Kamis, 07 Februari 2019

Laporan Ekonomi Produksi Pertanian - Analisis Profitabilitas Biogas


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk produksi biogas adalah bahan organik berupa limbah sayur, limbah buah, limbah rumah tangga, limbah rumah makan dan kotoran ternak. Salah satu inovasi bahan yang digunakan dalam pembuatan biogas adalah dari bahan limbah pasar (sayur dan buah) di campur dengan kotoran ayam.
Menurut Widodo dan Asari (2006) kotoran ternak mengandung nitrogen, fosfor dan kalium yang merupakan kandungan nutrient utama untuk bahan pengisi biogas. Menurut Omed dkk., (2000) Kotoran ternak merupakan pilihan yang tepat sebagai bahan baku pembuatan biogas, karena di dalam kotoran ternak telah mengandung bakteri metanogenik yang dapat menghasilkan gas metan. Hasil penelitian Dewilda et,al., (2013) menunjukkan volume kumulatif biogas yang dihasilkan digester uji (sampah pasar ditambah kotoran ayam) tidak jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan volume biogas kumulatif yang dihasilkan digester kontrol (sampah pasar). Rata-rata volume biogas kumulatif digester uji adalah 22,67 liter, sedangkan rata-rata volume biogas kumulatif digester kontrol adalah 21,20 liter. Dapat disimpulkan bahwa penambahan ko-substrat kotoran ayam ke dalam substrat sampah sayur dan buah, tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume biogas yang dihasilkan yaitu sekitar ±3,35% lebih besar daripada pembentukan biogas dari substrat sampah sayur dan buah saja. Adapun menurut Purnomo (2009), produksi biogas terbaik diperoleh dari substrat limbah makanan dengan penambahan kotoran ayam.
Dengan menumpuknya limbah pasar dan minimnya pemanfaatan limbah pasar maka di adakan penanggulangan salah satunya memanfaatkan limbah pasar sebagai pengahasil energi terbarukan. Menurut Sufyadi (2001), bahwa salah satu alternatif untuk memecahkan masalah penumpukan limbah pasar adalah pemanfaatan sumberdaya yang selama ini belum dikelola secara maksimum di dalam sistem pertanian. Ketersediaan limbah pertanian (biomassa) di Indonesia merupakan suatu potensi sumberdaya untuk memproduksi energi alternatif terbarukan misalnya biogas, dengan demikian pemanfaatan limbah pasar yang dilakukan secara maksimal akan memberi dampak yang lebih baik. Memberikan lingkungan yang lebih bersih, mengurangi bau yang tidak sedap akibat menumpuknya sampah sehingga mendapatkan udara yang sehat.
Hasil analisis laboratorium terhadap limbah sayuran diperoleh bahwa pada awal penelitian mengandung kadar air 88,78%; pH 7,68; dan rasio C/N 33,56. Pada hari ke 25 setelah fermentasi dengan penambahan EM4 350 mL dihasilkan pupuk organik cair dengan kandungan unsur hara tertinggi yaitu 1% N; 1,98% P; 0,85% K; dan rasio C/N 30, total solid 34,78%; Chemical Demand Oxygen (COD) 2386 mg.L-1; biogas 13 mL; dan pH 5,55 (Siboro et al., 2013).
Menurut Korompot (2012) pada tahun 2008 hingga saat ini di Indonesia sering mengalami kirisis energi salah satunya barupa bahan bakar minyak (BBM). Kelangkaan energi terjadi karena semakin meningkatnnya kebutuhan energi namun, bahan baku pembuatannya sangat terbatas dan proses pembuatannya menggunakan waktu yang sangat lama. Wahyuni (2011) menyatakan bahwa Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Salah satu gejala krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini yaitu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti minyak tanah, bensin, dan solar. Kelangkaan terjadi karena tingkat kebutuhan BBM sangat tinggi dan selalu meningkat setiap tahunnya, sementara itu minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan BBM 3 sangatlah terbatas dan membutuhkan waktu berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.
Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik misalnya kotoran hewan, kotoran manusia atau sampah organik melalui proses fermentasi di dalam biodigester. Komponen biogas terdiri atas 50-70% metan, 30-40% karbondioksida, dan sebagian kecil gas lainnya seperti nitrogen, hidrogen dan oksigen (Schluter et al., 2008).
Biogas atau gas bio merupakan salah satu jenis energi yang dapat dibuat dari banyak bahan buangan dan bahan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami, enceng gondok serta banyak bahan-bahan lainnya lagi. Segala jenis bahan yang dalam istilah kimia termasuk senyawa organik, entah berasal dari sisa dan kotoran hewan ataupun sisa tanaman, dapat dijadikan bahan biogas (Suriawiria dkk, 2002).
Biogas yang telah dikenal tersebut diolah dari kotoran ternak dalam keadaan kedap udara. Secara Ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas yang mudah terbakar. Gas ini dihasilkan dari fermentasi bahan – bahan organik oleh bakteri anaerob. Umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik baik padat maupun cair yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2). Tetapi hanya CH4 yang dimanfaatkan bahan bakar. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbondiokasida (CO2). Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi pada biogas (Sikanna, Rismawaty dkk, 2013).
Dalam hal ini menggunakan penambahan inokulum kotoran sapi dengan konsentrasi 10% dan 20%. Menurut Widyasmara (2012) Feses sapi mengandung hemiselulosa sebesar 18,6%, selulosa 25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11%, dan kalium sebesar 0,56%. Feses sapi mempunyai C/N rasio sebesar 16,6-25%. Rentang rasio C/N antara 25-30 merupakan rentang optimum untuk proses penguraian anaerob. Sakinah et.al., 4 (2012) bahwa penambahan biostarter kotoran sapi sangat mempengaruhi peningkatan laju produksi biogas, semakin tinggi konsentrasi biostarter kotoran sapi yang di tambahkan maka laju produksi biogas dari semua variasi perlakuan memperlihatkan memperlihatkan kecendurangan meningkat sampai waktu fermentasi hari ke-30.
 Konsentrasi starter kotoran sapi dalam medium sampah basah rumah tangga yang digunakan 0%, 6,25%, 12,5%, 18,75% dan 25% dan yang menghasilkan biogas dengan rendemen tertinggi (971,4 mg/liter) adalah 6,25 % Mujahidah (2013).
Menurut penelitian David dkk., (2011) waktu yang di butuhkan fermentasi biodigester yaitu 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. Lamanya waktu fermentasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan komposisi gas metana (CH4) terbesar terjadi pada fermentasi selama 21 hari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian produksi biogas dengan bahan dasar kotoran ayam dan limbah pasar dengan penambahan konsentrasi inokulum 10% dan 20% dan waktu fermentasi 10 hari, 20 hari, dan 30 hari.
 Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian tentang “Produksi Biogas Dari Kotoran Ayam Dan Limbah Pasar Dengan Perbedaan Konsentrasi Inokulum”.
1.2  TujuanPenulisan
AdapuntujuandaripenulisanlaporaniniialahsebagaisumberinformasidanilmupengetahuansertasebagaisyaratdalammemenuhitugasdariLaboratoriumEkonomiProduksiPertanian di Program StudiAgribisnis, FakultasPertanian, Universitas Sumatera Utara.
1.3  RumusanMasalah
Adapun yang menjadirumusanmasalahdalamlaporaniniialah:
1.      Apasajabagiandan yang diperlukandalammembuat biogas di PusatPenelitianKelapaSawit (PPKS)?
2.      BerapadanApaKeuntungan yang didapatdaripembuatan Biogas?
3.      Apasajaprofitabilitasdaripembuatan biogas?



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     KotoranSapi
Kotoransapiadalahlimbahpeternakanberupasisahasilpencernaansapi. Kotoransapimengandungbanyakselulosadanlignin. Hal tersebutmenyebabkankotoransapisangatbaikdigunakansebagaibahandasarpembuatan biogas. Sapimenghasilkankotorandengankandunganselulosa yang cukuptinggikarenasapitermasukhewanmemamahbiak. Selulosa yang terkandungpadakotoransapiakandimanfaatkanuntukmemproduksi biogas.
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen, vitamin, mineral mikroba atau biota, dan  zat-zat yang lain (Unidentified subtances). Kandungan nutrisi ini yang mengakibatkan limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan mediaberbagai tujuan (Nurtjahya, 2003).
Menurut Rika (2011), kotoransapitersusunatas 22,59% selulosa, 18,32% hemiselulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbonorganik, dan 1,26% total nitrogen. Selainitu, kotoransapijugamengandung 0,37% fosfordan 0,68% kalium. Dengankandunganselulosa yang tinggi, kotoransapidapatmenghasilkan biogas dalamjumlah yang banyak. Susunankotoransapijugabisadinyatakandenganjumlahkotoranpadatdanjumlahkotorancair. Selainitu, rasio C/N jugabisadigunakanuntukmenyatakansusunankotoransapisecarapraktis.
Sri (2008) mengatakan bahwarasio C/N padakotoransapiadalah 24. Semakintinggirasio C/N, nitrogen akandikonsumsisecaracepatolehbakterimetanogen. Hal tersebutmengakibatkankesetimbanganreaksibergeserkearahkiridanlajuproduksi biogas menurun. Sebaliknyajikarasio C/N rendah, kesetimbanganreaksibergerserkearahkanandanlajuproduksi biogas meningkat. Rasio C/N padakotoransapimemenuhipersyaratanbahanbakuproduksi biogas. Kotoransapiberpotensiuntukdimanfaatkansebagaienergialternatifberupa biogas. Hal tersebutdisebabkanjumlahproduksi biogas per kg kotoransapirelatiflebihbesardibandingkankotoranternaklainnya. Menurut Sri (2008), kotoransapisebanyak 1 kg dapatmenghasilkan 0,023-0,040 m3 biogas. Denganjumlahproduksitersebut, kotoransapisangatpotensialuntukmemproduksi biogas dalamjumlahbesar. Kotoran hewan dianggap substrat paling cocok untuk pemanfaatan biogas substrat dalam kotoran sapi telah mengandung bakteri penghasil gas metana yang terdapat di dalam perut hewan ruminansia.
2.2   Biogas
Biogas merupakan gas campuran metana (CH4) karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung dalam biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke-4~5 sesudah biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke-20~25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria B, 2009 dalam Harsono, 2013).
Biogas adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metana (CH4 50-70%) dan gas karbondiokasida (CO2 30-40%), hidrogen sulfida (H2S 0% - 3%), air (H2O 0,3%), oksigen (O2 0,1%-0,5%), hidrogen (H 1%-5%) dan gas-gas yang lain dalam jumlah yang kecil. Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800 – 6700 Kkal/m3, untuk gas metana murni (100%) mempunyai nilai kalor 8900 Kkal/m3 (Efriza, 2009).
Biogas terdiri dari berbagai macam gas, biogas adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yangmerupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gasyang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Komposisi biogas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel D.1 Komposisi Biogas
Jenis Gas
Jumlah
Metana
65,7%
Karbondioksida
27%
Nitrogen
2,3%
Karbonmonoksida
0%
Oksigen
0,1%
Propena
0,7%
Hidrogen sulfida
Tidak terukur
Nilai kalor (Kkal/m3)
6513
Sumber: Nurtjahya 2003
Kesetaraan  nilai kalori biogas dibandingkan dengan bahan bakar lainnya ditunjukkan pada tabel  berikut.
Tabel D.2 Kesetaraan Nilai Kalori Biogas dengan Bahan Bakar Lain
Sumber: Sri, 2008
2.3     Proses Pembentukan Biogas.
Biogas berasal dari proses penguraian bahan organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri melalui tiga tahapan, yaitu hidrolisis, pengasaman, dan methanasi. Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum    35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina. Gambar proses pembentukan biogas dapat dilihat pada gambar D.1 dibawah ini.

Gambar D.1 Proses Pembentukan Biogas

2.3.1    Tahap Hidrolisis
Pada tahap pertama (hidrolisis), bahan organik dienzimatik secara eksternal oleh enzim ekstraseluler (selulosa, amylase, protease dan lipase). Bakteri memutuskan senyawa rantai panjang karbohidrat, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Contoh dari pemutusan senyawa rantai panjang ini adalah polisakarida diubah menjadi monosakarida, protein diubah menjadi peptide dan asam amino (Khasristya, 2004).
2.3.2    Tahap Asidifikasi (Pengasaman)
Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH), hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2). Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana (Khasristya, 2004).
2.3.3    Tahap Pembentukan Gas Metana
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan hidrogen, karbondioksida dan asam asetat untuk membentuk metana dan karbondioksida. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk penghasil bakteri metan. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme penghasil asam (Khasristya, 2004).

2.4       Cara Pembuatan Biogas
Kinerja instalasi biogas diperoleh dari pengujian menggunakan bahan bakukotoran sapi dengan prosedure sebagai berikut :Cara kerja untuk menghasilkan biogas setidaknya melalui 3 tahap yaitu,1) penampungan, pengenceran dan pengadukan dan pemasukkan bahan baku, 2) pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas dan 3) pengambilan sisalimbah setelah diambil gasnya. Ketiga tahap tersebut merupakan suatu alur kerjayang terus-menerus yang terjadi pada 3 tabung yang tersedia yaitu tabungpenampung, tabung pencerna/pemroses dan tabung penampung sisa limbahtabung pengeluaran. Secara rinci tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskansebagai berikut,
1.         Tahap penampungan, pengenceran, pengadukan dan pemasukkan bahan baku
Bahan baku kotoran ternak dimasukkan ke dalam tabung penampung, kemudian diencerkan dengan menambah air hingga perbandingan antara bahan padat dan cair 1:1, selanjutnya dilakukan pengadukan sampai merata. Bahan-bahan yang tidak berguna dan diperkirakan mengganggu proses pembuatan biogas (seperti kayu, batu dan bahan-bahan yang keras) diambil. Kemudian bahan tersebut dimasukkan kedalam tabung pemroses atau digester.
2.         Tahap Pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas
Tahap ini berlangsung pada tabung pencerna/pemroses atau digester. Bahan baku yang sudah diencerkan dan sudah dibersihkan dari bahan-bahan yang diperkirakan mengganggu proses terjadinya biogas, dimasukkan kedalam tabung digester. Untuk pertama kali memasukkan bahan baku kedalam digester sampai penuh. Gas yang pertama diproduksi membutuhkan waktu antara 4 sampai 15 hari.
3.         Tahap pengambilan sisa limbah setelah diambil gasnya
Sisa limbah diperoleh dari melubernya kotoran yang bercampur air dari tabung penampung sisa limbah. Sisa bahan yang diambil merupakan sisa dari limbah yang telah diambil gasnya oleh bakteri methan atau bakteri biogas, bentuknya seperti lumpur atau disebut slurry yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Skema umum pembuatan biogas dari kotoran sapi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar D.2  Skema Reaktor Biogas dari Kotoran Sapi
Sumber YKU, 2013





BAB III
ANALISIS BIAYA PEMBUATAN BIOGAS
Adapuntabelbiayapengeluarandigunakandalampembuatan biogas adalah :
Description: D:\Dimas file\epp\download.png
Interpretasitabel :
Dari tabeldiatasdapatdiketahuibahwabiaya paling besardigunakanuntuk material tendon air 2000 liter sebanyak 1 (satu) buahdenganhargasatuanRp 2.000.000,- sedangkanbiaya paling kecildigunakanuntuk material Pipa T sebanyak 1 (satu) buahdenganhargasatuannyaRp 2.000,-. Selisihharga material denganbiaya paling besardenganbiaya paling keciladalahsebesarRp 1.998.000,-. Adapun total darikeseluruhanbiaya yang digunakanuntukmembelikebutuhanuntukmembuat biogas adalahRp 6.791.000,-

Adapuntabelanalisisekonomi yang digunakanadalah :
Description: download (1).png
AnalisisEkonomi :
Analisisekonomidilakukanuntukmengetahuibreak event point atau lama waktupengembalianbiayainvestasiawal yang telahdikeluarkanuntukmembanguninstalasi biogas.
- Pemasukan per tahun
Total produksi biogas per tahun = 365 x 4,3 liter x 70%
= 1.098,65 liter minyaktanah
Diasumsikanharga biogas samadenganhargaminyaktanah per liternyayaituRp 2.500,-
Total pemasukan per tahun = 1.098,65 liter x Rp2.500/liter = Rp 2.746.625
- Pengeluaran per tahun
Tabeldiatasadalahpengeluaran-pengeluaran yang dilakukanuntukpengoperasiansatu unit biogas per tahun.
- Waktu yang dibutuhkanuntukmengembalikaninvestasiawal
Investasiawal = Rp 6.791.000 – Rp 1.200.000 = Rp 4.569.000
Keuntungan per tahun = Rp 2.746.625 – Rp 1.656.900 = Rp 1.089.725
Makawaktu yang dibutuhkanuntukmengembalikanbiayainvestasiawaladalah =


BAB IV
ANALISIS KEUNTUNGAN
Tabeldiatasadalahpengeluaran-pengeluaran yang dilakukanuntukpengoperasiansatu unit biogas per tahun.
Description: download (1).png
Adapun Analisis dari keuntungan dibuatnya Biogas ini adalah:
1.      dari pembuatan biogas maka di dapat keuntungan adalah mampu mengalirkan listrik untuk 3 ekor sapi mampu memberikan listrik sebesar 1 Kepala Keluarga yang apabila di totalkan sebesar Rp. 150.000/Kepala keluarga selama 1 minggu.
2.      dan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit desa Securai Bukit Sentang – Kabupaten Langkat. Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat 120 ekor sapi maka dapat memberikan listrik kepada Kepala Rumah Tangga sebanyak 40 Kepala Rumah Tangga.
3.      Rp. 150.000 x 40 = Rp. 6.000.000/KK keuntungan yang didapat dari pembuatan biogas yang dapat mengalirkan listrik kepada 40 KK di sekitar PPKS Bukit Sentang.
4.      Biogas juga dapat untuk gas bagi kompor di rumah tangga selama 2 Hari pembakaran yang setara dengan Gas elpiji sebesar 3 Kg.
5.      Gas elpiji 3 Kg = Rp. 18.000. dan Biogas di PPKS bukit sentang dapat menyalurkan gas sebanyak 40 KK. 18.000 x 40 = Rp.720.000/KK selama 2 hari

PENUTUP
 Kesimpulan
·         Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S)
·         Cara kerja untuk menghasilkan biogas setidaknya melalui 3 tahap yaitu,1) penampungan, pengenceran dan pengadukan dan pemasukkan bahan baku, 2) pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas dan 3) pengambilan sisalimbah setelah diambil gasnya
·         Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum    35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9
·         Rasio C/N pada kotoran sapi adalah 24. Semakin tinggi rasio C/N, nitrogen akan dikonsumsi secara cepat oleh bakteri metanogen
·         Kotoran ternak merupakan pilihan yang tepat sebagai bahan baku pembuatan biogas, karena di dalam kotoran ternak telah mengandung bakteri metanogenik yang dapat menghasilkan gas metan
·         Adapun total dari keseluruhan biaya yang digunakan untuk membeli kebutuhan untuk membuat biogas adalah Rp 6.791.000,-
·         Total produksi biogas per tahun = 365 x 4,3 liter x 70%= 1.098,65 liter minyak tanah
·         Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal = Rp 6.791.000 – Rp 1.200.000 = Rp 4.569.000
·         Keuntungan per tahun = Rp 2.746.625 – Rp 1.656.900 = Rp 1.089.725
·         Dari pembuatan biogas maka di dapat keuntungan adalah mampu mengalirkan listrik untuk 3 ekor sapi mampu memberikan listrik sebesar 1 Kepala Keluarga yang apabila di totalkan sebesar Rp. 150.000/Kepala keluarga selama 1 minggu.
·         Dan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit desa Securai Bukit Sentang – Kabupaten Langkat. Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat 120 ekor sapi maka dapat memberikan listrik kepada Kepala Rumah Tangga sebanyak 40 Kepala Rumah Tangga.
·         Biogas juga dapat untuk gas bagi kompor di rumah tangga selama 2 Hari pembakaran yang setara dengan Gas elpiji sebesar 3 Kg. Gas elpiji 3 Kg = Rp. 18.000. dan Biogas di PPKS bukit sentang dapat menyalurkan gas sebanyak 40 KK. 18.000 x 40 = Rp.720.000/KK selama 2 hari
SARAN
·               Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi ini secara langsung.
·               Teknologi terus dikaji lebih dalam agar dapat menarik masyarakat untuk menggunakannya.
·               Adanya sosialisasi dan penyuluhan dari para peneliti ilmuan atau pemerintah terhadap masyarakat luas.
·               Dalam penulisan proposal ini, penulis sadar bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki karena pembuatan proposal ini penulis masih berada dalam tahap pembelajaran sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis agar selanjutnya dapat menyusun proposal dengan lebih baik
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar