahan modal
merupakan hasil operasi perusahaan yang berupa laba atau rugi akan berpengaruh
terhadap modal pemilik. Apabila perusahaan memperoleh laba, maka laba tersebut
akan menambahkan modal pemilik. Sebaliknya jika perusahaan menderita rugi maka
modal pemilik menjadi berkurang. Modal pemilik dapat berubah karena adanya
tambahan investasi yang dilakukan oleh si pemilik atau si pemilik mengambil
harta perusahaan untuk keperluan pribadi. Laporan perubahan modal dari tahun
Januari 2012 -Desember 2013 dapat dilihat di bawah ini : (TABEL 3 DAPAT
DILIHAT PADA LAMPIRAN)
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa modal usaha
rengginang ubi kayu mengalami peningkatan dari Rp 20.483.000,-pada tahun 2012
menjadi Rp 56.840.000,-pada tahun 2013 atau sebesar sebesar 17,74%. Usaha
melakukan pengambilan pribadi sebesar Rp 1.620.000 pada tahun 2012 dan Rp
1.900.000 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan gambaran yang positif karena
kegiatan usaha mampu meningkatkan modal usahanya. Namun dalam hal laba yang
diperoleh usaha semakin menurun di tahun 2013, ini menunjukkan kinerja yang dihasilkan
kurang baik.
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan
arus masuk dan arus keluar kas atau
setara
kas. Laporan ini memberikan informasi untuk mengevaluasi perubahan dalam aset
bersih, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi perubahan
keadaan dan peluang, menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai
dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan
(future
cash flows) dari berbagai perusahaan (Munawir 2010).
Menurut
Prihadi (2009), laporan arus kas merupakan laporan yang menggambarkan bagaimana
perusahaan memperoleh dan menggunakan kas dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan selama satu periode. Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk
memberikan informasi tentang penerimaan kas dan laporkan kas, pembayaran kas
dan perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi, serta pembiayaan
perusahaan selama satu periode dalam bentuk yang dapat direkomendasikan saldo
awal dan akhir. Selanjutnya Setiawan (2010), menambahkan laporan arus kas
adalah laporan yang menggambarkan arus kas keluar yang terjadi selama satu periode
tertentu dan dilaporkan menurut aktivitas operasional, aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan.
Pada Tabel 4 (dapat
dilihat pada LAMPIRAN).
Berdasarkan Tabel 4 dapat kita lihat bahwa terjadi
kenaikan kas periode 2012-2013. Sedangkan penagihan piutang mengalami kenaikan
yaitu dari 119.700.000 pada tahun 2012 menjadi 123.960.000 di tahun 2013. Hal
ini dikarenakan penagihan piutang yang kurang lancar dari tahun sebelumnya.
Jumlah arus kas pemasukan meningkat dari tahun 2012 hingga tahun 2013. Dari
segi pemasukan kas atau menghasilkan kas agoindustri, hal ini cukup baik namun
dari segi laba hal ini kurang baik.
Rasio Keuangan Pada Agroindustri
Rengginang Ubi Kayu Melati
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Angka-angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode. Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Dari
kinerja yang dihasilkan juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang
perlu dilakukan ke depan agar kinerja usaha dapat ditingkatkan atau
dipertahamkan sesuai dengan target yang telah ditetapkan (Munawir 2010).
Untuk mengetahui kinerja usaha rengginang ubi kayu
digunakan analisis perhitungan rasio keuangan. Adapun rasio yang digunakan
adalah rasio profitabilitas. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari usaha
rengginang ubi kayu, rasio yang dapat dihitung meliputi rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca
dan laporan laba rugi. Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan suatu usaha
dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan. Adapun Tabel rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 5. (DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN)
Berdasarkan Tabel 5, diketahui laba operasional dan
laba bersih mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu, Rp.
53.798.000 menjadi Rp. 43.079.000 untuk laba operasional, dan Rp. 51.977.000
menjadi Rp. 41.294.000 untuk laba bersih. Sedangkan unuk penjualan dan modal
sendiri mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai 2013. Marjin laba bersih
merupakan perbandingan dari laba bersih dengan penjualan. Marjin laba bersih
bertujuan untuk melihat seberapa besar keuntungan bersih yang diterima produsen
dari setiap satu barang yang terjual. Adapun marjin laba bersih agroindustri
rengginang ubi kayu Melati pada tahun 2012 sebesar 0,4239. Artinya, pada tahun
2012 setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu
dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,4239 atau seluruh penjualan sebesar
100% dapat menghasilkan laba bersih 42,39 %.
Pada tahun 2013 marjin laba bersih sebesar 0,3266.
Artinya, setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi
kayu dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,3266 atau seluruh penjualan
sebesar 100% dapat menghasilkan laba bersih 32,66 %. Marjin laba operasi
merupakan perbandingan dari laba operasi dengan penjualan. Marjin laba operasi
bertujuan untuk melihat seberapa besar keuntungan kotor yang diterima produsen
dari setiap satu barang yang terjual. Adapun marjin laba operasi agroindustri
rengginang ubi kayu Melati pada tahun 2012 sebesar 0,4386. Artinya, setiap Rp
1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat
menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,4386 atau seluruh penjualan sebesar 100%
dapat menghasilkan operasi bersih 43,86 %. Pada tahun 2013 marjin laba operasi
sebesar 0,3407. Artinya, setiap Rp 1,00 penjualan yang dimiliki agroindustri
rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,3407 atau
seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan operasi bersih 34,07 %.
Marjin atas modal sendiri merupakan perbandingan
dari laba bersih dengan modal sendiri. Marjin atas modal sendiri bertujuan
untuk melihat seberapa besar keuntungan bersih yang diterima produsen dari
setiap satu rupiah modal yang dikeluar produsen tersebut. Adapun marjin atas
modal sendiri agroindustri rengginang ubi kayu Melati pada tahun 2012 sebesar
2,537. Artinya, setiap Rp 1,00 modal yang dimiliki agroindustri rengginang ubi
kayu dapat menghasilkan laba operasi sebesar
Rp
2,537 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan laba bersih 253,7
%.
Pada
tahun 2013 marjin atas modal sendiri sebesar 0,726. Artinya, setiap Rp 1,00
modal yang dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu dapat menghasilkan laba
operasi sebesar Rp 0,726 atau seluruh penjualan sebesar 100% dapat menghasilkan
laba bersih 72,6 %.
Tabel
6. Rasio Profitabilitas pada Agroindustri Rengginang Ubi Kayu Tahun 2012-2013 (DAPAT DILIHAT
PADA LAMPIRAN)
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa rasio
profitabilitas pada Agroindustri rengginang ubi kayu Melati yang terdiri dari :
pertama, nilai marjin laba bersih yang dimiliki agroindustri rengginang ubi
kayu kurang baik. Hal ini berarti bahwa terjadi penurunan laba bersih pada
tahun 2013, yang berdampak kurang baik bagi agroindustri rengginang ubi kayu
dalam menjalakan kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu agroindustri harus
dapat memperbaiki kondisi ini dengan meningkatkan laba bersih dengan cara
meningkatkan produksi dan penjualan rengginang ubi kayu baik dengan cara
memperluas segmentassi pasar atau melakukan promosi agar dapat meningkatkan
penjualan rengginang ubi kayu yang akan berdamapak pula pada peningkatan laba
bersih agroindustri rengginang ubi kayu. Kedua, nilai marjin operasi yang
dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu kurang baik. Hal ini berarti bahwa
terjadi penurunan marjin operasi pada tahun 2013, yang berdambak kurang baik
bagi agroindustri rengginang ubi kayu dalam menjalakan kegiatan operasionalnya.
Ketiga nilai rasio, laba atas modal sendiri yang
dimiliki agroindustri rengginang ubi kayu kurang baik. Hal ini berarti bahwa
terjadi penurunan laba atas modal sendiri pada tahun 2013, yang
berdampak
kurang baik bagi agroindustri rengginang ubi kayu dalam menjalakan kegiatan
operasionalnya. Kondisi ini diharapkan dapat diperbaiki dengan peran aktif
agroindustri dalam meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kinerja
agroindustri rengginang ubi kayu Melati, kinerja dari agroindustri Melati
adalah kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis profitabilitas.agroindustri rengginang ubi kayu yang
mengalami penurunan baik dari segi marjin laba bersih, marjin operasi dan laba
atas modal sendiri, seperti dilihat pada berikut ini :
Tabel 7. Hasil Analisis Profitabilitas Agroindustri
Rengginang Ubi Kayu Melati (DAPAT DILIHAT PADA TABEL)
Untuk meningkatkan kinerja dan pendapatan
agroindustri rengginang ubi kayu Melati, perlu diperhatikan bahwa biaya yang dikeluarkan
harus di efisienkan seminimal mungkin. Selain itu agroindustri tersebut juga
harus memperhatikan hutang jangka pendek yang dilakukan agroindustri renginang
ubi kayu Melati. Promosi juga harus dilakukan agroindustri rengginang ubi kayu
Melati untuk meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu Melati tersebut.
Hal ini juga terjadi pada kinerja agroindustri dodol
tomat dalam kurun 2 tahun yaitu tahun 2009 dan 2010 telah terjadi penurunan.
Hal ini dapat dilihat dari rasio keuangan yang telah diperoleh dari perhitungan
yang merupakan alat ukur suatu kinerja usaha, yang menunjukkan bahwa angkaangka
rasio profitabilitas yang terdiri dari rasio marjin laba bersih, marjin
operasi, laba atas modal sendiri dari tahun 2009 ke 2010 cenderung mengalami
penurunan atau dapat disimpulkan kinerja yang dimiliki Agroindustri Dodol Tomat
adalah kurang baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di agroindustri
rengginang ubi kayu Melati bahwa, dari segi produksi dan biaya mengalami
peningkatan dari Desember 2012 sampai Desember 2013, sedangkan
dari
segi laba bersih mengalami penurunan dari Desember 2012 sampai Desember 2013.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada usaha rengginang ubi kayu
Melati, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Agroindustri rengginang ubi kayu
dalam kurun 2 tahun yaitu tahun Januari 2012 dan Desember 2013 telah terjadi
penurunan. Hal ini dapat dilihat dari rasio keuangan yang telah diperoleh dari
perhitungan yang merupakan alat ukur suatu kinerja usaha, yang menunjukkan
bahwa angka-angka rasio profitabilitas yang terdiri dari rasio marjin laba
bersih, marjin operasi, laba atas modal sendiri dari tahun Januari 2012 sampai
Desember 2013 cenderung mengalami penurunan atau dapat disimpulkan kinerja yang
dimiliki Agroindustri rengginang ubi kayu adalah kurang baik.
3.2 SARAN
·
Untuk meningkatkan kinerja dan
pendapatan agroindustri rengginang ubi kayu Melati, perlu diperhatikan bahwa
biaya yang dikeluarkan harus di efisienkan seminimal mungkin. Selain itu
agroindustri tersebut juga harus memperhatikan hutang jangka pendek yang
dilakukan agroindustri renginang ubi kayu Melati. Promosi juga harus dilakukan
agroindustri rengginang ubi kayu Melati untuk meningkatkan penjualan rengginang
ubi kayu Melati tersebut.
·
agroindustri harus dapat memperbaiki
kondisi ini dengan meningkatkan laba bersih dengan cara meningkatkan produksi
dan penjualan rengginang ubi kayu baik dengan cara memperluas segmentassi pasar
atau melakukan promosi agar dapat meningkatkan penjualan rengginang ubi kayu
yang akan berdamapak pula pada peningkatan laba bersih agroindustri rengginang
ubi kayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar