Kamis, 07 Februari 2019

Budidaya Tanaman Perkebunan - Panen dan Pasca Panen


BAB I
1.1    Latar Belakang
Menurut Undang-undang Nomor: 39 tahun 2014 tentang Perkebunan disebutkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan perkebunan adalah (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, (2) meningkatkan sumber devisa negara, (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatanusaha, (4) meningkatkan produksi, produktivitas,kualitas, nilai tambah, daya saing, dan pangsa pasar, (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri, (6) memberikan perlindungan kepada pelaku usaha, (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya Perkebunan secara optimal, bertanggung jawab, dan lestari, dan meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan.
Getah yang dihasilkan dari pohon Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Getah yang dihasilkan dari pohon Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada umumnya hasil dari perkebunan rakyat adalah bahan olah karet (bokar) berupa lateks kebun, lum, slab, dan sit angin/asap dengan mutu yang masih bervariasi.
1.2    Rumusan Masalah
1.         Bagaimana cara memanen karet?
2.      Apa saja alat yang digunakan ketika memanen karet?
3.      Bagaimana syarat bahan olah karet (BOKAR) bermutu tinggi?
4.      Apa saja jenis-jenis bahan olah karet (BOKAR)?

1.3    Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui bagaimana cara memanen karet.
2.         Untuk mengetahui alat yang digunakan ketika memanen karet.
3.         Untuk mengetahui syarat bahan olah karet (BOKAR) bermutu tinggi.
4.    Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis bahan olah karet (BOKAR.
BAB II
2.1    PERSIAPAN PENYADAPAN
2.1.1   Persyaratan Pohon Karet Siap di Sadap
Pohon karet baik yang tanaman asal dari okulasi (Klonal) maupun dari biji (Seedling ), dapat diambil latex nya apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: Kebun karet baik pada tanaman asal okulasi (klonal) maupun tanaman asal biji (seedling/zailing), dapat dibuka apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Matang sadap pohon
Yaitu ukuran lilit batang minimal 45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah).
• Matang sadap kebun/populasi
Jumlah tanaman yang telah mencapai matang sadap pohon ≥60% dari seluruh tanaman yang ada.
Gambar 2.1.1 Pengukuran Lilit Batang Pada Ketinggian 100 cm

2.1.2   Penyiapan Perlengkapan Penyadapan
Peralatan dan perlengkapan penyadapan yang dibutuhkan sebagai berikut:
1. Alat buka sadap
• Meteran kain
• Penggaris kayu
• Pisau mal (paku Bengkok)
• Alat mal sadap dengan sudut 30-40°, ukuran panjang 25 cm dan lebar 5 cm.
2.  Alat yang menempel di pohon
    Mangkok, ukuran 500-700 ml.
    Talang. Bentuk persegi panjang dengan ukuran panjang ± 8 cm dan lebar 2,5 cm.
    Tali / kawat / paku
3.  Alat yang dibawa penyadap
    Pisau sadap
    Batu asah
    Ember penampung lateks
    Keranjang penampung getah tarik atau lump
    Lampu senter kepala
2.1.3   Teknik Penyadapan
1. Kedalaman Irisan Sadap
   Kedalaman irisan penyadapan sangat mempengaruhi produksi lateks karena berhubungan dengan jumlah pembuluh lateks yang terpotong.
   Semakin dalam irisannya, maka semakin banyak pula pembuluh lateks terpotong, sehingga semakin banyak lateks mengalir.
   Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 5-8 mm, atau menyisakan 1 – 1,5 mm dari kambium.
   Irisan sadap yang terlalu dalam hingga mengenai kambium atau kayu menyebabkan proses pembentukan kulit pulihan akan mengalami gangguan. Dampaknya akan terbentuk luka kayu.
   Irisan sadap yang normatif akan menghasilkan kulit pulihan baik dan potensial disadap di kemudian hari.
Gambar 2.1.3.1.a Anatomi Kulit Pohon Karet
Berikut ini cara mengukur kedalaman irisan sadap:
   Gunakan bark tester sebagai alat pengukur kedalaman irisan sadap.
   Ujung alat ditusukkan ke bekas panel sadap.
   Apabila langsung mengenai kayu berarti irisan sadap terlau dalam.
   Apabila tidak mengenai kayu dan angka/skala yang ditunjukkan oleh alat tusuk < 1,0-1,5 mm berarti kedalaman irisan normatif.
Gambar 2.1.3.1.b Pengukuran Kedalaman Irisan Sadap
2. Ketebalan Irisan Sadap
   Pada prinsipnya irisan sadap hanya untuk membuka sumbatan pembuluh lateks berupa lapisan karet tipis (skrep). Tidak benar jika semakin tebal irisan maka semakin banyak lateks yang mengalir
   Irisan yang telalu tebal hanya akan memboroskan konsumsi kulit, sehingga akan memperpendek umur ekonomis tanaman.
   Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah antara 1,5 – 1,75 mm
Berikut ini cara mengukur ketebalan irisan sadap:
   Gunakan jangka sorong sebagai alat pengukur ketebalan irisan sadap.
   Angka/skala yang ditunjukkan oleh jangka sorong menunjukkan tebal irisan sadap.
   Pengukuran/kontrol konsumsi kulit dilakukan setiap 1 bulan sekali menggunakan jangka sorong atau meteran.
3. Frekuensi Penyadapan
   Frekuensi atau intensitas penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan.
   Proses pembentukan lateks di dalam tanaman berlangsung sekitar 48 jam atau 2 hari.
   Oleh karena itu, frekuensi penyadapan yang baik adalah 2 hari sekali (d2), sehingga lateks dikeluarkan sebanding dengan lateks yang diolah/ dihasilkan tanaman.
4. Waktu Penyadapan
   Jumlah dan kecepatan lateks yang dikeluarkan dipengaruhi oleh tekanan turgor.
   Tekanan turgor mengalami tren naik mulai jam 18.00 – 24.00, kemudian turun. Tekanan turgor paling rendah mulai pagi hari jam 06.00 – 12.00 siang.
   Oleh karena itu, penyadapan yang paling ideal adalah dilakukan pada dini hari (mulai jam 3 dini hari).
   Namun berdasarkan karakteristik lokal petani karet di Kalimantan Barat, penyadapan masih ditolerir apabila dilakukan pada sore hari (jam 18.00) dan lateks dirucat pada pagi hari (jam 05.00). Waktu penyadapan demikian umumnya akan menghasilkan lump mangkok. Hanya saja pencurian dan gangguan hujan harus dapat diantisipasi dengan baik.
5.  Pemeliharaan dan Pemulihan Kulit
Untuk bagian batang yang sudah disadap perlu dilakukan pemeliharaan sehingga kulit yang sudah diiris pulih kembali dengan cara sebagai berikut:
   Bagian yang sudah diiris dioles dengan minyak sawit mentah atau bahan pemulih kulit.
   Memberi pupuk K (KCl atau ZK) 2 x dosis anjuran, sebagai pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.
Penyadapan dapat kembali dilakukan setelah 5-6 tahun ketika ketebalan kulit sudah mencapai sedikitnya 7 mm.
2.1.4   Pembukaan Sadap
Pembukaan sadap dimulai dari penentuan letak bidang sadap, panjang irisan tinggi bukaan, arah dan sudut kemiringan irisan, serta pemasangan talang dan mangkok. Prosedur pembukaan sadap tersebut dilakukan dengan metode yang sama, baik pada tanaman klonal maupun seedling.
1.     Letak Bidang Sadap
Letak bidang sadap dianjurkan searah dengan arah barisan/larikan tanaman dengan tujuan agar lebih cepat dan memudahkan pelaksanaan penyadapan dan pengawasannya.
Gambar 2.1.4.1 Letak Bidang Sadap Searah dengan Larikan Tanam
2.     Tinggi Bukaan Sadap
Tinggi bukaan sadap diatur dan dilaksanakan sebagai berikut:
Gambar 2.1.4.2 Tinggi Bukaan Sadap
   Bukaan sadap dimulai dari ketinggian 130 cm di atas kaki gajah.
   Apabila kaki gajah tidak nampak, maka pengukurannya dimulai dari permukaan tanah.
3.  Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap maksimum yang dianjurkan adalah separoh lingkaran batang atau setengah spiral (½S atau S/2). Panjang irisan dapat dilakukan menjadi seperempat spiral (¼S atau S/4), atau sepertiga spiral ( S atau S/3).
Berikut ini langkah yang dilakukan untuk menentukan panjang irisan sadap:
   Apabila kita menggunakan irisan setengah spiral (S/2), maka bidang sadap dibagi menjadi dua bagian sama besar.
   Apabila kita menggunakan irisan seperempat spiral (S/4), maka bidang sadap dibagi menjadi empat bagian sama besar.
   Buatlah garis vertikal pada setiap sisi masing-masing bidang.
   Pasangkan mal untuk menentukan arah dan sudut irisan sadap
4.  Arah Dan Sudut Kemiringan Irisan Sadap
Penentuan arah dan sudut kemiringan irisan sadap dilakukan sebagai berikut:
   Arah irisan sadap adalah dari miring dari kiri atas ke kanan bawah (pada penyadapan ke arah bawah / SKB), atau dari kanan bawah ke kiri atas (pada penyadapan ke arah atas (SKA).
   Irisan sadap membentuk sudut kemiringan :
-    Sadapan SKB berkisar antara 30 -40 terhadap bidang datar.
-    Sadapan SKA berkisar antara 40 -45 terhadap bidang datar.
Gambar 2.1.4.4 Tinggi Bukaan Sadap, Arah dan Sudut Irisan Sadap
5. Penggambaran Mal Sadap
Setelah letak, ketinggian, arah dan sudut diketahui, langkah selanjutnya adalah penggambaran mal sadap. Berikut ini 8 langkah pembuatan dan penggambaran mal sadap:
1)  Pembuatan garis batas depan hingga pada ketinggian 130 cm
2)  Penentuan titik pertama dengan membagi batang menjadi 2 bagian (½S) yang sama besar
3)  Penentuan titik kedua dengan membagi batang menjadi 2 bagian (½S) yang sama besar
4)  Pembuatan garis batas belakang
5)  Pembuatan sudut kemiringan irisan dengan arah dari kiri atas ke kanan bawah dan membuat garis mal sadap bulanan.
6, 7 dan 8) Penebalan garis mal sadap
Gambar 2.1.4.5 Alur Penggambaran Bidang Sadap
6.  Pemasangan Talang Dan Mangkuk Sadap
   Talang dipasang pada jarak 10-15 cm di bawah ujung irisan sadap terendah.
   Mangkuk sadap dipasang pada jarak 10-15 cm di bawah talang sadap.
   Mangkuk sadap disangga meggunakan tali/kawat, atau digantungkan pada paku
Gambar 2.3.4.6 Pemasangan Talang dan Mangkok Sadap
2.2    TATA GUNA PANEL
Tata guna panel merupakan salah satu bagian dari manajemen produksi tanaman karet yang menyangkut penggunaaan kulit, sistem sadap, umur tanaman, dan penggunaan stimulansia.
Dalam sistem eksploitasi dikenal dengan beberapa istilah panel / bidang sadap yaitu:
·      BO-1 : bidang sadap bawah kulit perawan ke-1
·      BO-2 : bidang sadap bawah kulit perawan ke-2
·      B1-1  : bidang sadap bawah kulit pulihan ke-1
·      B1-2  : bidang sadap bawah kulit pulihan ke-1
·      HO-1 : bidang sadap atas kulit perawan ke-1
·      HO-2 : bidang sadap atas kulit perawan ke-2




 







Gambar 2.2 Bidang / Panel Penyadapan Tanaman Karet
2.3    PENGELOLAAN PASCA PANEN
2.3.1 Pengutipan Lateks
Pengumpulan lateks dimulai dari pohon pertama yang disadap kemudian berturut-turut dengan urutan penyadapan sesuai lajur pohon.
·      Lateks dituang ke dalam ember lateks kemudian mangkuk lateks dikembalikan ke tempat semula.
·      Untuk koagulum/gumpalan berupa lum dikumpulkan dalam keranjang khusus.
·      Setelah lateks dikumpulkan di dalam ember segera ditambahkan larutan amoniak 20% sebanyak 3,5 ml untuk setiap liter lateks bila belum ada penambahan amonia ke dalam mangkok.
2.3.2  Pengangkutan Hasil
     Apabila diperlukan dapat dibuat tempat penampungan hasil (TPH) pada lokasi strategis.
     Lateks harus disaring terlebih dahulu sebelum ditimbang untuk memisahkan lateks dengan lump atau kotoran lainnya.
     Dilakukan pengukuran kadar karet kering (KKK)
     Lateks kebun bermutu baik apabila KKK normal (> 25%), bersih, tidak terjadi prakoagulasi.
     Prakoagulasi disebabkan oleh:
-    teknis budidaya
-    jenis klon
-    pengangkutan
-    aktivitas enzimatik dan mikroorganisme
-    iklim
-    kontaminasi kotoran luar
     Pencegahan prakoagulasi:
-    Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus bersih dan tahan karat
-    Lateks segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak guncangan
-    Menggunakan anti koagulan seperti amoniak (NH3) atau natrium sulfit (Na2SO3). Penggunaan anti koagulan merupakan alternatif terakhir karena mebutuhkan biaya tambahan
     Setelah ditimbang dan ditentukan KKK, lateks dimasukkan tangki dan diberi amoniak dengan dosis sesuai anjuran.
2.3.3  Pengenceran dan Pembekuan Bahan Olah Karet (BOKAR)
      Syarat bokar bermutu tinggi :
-    Tidak ditambah bahan non karet
-    Dibekukan dengan menggunakan bahan koagulan yang dianjurkan dengan dosis dan jenis yang tepat.
-    Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung
-    Tidak direndam di dalam air
      Pegenceran lateks/anti koagulan
1.  Amoniak (NH3)
-    Konsentrasi 2,5%
-    Dosis 5 – 10 ml/liter lateks
-    Kelemahan: amoniak cepat menguap sehingga harus ditutup. Selain itu dalam proses penggumpalan diperlukan asam format (asam semut) yang lebih banyak.
2.  Natrium Sulfit (Na2SO3) - Konsentrasi 10%.
-    Dosis 5 – 10 ml/liter lateks
-    Berupa serbuk putih berkadar 90-98%, higroskopis, mudah teroksidasi oleh udara. Sehingga harus disimpan dalam botol tertutup, kering dan dingin.
      Penggumpalan/koagulan
1.  Asam format/asam formiat/asam cuka/asam semut.
-    Konsentrasi awal asam semut adalah 98%
-    Sebelum dipakai diencerkan terlebih dahulu menjadi 2%
-    Dosis aplikasi adalah 55 ml/liter lateks
2.  Deorub
-    Merupakan pengumpan asap cair hasil inovasi Balai Penelitian Sembawa.
-    Fungsi Deorub :
   Penggumpal lateks
   Mencegah dan menghilangkan bau busuk gumpalan
   Memberikan bau khas asap
   Mempertahan kan nilai Po dan PRI
- Ada dua jenis deorub, yaitu deorub murni dan formula deorub.
   Deorub murni (10%). Sebelum digunakan, diencerkan dengan perbandingan antara deorub dengan air bersih adalah 1 : 9.
   Formula deorub/Deorub K/Deorub SOP (5%) Sebelum digunakan, diencerkan dengan perbandingan antara deorub dengan air bersih adalah 1 : 19.
-    Dosis aplikasi 100 ml/liter lateks atau perbandingan antara lateks dengan air adalah 10:1.
-    Setelah itu dilakukan pengadukan campuran lateks dan koagulan, kemudian dibiarkan membeku.
2.3.4 Jenis Bokar
1.  Lump mangkok
   Merupakan lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk.
   Pada musim penghujan, untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan koagulan ke dalam mangkok.
   Keuntungan:
-    Curahan tenaga relatif lebih sedikit
-    Tidak ada resiko prakoagulasi
-    Mudah dan praktis
   Kekurangan:
-    Rawan manipulasi kecurangan berat lump
-    Teknik pengukuran KKK yang akurat tidak mudah
-    Mutu bokar (PRI dan laju vulkanisasi) mudah menurun apabila penyimpanan tidak tepat
-    Tidak dapat dihasilkan karet remah mutu prima
Gambar 2.3.4.1 Lump Mangkok
2.  Slab dari Lateks Kebun
   Merupakan lateks yang dibekukan menggunakan bahan koagulan di dalam bak penampung.
   Keuntungan:
-     Mudah menggumpal karena menggunakan koagulan - Mendapatkan keunggulan dari manfaat koagulan (misalnya dari deorub).
   Kekurangan:
-     Perlu tambahan biaya pengadaan koagulan dan bak penampung.
-     Rawan manipulasi kecurangan berat lump
-     Teknik pengukuran KKK yang akurat tidak mudah

Gambar 2.3.4.2 Sleb Bekuan
3.  Slab Tipis / Giling
    Merupakan bekuan tipis terbuat dari campuran lateks dengan lump mangkok yang dibekukan dengan koagulan di dalam bak pembeku (60 cm x 40 cm x 6 cm), kemudian dibiarkan (sleb tipis) atau giling menggunakan hand mangel (sleb giling).
    Keuntungan:
- Mutu seragam dengan KKK sekitar 50%
- Tidak ada resiko prakoagulasi
- Mudah dalam pengangkutan
    Kekurangan:
- Perlu tambahan biaya pengadaan koagulan dan bak penampung serta alat penggiling.
- Rawan manipulasi kecurangan berat lump
Gambar 2.3.4.3 Proses Pembuatan Sleb Tipis
4.  Blanket
   Merupakan sleb tipis yang dioleh melalui penggilingan dengan mesin mini creper. Penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sembari disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran di dalam sleb.
   Keuntungan:
-  Mutu seragam. Ketebalan sekitar 0,6 – 1,0 cm dengan KKK sekitar 65-75%.
-  Mudah dalam pengangkutan
-  Nilai PRI tinggi
-  Dapat dijual langsung kepada industri barang jadi karet
   Kekurangan:
-    Perlu tambahan biaya pengadaan mesin
-    Lokasi pengolahan harus dekat dengan sumber air
-    Proses pengerjaannya harus dilakukan secara kelompok
-    Perlu pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan mesin.

Gambar 2.3.4.4 Blanket
5.  Sheet Angin (Unsmoked Sheet/USS)
   Merupakan lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering-anginkan
   Tahapan pengolahan sheet angin:
- Penerimaan dan penyaringan lateks
Lateks disaring menggunakan saringan 40-60 mesh. Kemudian dilakukan pengujian KKK.
- Pengenceran
Pengenceran dilakukan dengan menambahkan air bersih ke dalam lateks hingga diperoleh KKK baku (12-15%). Rumus pengenceran :
VA      = Volume air yang ditambahkan (liter)
KKKa = KKK lateks asli atau kebun (%)
KKKb = KKK baku (%)
VL      = Volume lateks kebun (liter)


Tujuan pengenceran untuk memperoleh mutu yang seragam, mempermudah penggilingan, mempermudah keluarnya gelembung udara dari dalam lateks.
-    Pembekuan
Lateks yang telah diencerkan sebanyak 5-6 liter dituang ke dalam bak aluminum/ plastik berukuran 50 cm x 25 cm dan 6 cm. Kemudian ditambahkan 370 ml asam format/semut 1% atau 300 ml larutan deorub 10% untuk setiap liter lateks, lalu diaduk. Busa yang ada dibuang, kemudian lateks dibiarkan membeku.
-    Pemeraman
Setelah 15-30 menit dibekukan, kemudian ditambahkan air di bagian atas bekuan untuk mencuci sisa asam dan mencegah terjadinya oksidasi enzim yang menyebabkan timbulnya warna gelap. Lama pemeraman sekitar 1 jam.
-    Penggilingan
Bekuan digiling 5-6 kali sambil disemprot air
-    Pencucian
Dimasukkan ke dalam bak pencuci untuk menghilangkan sisa asam, sisa serum dan kotoran yang menempel selama penggilingan.
-    Penirisan
Ditiriskan selama 15 menit untuk menghilangkan air di permukaan lembaran sit.
-    Pengeringan
Dikering-anginkan di dalam gudang pengeirng selama sekitar 1-5 hari.

   Keuntungan:
- Dapat diolah menjadi RSS 3, RSS 4 atau SIR 5
- Memiliki KKK tinggi dan mutu konsisten
- Biaya pengangkutan dan pengolahan pabrik lebih efisien
   Kekurangan:
- Perlu tambahan biaya investasi alat pengolahan, koagulan, dan tempat pengeringan
- Diperlukan disiplin petani yang tinggi
- Perlu tambahan curahan tenaga kerja yang relatif tinggi
- Perlu tersedia air
Gambar 2.3.4.5 Sheet Angin
6.  Sheet Asap (Ribbed Smoke Sheet)
   Bahan olah karet yang diperoleh melalui penipisan koagulum dari lateks dengan menggunakan gilingan sit (hand mangel)
   Melalui proses pengasapan
   Tahapan pengolahan sheet asap:
- Lateks disaring dengan saringan yang terbuat dari alumunium/stainless steel berukuran 40 atau 60 mesh untuk memisahkan dari kotoran;
- Hasil penyaringan ditampung dalam ember penampungan;
- Tambahkan air untuk proses pengenceran sampai diperoleh KKK 12-15% (tehnik pengenceran di jelaskan di bawah ini);
- Lateks hasil pengenceran sebanyak 5-6 liter akan digumpalkan dalam bak aluminium berukuran 50 x 25 x 6 cm. Tambahkan koagulan lateks berupa asam format 1% sebanyak 370 ml untuk setiap 1 liter lateks;
- Lateks dan koagulan diaduk dan busa yang timbul selama proses pengadukan dibuang;
- Lateks dibiarkan menggumpal sekitar 15-30 menit;
- Air disiramkan pada bagian atas gumpalan untuk mencuci sisa asam dan untuk mencegah oksidasi karet;
- Gumpalan yang telah dicuci diperam + 1 jam;
- Gumpalan yang dihasilkan selanjutnya digiling 5 (lima) kali dengan gilingan polos dan 1 kali dengan gilingan bermotif sampai mencapai ketebalan 3-5 mm;
- Lembaran karet sit yang dihasilkan selanjutnya dicuci, ditiriskan selama +15 menit dan dikeringkan melalui proses pengasapan yang bertahap antara 40-60 derajat celsius selama 4-5 hari. Dengan tahapan pengeringan sebagai berikut:
- Hari pertama suhu 40-45°C dan ventilasi ruang asap lebar.
- Hari kedua suhu 45-50°C dan ventilasi ruang asap sedang.
- Hari ketiga suhu 50-55°C dan ventilasi ruang asap tertutup.
- Hari keempat suhu 55-60°C
Gambar 2.3.4.6 Sheet Asap
   Untuk pengenceran lateks dilakukan dengan cara menambahkan air melalui rumus berikut :
VA      = Volume air yang ditambahkan (liter)
KKKa = KKK lateks asli atau kebun (%)
KKKb = KKK baku (%)
VL      = Volume lateks kebun (liter)
   Adapun kriteria rumah pengasapan karet ialah sebagai berikut:
1.  Suhu tertentu harus dapat dipertahanan di dalam ruang-ruang rumah asap;
2.  Banyaknya pemberian asap dan panas ke dalam ruang, rumah asap cukup terjamin;
3.  Vetilasi cukup baik, sehingga sirkulasi udara di dalam ruang-ruang dapat diatur.


BAB III
3.1    Kesimpulan
1.    Pohon karet baik yang tanaman asal dari okulasi (Klonal) maupun dari biji (Seedling), dapat diambil latex nya apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ukuran lilit batang minimal 45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah), Jumlah tanaman yang telah mencapai matang sadap pohon ≥60% dari seluruh tanaman yang ada.
2.    Kedalaman irisan penyadapan sangat mempengaruhi produksi lateks karena berhubungan dengan jumlah pembuluh lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, maka semakin banyak pula pembuluh lateks terpotong, sehingga semakin banyak lateks mengalir.
3.    Irisan sadap yang terlalu dalam hingga mengenai kambium atau kayu menyebabkan proses pembentukan kulit pulihan akan mengalami gangguan. Dampaknya akan terbentuk luka kayu.
4.    Pembukaan sadap dimulai dari penentuan letak bidang sadap, panjang irisan tinggi bukaan, arah dan sudut kemiringan irisan, serta pemasangan talang dan mangkok. Prosedur pembukaan sadap tersebut dilakukan dengan metode yang sama, baik pada tanaman klonal maupun seedling.
5.    Jenis-jenis bahan olah karet (bokar) yaitu: lump mangkok, slab dari lateks kebun, slab tipis / giling, blanket, sheet angin dan sheet asap.
3.2    Saran
Semoga petani karet di Indonesia menggunakan teknologi dalam melakukan proses panen maupun pasca panen seperti di Thailand agar produktivitas karet rakyat meningkat dan kualitasnya juga meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar