BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Biogas
merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan
organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk produksi biogas adalah bahan organik berupa limbah sayur,
limbah buah, limbah rumah tangga, limbah rumah makan dan kotoran ternak. Salah
satu inovasi bahan yang digunakan dalam pembuatan biogas adalah dari bahan
limbah pasar (sayur dan buah) di campur dengan kotoran ayam.
Menurut
Widodo dan Asari (2006) kotoran ternak mengandung nitrogen, fosfor dan kalium
yang merupakan kandungan nutrient utama untuk bahan pengisi biogas. Menurut
Omed dkk., (2000) Kotoran ternak merupakan pilihan yang tepat sebagai bahan
baku pembuatan biogas, karena di dalam kotoran ternak telah mengandung bakteri
metanogenik yang dapat menghasilkan gas metan. Hasil penelitian Dewilda et,al.,
(2013) menunjukkan volume kumulatif biogas yang dihasilkan digester uji (sampah
pasar ditambah kotoran ayam) tidak jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan
dengan volume biogas kumulatif yang dihasilkan digester kontrol (sampah pasar).
Rata-rata volume biogas kumulatif digester uji adalah 22,67 liter, sedangkan
rata-rata volume biogas kumulatif digester kontrol adalah 21,20 liter. Dapat
disimpulkan bahwa penambahan ko-substrat kotoran ayam ke dalam substrat sampah
sayur dan buah, tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume
biogas yang dihasilkan yaitu sekitar ±3,35% lebih besar daripada pembentukan
biogas dari substrat sampah sayur dan buah saja. Adapun menurut Purnomo (2009),
produksi biogas terbaik diperoleh dari substrat limbah makanan dengan
penambahan kotoran ayam.
Dengan
menumpuknya limbah pasar dan minimnya pemanfaatan limbah pasar maka di adakan
penanggulangan salah satunya memanfaatkan limbah pasar sebagai pengahasil
energi terbarukan. Menurut Sufyadi (2001), bahwa salah satu alternatif untuk
memecahkan masalah penumpukan limbah pasar adalah pemanfaatan sumberdaya yang
selama ini belum dikelola secara maksimum di dalam sistem pertanian.
Ketersediaan limbah pertanian (biomassa) di Indonesia merupakan suatu potensi
sumberdaya untuk memproduksi energi alternatif terbarukan misalnya biogas,
dengan demikian pemanfaatan limbah pasar yang dilakukan secara maksimal akan
memberi dampak yang lebih baik. Memberikan lingkungan yang lebih bersih,
mengurangi bau yang tidak sedap akibat menumpuknya sampah sehingga mendapatkan
udara yang sehat.
Hasil
analisis laboratorium terhadap limbah sayuran diperoleh bahwa pada awal
penelitian mengandung kadar air 88,78%; pH 7,68; dan rasio C/N 33,56. Pada hari
ke 25 setelah fermentasi dengan penambahan EM4 350 mL dihasilkan pupuk organik
cair dengan kandungan unsur hara tertinggi yaitu 1% N; 1,98% P; 0,85% K; dan
rasio C/N 30, total solid 34,78%; Chemical Demand Oxygen (COD) 2386 mg.L-1; biogas
13 mL; dan pH 5,55 (Siboro et al., 2013).
Menurut
Korompot (2012) pada tahun 2008 hingga saat ini di Indonesia sering mengalami
kirisis energi salah satunya barupa bahan bakar minyak (BBM). Kelangkaan energi
terjadi karena semakin meningkatnnya kebutuhan energi namun, bahan baku
pembuatannya sangat terbatas dan proses pembuatannya menggunakan waktu yang
sangat lama. Wahyuni (2011) menyatakan bahwa Pemanfaatan energi yang tidak
dapat diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi.
Salah satu gejala krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini yaitu kelangkaan
bahan bakar minyak (BBM), seperti minyak tanah, bensin, dan solar. Kelangkaan
terjadi karena tingkat kebutuhan BBM sangat tinggi dan selalu meningkat setiap
tahunnya, sementara itu minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan BBM 3
sangatlah terbatas dan membutuhkan waktu berjuta-juta tahun untuk proses
pembentukannya.
Biogas
merupakan gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik misalnya kotoran hewan,
kotoran manusia atau sampah organik melalui proses fermentasi di dalam
biodigester. Komponen biogas terdiri atas 50-70% metan, 30-40% karbondioksida,
dan sebagian kecil gas lainnya seperti nitrogen, hidrogen dan oksigen (Schluter
et al., 2008).
Biogas
atau gas bio merupakan salah satu jenis energi yang dapat dibuat dari banyak
bahan buangan dan bahan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami, enceng
gondok serta banyak bahan-bahan lainnya lagi. Segala jenis bahan yang dalam
istilah kimia termasuk senyawa organik, entah berasal dari sisa dan kotoran
hewan ataupun sisa tanaman, dapat dijadikan bahan biogas (Suriawiria dkk,
2002).
Biogas
yang telah dikenal tersebut diolah dari kotoran ternak dalam keadaan kedap
udara. Secara Ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas
yang mudah terbakar. Gas ini dihasilkan dari fermentasi bahan – bahan organik
oleh bakteri anaerob. Umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk
menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik baik padat maupun cair yang
cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut
membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2). Tetapi
hanya CH4 yang dimanfaatkan bahan bakar. Biogas sebagian besar mengandung gas
metana (CH4) dan karbondiokasida (CO2). Energi yang terkandung dalam biogas
tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka
semakin besar kandungan energi pada biogas (Sikanna, Rismawaty dkk, 2013).
Dalam
hal ini menggunakan penambahan inokulum kotoran sapi dengan konsentrasi 10% dan
20%. Menurut Widyasmara (2012) Feses sapi mengandung hemiselulosa sebesar
18,6%, selulosa 25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11%, dan kalium
sebesar 0,56%. Feses sapi mempunyai C/N rasio sebesar 16,6-25%. Rentang rasio
C/N antara 25-30 merupakan rentang optimum untuk proses penguraian anaerob.
Sakinah et.al., 4 (2012) bahwa penambahan biostarter kotoran sapi sangat
mempengaruhi peningkatan laju produksi biogas, semakin tinggi konsentrasi
biostarter kotoran sapi yang di tambahkan maka laju produksi biogas dari semua
variasi perlakuan memperlihatkan memperlihatkan kecendurangan meningkat sampai
waktu fermentasi hari ke-30.
Konsentrasi starter kotoran sapi dalam medium
sampah basah rumah tangga yang digunakan 0%, 6,25%, 12,5%, 18,75% dan 25% dan
yang menghasilkan biogas dengan rendemen tertinggi (971,4 mg/liter) adalah 6,25
% Mujahidah (2013).
Menurut
penelitian David dkk., (2011) waktu yang di butuhkan fermentasi biodigester
yaitu 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. Lamanya waktu fermentasi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan komposisi gas metana (CH4) terbesar terjadi
pada fermentasi selama 21 hari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
produksi biogas dengan bahan dasar kotoran ayam dan limbah pasar dengan
penambahan konsentrasi inokulum 10% dan 20% dan waktu fermentasi 10 hari, 20
hari, dan 30 hari.
Berdasarkan latar belakang diatas perlu
dilakukan penelitian tentang “Produksi Biogas Dari Kotoran Ayam Dan Limbah
Pasar Dengan Perbedaan Konsentrasi Inokulum”.
1.2 TujuanPenulisan
AdapuntujuandaripenulisanlaporaniniialahsebagaisumberinformasidanilmupengetahuansertasebagaisyaratdalammemenuhitugasdariLaboratoriumEkonomiProduksiPertanian
di Program StudiAgribisnis, FakultasPertanian, Universitas Sumatera Utara.
1.3 RumusanMasalah
Adapun yang
menjadirumusanmasalahdalamlaporaniniialah:
1.
Apasajabagiandan
yang diperlukandalammembuat biogas di PusatPenelitianKelapaSawit (PPKS)?
2.
BerapadanApaKeuntungan
yang didapatdaripembuatan Biogas?
3.
Apasajaprofitabilitasdaripembuatan
biogas?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KotoranSapi
Kotoransapiadalahlimbahpeternakanberupasisahasilpencernaansapi.
Kotoransapimengandungbanyakselulosadanlignin. Hal
tersebutmenyebabkankotoransapisangatbaikdigunakansebagaibahandasarpembuatan
biogas. Sapimenghasilkankotorandengankandunganselulosa yang
cukuptinggikarenasapitermasukhewanmemamahbiak. Selulosa yang
terkandungpadakotoransapiakandimanfaatkanuntukmemproduksi biogas.
Limbah
ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen, vitamin,
mineral mikroba atau biota, dan zat-zat
yang lain (Unidentified subtances).
Kandungan nutrisi ini yang mengakibatkan limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan mediaberbagai tujuan
(Nurtjahya, 2003).
Menurut Rika (2011), kotoransapitersusunatas 22,59% selulosa, 18,32%
hemiselulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbonorganik, dan 1,26% total
nitrogen. Selainitu, kotoransapijugamengandung 0,37% fosfordan 0,68% kalium.
Dengankandunganselulosa yang tinggi, kotoransapidapatmenghasilkan biogas
dalamjumlah yang banyak.
Susunankotoransapijugabisadinyatakandenganjumlahkotoranpadatdanjumlahkotorancair.
Selainitu, rasio C/N jugabisadigunakanuntukmenyatakansusunankotoransapisecarapraktis.
Sri (2008) mengatakan bahwarasio
C/N padakotoransapiadalah 24. Semakintinggirasio C/N, nitrogen
akandikonsumsisecaracepatolehbakterimetanogen. Hal
tersebutmengakibatkankesetimbanganreaksibergeserkearahkiridanlajuproduksi
biogas menurun. Sebaliknyajikarasio C/N rendah,
kesetimbanganreaksibergerserkearahkanandanlajuproduksi biogas meningkat. Rasio
C/N padakotoransapimemenuhipersyaratanbahanbakuproduksi biogas.
Kotoransapiberpotensiuntukdimanfaatkansebagaienergialternatifberupa biogas. Hal
tersebutdisebabkanjumlahproduksi biogas per kg
kotoransapirelatiflebihbesardibandingkankotoranternaklainnya. Menurut Sri
(2008), kotoransapisebanyak 1 kg dapatmenghasilkan 0,023-0,040 m3
biogas. Denganjumlahproduksitersebut, kotoransapisangatpotensialuntukmemproduksi
biogas dalamjumlahbesar. Kotoran hewan dianggap substrat paling cocok untuk pemanfaatan biogas
substrat dalam kotoran sapi telah mengandung bakteri penghasil gas metana yang
terdapat di dalam perut hewan ruminansia.
2.2 Biogas
Biogas merupakan gas campuran metana (CH4)
karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan
organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri
metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung
dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob
(tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke-4~5 sesudah biodigester terisi
penuh dan mencapai puncak pada hari ke-20~25. Biogas yang dihasilkan sebagian
besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas
lainnya dalam jumlah kecil (Fitria B, 2009 dalam Harsono, 2013).
Biogas adalah campuran beberapa gas,
tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik
dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metana (CH4 50-70%)
dan gas karbondiokasida (CO2 30-40%), hidrogen sulfida (H2S 0% -
3%), air (H2O
0,3%), oksigen (O2 0,1%-0,5%), hidrogen (H 1%-5%) dan gas-gas yang lain
dalam jumlah yang kecil. Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu
kisaran 4800 – 6700 Kkal/m3, untuk gas metana murni (100%) mempunyai
nilai kalor 8900 Kkal/m3 (Efriza, 2009).
Biogas terdiri dari berbagai macam gas, biogas adalah
campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yangmerupakan hasil fermentasi
dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gasyang dominan adalah gas metan
(CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Komposisi biogas
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel D.1 Komposisi Biogas
Jenis Gas
|
Jumlah
|
Metana
|
65,7%
|
Karbondioksida
|
27%
|
Nitrogen
|
2,3%
|
Karbonmonoksida
|
0%
|
Oksigen
|
0,1%
|
Propena
|
0,7%
|
Hidrogen
sulfida
|
Tidak terukur
|
Nilai
kalor (Kkal/m3)
|
6513
|
Sumber:
Nurtjahya 2003
Kesetaraan nilai kalori biogas dibandingkan dengan bahan
bakar lainnya ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel D.2 Kesetaraan Nilai Kalori Biogas dengan Bahan Bakar Lain
Sumber:
Sri, 2008
2.3 Proses
Pembentukan Biogas.
Biogas berasal dari proses penguraian bahan organik
secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri melalui tiga tahapan, yaitu
hidrolisis, pengasaman, dan methanasi. Proses pembuatan
biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam
kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga
akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2)
yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2)
dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai
10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada range
6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob
seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina.
Gambar proses pembentukan
biogas dapat dilihat pada gambar D.1 dibawah ini.
Gambar D.1 Proses Pembentukan Biogas
2.3.1 Tahap
Hidrolisis
Pada tahap pertama (hidrolisis), bahan organik dienzimatik secara eksternal
oleh enzim ekstraseluler (selulosa, amylase, protease dan lipase). Bakteri
memutuskan senyawa rantai panjang karbohidrat, protein dan lipida menjadi
senyawa rantai pendek. Contoh dari pemutusan senyawa rantai panjang ini adalah
polisakarida diubah menjadi monosakarida, protein diubah menjadi peptide dan
asam amino (Khasristya, 2004).
2.3.2 Tahap Asidifikasi (Pengasaman)
Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek
hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH),
hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2). Bakteri tersebut
merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam.
Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon
yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada
kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana oleh
mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah
senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
karbondioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana (Khasristya, 2004).
2.3.3 Tahap Pembentukan Gas Metana
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat
molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh
bakteri ini menggunakan hidrogen, karbondioksida dan asam asetat untuk
membentuk metana dan karbondioksida. Bakteri penghasil asam dan gas metana
bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir
yang ideal untuk penghasil bakteri metan. Sedangkan bakteri pembentuk gas
metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya
proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme
penghasil asam (Khasristya, 2004).
2.4 Cara Pembuatan Biogas
Kinerja instalasi biogas diperoleh dari pengujian
menggunakan bahan bakukotoran sapi dengan prosedure sebagai berikut :Cara kerja
untuk menghasilkan biogas setidaknya melalui 3 tahap yaitu,1) penampungan,
pengenceran dan pengadukan dan pemasukkan bahan baku, 2) pemrosesan,
pengambilan dan pemanfaatan biogas dan 3) pengambilan sisalimbah setelah
diambil gasnya. Ketiga tahap tersebut merupakan suatu alur kerjayang terus-menerus
yang terjadi pada 3 tabung yang tersedia yaitu tabungpenampung, tabung
pencerna/pemroses dan tabung penampung sisa limbahtabung pengeluaran. Secara
rinci tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskansebagai berikut,
1.
Tahap penampungan, pengenceran, pengadukan dan pemasukkan bahan baku
Bahan baku kotoran ternak dimasukkan ke dalam tabung
penampung, kemudian diencerkan dengan menambah air hingga perbandingan antara
bahan padat dan cair 1:1, selanjutnya dilakukan pengadukan sampai merata.
Bahan-bahan yang tidak berguna dan diperkirakan mengganggu proses pembuatan
biogas (seperti kayu, batu dan bahan-bahan yang keras) diambil. Kemudian bahan
tersebut dimasukkan kedalam tabung pemroses atau digester.
2.
Tahap Pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas
Tahap ini berlangsung pada tabung pencerna/pemroses
atau digester. Bahan baku yang sudah diencerkan dan sudah dibersihkan dari
bahan-bahan yang diperkirakan mengganggu proses terjadinya biogas, dimasukkan
kedalam tabung digester. Untuk pertama kali memasukkan bahan baku kedalam
digester sampai penuh. Gas yang pertama diproduksi membutuhkan waktu antara 4
sampai 15 hari.
3.
Tahap pengambilan sisa limbah setelah diambil gasnya
Sisa limbah diperoleh dari melubernya kotoran yang
bercampur air dari tabung penampung sisa limbah. Sisa bahan yang diambil
merupakan sisa dari limbah yang telah diambil gasnya oleh bakteri methan atau
bakteri biogas, bentuknya seperti lumpur atau disebut slurry yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik.
Skema umum pembuatan biogas dari kotoran sapi dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar
D.2 Skema Reaktor Biogas dari Kotoran
Sapi
Sumber
YKU, 2013
BAB III
ANALISIS
BIAYA PEMBUATAN BIOGAS
Adapuntabelbiayapengeluarandigunakandalampembuatan
biogas adalah :
Interpretasitabel
:
Dari
tabeldiatasdapatdiketahuibahwabiaya paling besardigunakanuntuk material tendon
air 2000 liter sebanyak 1 (satu) buahdenganhargasatuanRp 2.000.000,-
sedangkanbiaya paling kecildigunakanuntuk material Pipa T sebanyak 1 (satu)
buahdenganhargasatuannyaRp 2.000,-. Selisihharga material denganbiaya paling
besardenganbiaya paling keciladalahsebesarRp 1.998.000,-. Adapun total
darikeseluruhanbiaya yang digunakanuntukmembelikebutuhanuntukmembuat biogas
adalahRp 6.791.000,-
Adapuntabelanalisisekonomi
yang digunakanadalah :
AnalisisEkonomi
:
Analisisekonomidilakukanuntukmengetahuibreak event point atau lama
waktupengembalianbiayainvestasiawal yang
telahdikeluarkanuntukmembanguninstalasi biogas.
- Pemasukan per
tahun
Total produksi
biogas per tahun = 365 x 4,3 liter x 70%
= 1.098,65 liter
minyaktanah
Diasumsikanharga
biogas samadenganhargaminyaktanah per liternyayaituRp 2.500,-
Total pemasukan
per tahun = 1.098,65 liter x Rp2.500/liter = Rp 2.746.625
- Pengeluaran
per tahun
Tabeldiatasadalahpengeluaran-pengeluaran
yang dilakukanuntukpengoperasiansatu unit biogas per tahun.
- Waktu yang
dibutuhkanuntukmengembalikaninvestasiawal
Investasiawal =
Rp 6.791.000 – Rp 1.200.000 = Rp 4.569.000
Keuntungan per
tahun = Rp 2.746.625 – Rp 1.656.900 = Rp 1.089.725
Makawaktu yang
dibutuhkanuntukmengembalikanbiayainvestasiawaladalah =
BAB IV
ANALISIS KEUNTUNGAN
Tabeldiatasadalahpengeluaran-pengeluaran
yang dilakukanuntukpengoperasiansatu unit biogas per tahun.
Adapun Analisis dari keuntungan
dibuatnya Biogas ini adalah:
1. dari
pembuatan biogas maka di dapat keuntungan adalah mampu mengalirkan listrik
untuk 3 ekor sapi mampu memberikan listrik sebesar 1 Kepala Keluarga yang
apabila di totalkan sebesar Rp. 150.000/Kepala keluarga selama 1 minggu.
2. dan
di Pusat Penelitian Kelapa Sawit desa Securai Bukit Sentang – Kabupaten
Langkat. Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat 120 ekor sapi maka dapat
memberikan listrik kepada Kepala Rumah Tangga sebanyak 40 Kepala Rumah Tangga.
3. Rp.
150.000 x 40 = Rp. 6.000.000/KK keuntungan yang didapat dari pembuatan biogas
yang dapat mengalirkan listrik kepada 40 KK di sekitar PPKS Bukit Sentang.
4. Biogas
juga dapat untuk gas bagi kompor di rumah tangga selama 2 Hari pembakaran yang
setara dengan Gas elpiji sebesar 3 Kg.
5. Gas
elpiji 3 Kg = Rp. 18.000. dan Biogas di PPKS bukit sentang dapat menyalurkan
gas sebanyak 40 KK. 18.000 x 40 = Rp.720.000/KK selama 2 hari
PENUTUP
Kesimpulan
·
Proses pembuatan biogas
dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi
anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2)
yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2)
dan asam sulfida (H2S)
·
Cara kerja untuk menghasilkan biogas setidaknya melalui 3 tahap yaitu,1)
penampungan, pengenceran dan pengadukan dan pemasukkan bahan baku, 2)
pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas dan 3) pengambilan sisalimbah
setelah diambil gasnya
·
Proses fermentasi
memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu
optimum 35 oC dan pH
optimum pada range 6,4 – 7,9
·
Rasio C/N pada kotoran sapi
adalah 24. Semakin tinggi rasio C/N, nitrogen akan dikonsumsi secara cepat oleh
bakteri metanogen
·
Kotoran ternak
merupakan pilihan yang tepat sebagai bahan baku pembuatan biogas, karena di
dalam kotoran ternak telah mengandung bakteri metanogenik yang dapat
menghasilkan gas metan
·
Adapun total
dari
keseluruhan biaya yang digunakan untuk membeli kebutuhan
untuk membuat biogas adalah Rp 6.791.000,-
·
Total produksi
biogas per tahun = 365 x 4,3 liter x 70%= 1.098,65 liter minyak
tanah
·
Waktu yang
dibutuhkan untuk
mengembalikan investasi awal = Rp 6.791.000 – Rp 1.200.000 = Rp 4.569.000
·
Keuntungan per
tahun = Rp 2.746.625 – Rp 1.656.900 = Rp 1.089.725
·
Dari pembuatan biogas
maka di dapat keuntungan adalah mampu mengalirkan listrik untuk 3 ekor sapi
mampu memberikan listrik sebesar 1 Kepala Keluarga yang apabila di totalkan
sebesar Rp. 150.000/Kepala keluarga selama 1 minggu.
·
Dan di Pusat Penelitian
Kelapa Sawit desa Securai Bukit Sentang – Kabupaten Langkat. Provinsi Sumatera
Utara adalah terdapat 120 ekor sapi maka dapat memberikan listrik kepada Kepala
Rumah Tangga sebanyak 40 Kepala Rumah Tangga.
·
Biogas juga dapat untuk
gas bagi kompor di rumah tangga selama 2 Hari pembakaran yang setara dengan Gas
elpiji sebesar 3 Kg. Gas elpiji 3 Kg = Rp. 18.000. dan Biogas di PPKS bukit
sentang dapat menyalurkan gas sebanyak 40 KK. 18.000 x 40 = Rp.720.000/KK
selama 2 hari
SARAN
·
Semoga masyarakat luas dapat
mempraktikan teknologi ini secara langsung.
·
Teknologi terus dikaji lebih dalam
agar dapat menarik masyarakat untuk menggunakannya.
·
Adanya sosialisasi dan penyuluhan
dari para peneliti ilmuan atau pemerintah terhadap masyarakat luas.
·
Dalam penulisan proposal ini,
penulis sadar bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki karena pembuatan
proposal ini penulis masih berada dalam tahap pembelajaran sehingga kritik dan
saran sangat dibutuhkan penulis agar selanjutnya dapat menyusun proposal dengan
lebih baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar