Kamis, 07 Februari 2019

Budidaya Tanaman Perkebunan - Pengendalian Hama dan Penyakit


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) yaitu : Divisi Spermatophyta; Subdivisi Angiospermae; Kelas Dicotyledonae; Ordo Euphorbiales; Family Euphorbiaceae; Genus Hevea; Spesies Brasiliensis; Nama ilmiah Hevea brasiliensis Muell Arg.
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.   Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada  tahun 1995 dan 1,9 juta ton pada tahun 2004.  Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2,25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.  Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.  Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.  Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2,2 juta  ton.  Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui  perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa  memberikan modal bagi petani atau perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.



BAB III
PEMBAHASAN

1.1              Definisi Hama dan Penyakit Tanaman Karet
Sebagaimana halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman karet tidak luput dari gangguan hama. Gangguan hama ini harus dikendalikan dengan baik agar tanaman dapat tumbuh dan produktivitasnya optimal. Hama adalah organisme yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu bahkan bisa mematikan tanaman. Penyakit adalah suatu proses fisiologi tumbuhan yang abnormal dan merugikan, yang disebabkan oleh faktor primer (biotik atau abiotik) dan gangguannya bersifat terus menerus serta akibatnya dinyatakan oleh aktifitas sel/jaringan yang abnormal.
              Untuk mengatasi kondisi penyakit tersebut cara-cara pengendalian harus dilakukan secara terpadu dengan startegi yang menguntungkan. Artinya, usaha pencegahan lebih diutamakan daripada pengobatan sehingga diperlukan pemeriksaan dan pengamatan sedini mungkin secara berkala dan terus menerus           (Heru, 2006).

1.2              Dampak Gangguan Hama dan Penyakit Tanaman Karet
Kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama nilainya cukup berarti ditinjau dari segi ekonomi apalagi jika tanaman mati akibat gangguan hama. Secara umum akibat gangguan hama ini akan berdampak pada produktivitas tanaman karet sehingga pasokan karet bagi dunia industri menjadi terhambat. Itulah sebabnya sedini mungkin gejala serangan hama mesti diantisipasi.
              Gangguan penyakit mengakibatkan tanaman mengalami kondisi abnormal sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Jika pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu akan berdampak menurunnya produktivitas tanaman. Dan lebih jauh lagi akan merugikan petani akibat hasil tanamanannya menurun.



1.3              Jenis, Dampak, dan Teknik Pengendalian Hama Tanaman Karet
Dibawah ini akan diuraikan beberapa jenis hama yang selama ini banyak menimbulkan gangguan pada tanaman kelapa sawit, yaitu :
3.3.1    Jenis hama yang disebabkan oleh hewan pengerat
Berikut adalah hama tanaman karet yang disebabkan oleh hewan pengerat, yaitu :
1.                  Tikus
Tikus (Rattus sp) menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan persemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan pada saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda. Tikus merupakan hewan dengan kemampuan berkembang biak sangat tinggi, sehingga jika tidak dikendalikan akan menjadi hama yang menimbulkan kerugian sangat besar. Tikus biasanya membuat sarang disemak-semak atau gundukan tanah. Oleh karena itu, pencegahannya bisa dengan membersihkan tempat sekitar areal perkebunan. (Heru, 2005).
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
·         Dengan cara diracun menggunakan racun tikus Warafin atau Tomorin sebanyak 1g/15g umpan. Umpan yang biasa diguanakan yaitu beras, jagung, ubi kayu, ikan asin dan minyak kelapa. Meracun tikus dapat juga dilakukan dengan mencampur 5 gram ikan asin, 10 gram minyak sawit dan 5 gram liin.
·         Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Penggunaan racun harus hati-hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2.                  Tupai
Hama yang dinamakan tupai (Callosciurus notatus) ini menyebabkan batang karet muda terkerat melingkar berbentuk spiral sehingga pertumbuhan batang terhambat dan kulitnya sukar disadap. Akibatnya, produksi lateks menurun. Tupai hidup di hutan, semak belukar, dan kebun-kebun lainnya. Sarangnya dibuat dari daun-daunan dan diletakkan diatas pohon.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Hama ini dapat dicegah dengan cara membersihkan kebun karet dari semak belukar.
·         Tupai ditangkap dengan jerat kawat, jerat tali, atau perangkap mekanis berperekat. Cara lain adalh dengan memburunya dengan menggunakan senapan angin.

3.3.2    Jenis hama yang disebabkan oleh hewan mamalia
Berikut adalah hama tanaman karet yang disebabkan oleh hewan pengerat, yaitu :
1.                  Babi Hutan
Ciri-ciri tanaman karet terkena hama babi hutan (Sus verrucosus) yaitu daun tanaman karet yang masih muda tidak berbentuk, bahkan bisa terjadi pohon tanpa daun. Kulit dan batang tanaman muda tampak patah serta tanah di sekitarnya terbongkar.
Babi hutan memakan biji persemaian dan juga merusak dengan cara mendongkel tanaman karet muda dengan menggunakan moncongnya. Setelah pohon rebah baru dimakan daun-daun sampai tandas, bahkan mengerat kulit pohonnya. Binatang ini hidup bergerombol di dalam hutan atau semak belukar. Sarangnya terbuat dari semak belukar yang dikumpulkan menjadi onggokan besar. Dalam setahun babi hutan bisa melahirkan anknya beberapa kali. Setiap melahirkan jumlahnya 4-10 ekor. Pada siang hari binatang ini bersembunyi di sarangnya, malam hari baru keluar mencari makan.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Diusir dengan membunyikan atau memukul keuntungan di sekitar kebun.
·         Diusir dengan menempatkan kotoran harimau di jalan yang sering dilalui babi hutan di sekitar kebun. Jika di suatu daerah mungkin tidak ada harimau, maka bahan lain yang dapat digunakan adalah minyak wangi, kapur barus, minyak babi yang di campur dengan rambut manusia, atau campuran belerang atau bawang merah dengan jeruk purut.
·         Membersihkan semak belukar di sekitaran kebun tanaman karet karena semak merupakan sarang bagi babi hutan, lalu dibuat pembatas atau pagar setinggi 1,5 meter.
·         Ditangkap atau buru dengan jerat.

2.                  Rusa dan Kijang
Tanaman tampak tidak berdaun. Batang tampak bekas gigitan binatang. Penyebabnya adalah rusa (Rusa timorensis) dan kijang (Muntiacus muntjak). Rusa hidupnya berpasangan atau menyendiri di dalam hutan atau semak. Sedangkan kijang hidupnya bergerombol. Rusa dan kijang biasanya memakan daun tanaman karet hingga tanaman karet mati akibat racun dari air liur binatang ini. Selain daun, batang tanaman digerogoti oleh binatang ini sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan penyadapan sulit dilakukan. Bahkan, tanaman bisa mati jika kulit  di sekeliling batang habis digerogoti.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Diusir dengan membunyikan kentungan pada malam hari atau diusir dengan bantuan anjing pemburu.
·         Menghalau atau menakut-nakuti rusa atau kijang, disekitar areal kebun dipasang orang-orangan, orang-orangan ini digerakkan dari suatu tempat yang tidak keliatan oleh binatang-binatang ini.
·         Diusir dengan menempatkan kotoran harimau di jalan yang sering dilalui babi hutan di sekitar kebun. Jika di suatu daerah mungkin tidak ada harimau, maka bahan lain yang dapat digunakan adalah minyak wangi, kapur barus, minyak babi yang di campur dengan rambut manusia, atau campuran belerang atau bawang merah dengan jeruk purut.
·         Karena yang banyak diserang adalah kulit batang karet, maka sebaiknya setiap batang pohon diolesi ter setipis mungkin. Ter ini tidak akan merusak pohon.
·         Kebun karet disekitarnya dibersihkan dari semak belukar. Kebun yang dekat dengan hutan harus dijaga kebersihannya agar tidak dijadikan sarang rusa atau kijang.

3.                  Gajah
Areal kebun karet mengalami kerusakan berat dengan patah atau tercabutnya pohon-pohon karet di dalamnya. Pohon yang masih muda menjadi tidak berdaun dan pohon-pohon dewasa tampak terkelupas kulitnya. Areal kebun tampak porak poranda. Penyebabnya adalah gajah (Elephas maximus). Hidupnya bergerombol 5-15 ekor. Setiap kawanan gajah berpindah-pindah tempat dengan menempuh jarak yang sangat jauh. Pada saat pindah inilah gajah merusak kebun yang dilewatinya. Makanan gajah adalah buah-buahan, dedaunan muda, dan kulit pohon muda. Gajah termasuk hama pada tanaman karet apabila merusak areal perkebunan karet.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Mencegah serangan gajah pada kebun karet hanya dapat dilakukan dengan cara diusir dan dibuat pembatas kebun. Cara lain untuk mengusir gajah yaitu dengan cara membuat pagar dari kayu atau tembok dan dapat juga dilakukan dengan kawat tembaga yang dialiri arus listrik di sekeliling kebun.

4.                  Kera dan beruk
Hama ini sering kali menimbulkan kerusakan dengan memakan pucuk dan buah sambil mematahkan ranting-ranting tanaman karet. Penyebabnya adalah kera (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca memestina). Binatang ini banyak dijumpai dihutan-hutan Sumatera dan Kalimantan. Cara hidupnya bergerombol. Makanannya buah-buahan hutan serta daun tumbuh-tumbuhan muda. Serangan paling berat dijumpai di kebun karet yang dekat dengan hutan atau kebun yang ditanami tanaman sela seperti tanaman pangan dan buah-buahan.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Dengan cara diburu, anjing sering kali dipakai dalam memburu kera dan beruk.
·         Ditangkap dengan jerat kawat atau jerat tali yang diletakkan atau dipasang berdekatan dengan umpan.

3.3.3        Jenis hama yang disebabkan oleh insekta
Berikut adalah hama tanaman karet yang disebabkan oleh hewan pengerat, yaitu :
1.                  Rayap
Rayap sering menimbulkan kerusakan pada tanaman karet dengan cara menggerek batang dari ujung stump hingga akar sehingga mata okulasi tidak bisa tumbuh lagi. Rayap juga memakan akar sehingga pertumbuhan tanaman merana dan akhirnya mati. Serangan yang paling berat terjadi pada perkebunan karet yang banyak terdapat tunggal dan sisa akar.
Gejala tersebut akibat dari serangan rayap (Microtermes inspiratus). Rayap merupakan serangga yang bersifat social dan memiliki tingkatan-tingkatan hidup dalam suatu koloni. Tingkatan-tingkatan hidup rayap antara lain golongan ratu jantan untuk perkembangbiakan serta golongan tentara yang jumlah nya sangat banyak. selama hidupnya ratu dapat menghasilkan berjuta-juta telur. Rayap biasanya membangun sarang utamanya pada tunggul-tunggul dibawah tanah dengan terowongan yang berliku-liku. Sarangnya terbuat dari campuran gerekan kayu dan tanah yang direkatkan. Dalam sarang inilah ratu meletakkan telur yang banyak jumlahnya. Makanan rayap adalah kayu tanaman yang sudah mati maupun masih hidup.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Membersihkan kebun dari tunggul dan sisa-sisa akar.
·         Bagian ujung stum sampai bagian atas mata okulasi bisa ditutup dengan lemparan plastik agar rayap tidak bisa menggerek. 
·         Dipancing atau diumpan agar keluar dari stum. Umpan yang sering digunakan adalah sungkai dan ubi kayu. Umpan ini dipasang 20-30 cm dari stum sebanyak 2-3 batang. Rayap lebih tertarik pada umpan dari pada stum sehingga tanaman karet terbebas dari serangan.
·         Rayap dapat dibunuh dengan insektisida seperti furadan 3G, agrolene 26WP 0,2%, atau lindamul 250 EC 0,2%. Caranya, furadan 3G sebanyak 5-10 g/pohon ditaburkan disekitar batang karet atau disemprot dengan larutan agrolene dan lindamul.

2.                  Belalang
Belalang (Valanga nigricornis) menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara memakan daun-daun yang masih muda. Jenis serangga ini tergolong sangat rakus. Jika daun muda habis maka belalang akan memakan daun yang lebih tua bahkan bisa tangkainya.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Penyemprotan dengan menggunakan insektisida jenis Thiodan, untuk penyemprotan dapat dilakukan setiap 1-2 sekali.

3.                  Uret tanah
Hama ini merupakan larva dari beberapa jenis kumbang seperti Helotrichia serta Helotrichia rufajlava. Hama ini memiliki ciri seperti huruf C dengan memiliki warna putih hingga cenderung kuning pucat. Hama ini termasuk hama yang dapat merugikan karena dapat memakan pada bagian tanaman karet yang berada di dalam tanah sehingga tanaman menjadi layu, berwarna kuning bahkan mati akibat tidak berakar lagi.
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Menaburkan jenis Furadan 3 G, diazinon 10 G, atau Basudin 10 G di sekitar pohon karet..
·         Mengumpulkan hama tersebut lalu membakarnya

3.3.4        Jenis hama yang disebabkan oleh siput
Berikut adalah penjelasan mengenai hama siput yang menyrang tanaman karet, yaitu :
1.                  Keong (Achatina fulica Fer)
Daun-daun karet diareal pembibitan menjadi patah. Didaun yang patah ini terdapat alur jalan berwarna keperakan mengkilap yang merupakan jejak siput. Ditempat teduh dapat ditemukan banyak sekali telur. Siput (Achatina fulica Fer) merupakan binatang berbadan lunak dan memiliki rumah berbentuk spiral yang keras untuk melindungi tubuhnya. Pada musim hujan populasi siput meningkat. Siput bersifat hemafrodit (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Teknik pengendaliannya adalah dengan cara :
·         Siput dan telur nya di kumpulkan,dibunuh,dan dibakar.
·         Dengan larutan metaldehyde 5% dalam dedak atau bisa juga diberikan campuran meradex dengan semen, kapur, dan dedak dengan perbandingan 2:3:5:16. Campuran ini dilembabkan dulu sebelum digunakan dilapangan. Selain bahan-bahan diatas, disekitar tanaman bisa juga ditaburkan temik 10g untuk membunuh siput.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar