BAB
I
1.1
Latar
Belakang
Menurut Undang-undang Nomor: 39 tahun 2014 tentang
Perkebunan disebutkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan perkebunan adalah (1)
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, (2) meningkatkan sumber
devisa negara, (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatanusaha, (4)
meningkatkan produksi, produktivitas,kualitas, nilai tambah, daya saing, dan
pangsa pasar, (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku
industri dalam negeri, (6) memberikan perlindungan kepada pelaku usaha, (7)
mengelola dan mengembangkan sumber daya Perkebunan secara optimal, bertanggung
jawab, dan lestari, dan meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan.
Getah yang dihasilkan dari pohon Karet (Hevea
brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki
peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Getah yang dihasilkan dari pohon
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan
salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peranan penting dalam perekonomian
Indonesia. Pada
umumnya hasil dari perkebunan rakyat adalah bahan olah karet (bokar) berupa
lateks kebun, lum, slab, dan sit angin/asap dengan mutu yang masih bervariasi.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana cara memanen karet?
2. Apa
saja alat yang digunakan ketika memanen karet?
3. Bagaimana
syarat bahan olah karet (BOKAR) bermutu tinggi?
4. Apa
saja jenis-jenis bahan olah karet (BOKAR)?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui bagaimana cara memanen
karet.
2.
Untuk mengetahui alat yang digunakan
ketika memanen karet.
3.
Untuk mengetahui syarat bahan olah karet
(BOKAR) bermutu tinggi.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis bahan
olah karet (BOKAR.
BAB II
2.1
PERSIAPAN
PENYADAPAN
2.1.1
Persyaratan
Pohon Karet Siap di Sadap
Pohon
karet baik yang tanaman asal dari okulasi (Klonal) maupun dari biji (Seedling
), dapat diambil latex nya apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kebun karet baik pada tanaman asal okulasi (klonal) maupun tanaman asal biji
(seedling/zailing), dapat dibuka apabila telah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
•
Matang sadap pohon
Yaitu ukuran lilit batang minimal
45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah).
•
Matang sadap kebun/populasi
Jumlah tanaman yang telah mencapai
matang sadap pohon ≥60% dari seluruh tanaman yang ada.
Gambar 2.1.1 Pengukuran Lilit Batang Pada Ketinggian
100 cm
2.1.2
Penyiapan
Perlengkapan Penyadapan
Peralatan dan perlengkapan penyadapan
yang dibutuhkan sebagai berikut:
1. Alat buka sadap
• Meteran kain
• Penggaris kayu
• Pisau mal (paku Bengkok)
• Alat mal sadap dengan sudut 30-40°, ukuran panjang 25 cm dan lebar 5 cm.
2. Alat
yang menempel di pohon
• Mangkok, ukuran 500-700
ml.
• Talang. Bentuk persegi
panjang dengan ukuran panjang ± 8 cm dan lebar 2,5 cm.
• Tali / kawat / paku
3. Alat
yang dibawa penyadap
• Pisau sadap
• Batu asah
• Ember penampung lateks
• Keranjang penampung
getah tarik atau lump
• Lampu senter kepala
2.1.3
Teknik Penyadapan
1. Kedalaman
Irisan Sadap
• Kedalaman
irisan penyadapan sangat mempengaruhi produksi lateks karena berhubungan dengan
jumlah pembuluh lateks yang terpotong.
• Semakin
dalam irisannya, maka semakin banyak pula pembuluh lateks terpotong, sehingga
semakin banyak lateks mengalir.
• Kedalaman
irisan sadap yang dianjurkan adalah 5-8 mm, atau menyisakan 1 – 1,5 mm dari
kambium.
• Irisan
sadap yang terlalu dalam hingga mengenai kambium atau kayu menyebabkan proses
pembentukan kulit pulihan akan mengalami gangguan. Dampaknya akan terbentuk
luka kayu.
• Irisan
sadap yang normatif akan menghasilkan kulit pulihan baik dan potensial disadap
di kemudian hari.
Gambar
2.1.3.1.a Anatomi Kulit Pohon Karet
Berikut
ini cara mengukur kedalaman irisan sadap:
• Gunakan
bark tester sebagai alat pengukur kedalaman irisan sadap.
• Ujung
alat ditusukkan ke bekas panel sadap.
• Apabila
langsung mengenai kayu berarti irisan sadap terlau dalam.
• Apabila
tidak mengenai kayu dan angka/skala yang ditunjukkan oleh alat tusuk <
1,0-1,5 mm berarti kedalaman irisan normatif.
Gambar
2.1.3.1.b Pengukuran Kedalaman Irisan Sadap
2. Ketebalan
Irisan Sadap
• Pada prinsipnya irisan sadap hanya untuk
membuka sumbatan pembuluh lateks berupa lapisan karet tipis (skrep). Tidak
benar jika semakin tebal irisan maka semakin banyak lateks yang mengalir
• Irisan yang telalu tebal hanya akan
memboroskan konsumsi kulit, sehingga akan memperpendek umur ekonomis tanaman.
• Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah
antara 1,5 – 1,75 mm
Berikut ini
cara mengukur ketebalan irisan sadap:
• Gunakan jangka sorong sebagai alat pengukur
ketebalan irisan sadap.
• Angka/skala yang ditunjukkan oleh jangka
sorong menunjukkan tebal irisan sadap.
• Pengukuran/kontrol konsumsi kulit dilakukan
setiap 1 bulan sekali menggunakan jangka sorong atau meteran.
3. Frekuensi
Penyadapan
• Frekuensi atau intensitas penyadapan adalah
jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan
frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan intensitas
penyadapan.
• Proses pembentukan lateks di dalam tanaman
berlangsung sekitar 48 jam atau 2 hari.
• Oleh karena itu, frekuensi penyadapan yang
baik adalah 2 hari sekali (d2), sehingga lateks dikeluarkan sebanding dengan
lateks yang diolah/ dihasilkan tanaman.
4. Waktu
Penyadapan
• Jumlah
dan kecepatan lateks yang dikeluarkan dipengaruhi oleh tekanan turgor.
• Tekanan
turgor mengalami tren naik mulai jam 18.00 – 24.00, kemudian turun. Tekanan
turgor paling rendah mulai pagi hari jam 06.00 – 12.00 siang.
• Oleh
karena itu, penyadapan yang paling ideal adalah dilakukan pada dini hari (mulai
jam 3 dini hari).
• Namun
berdasarkan karakteristik lokal petani karet di Kalimantan Barat, penyadapan
masih ditolerir apabila dilakukan pada sore hari (jam 18.00) dan lateks dirucat
pada pagi hari (jam 05.00). Waktu penyadapan demikian umumnya akan menghasilkan
lump mangkok. Hanya saja pencurian dan gangguan hujan harus dapat diantisipasi
dengan baik.
5. Pemeliharaan
dan Pemulihan Kulit
Untuk bagian batang yang sudah disadap perlu
dilakukan pemeliharaan sehingga kulit yang sudah diiris pulih kembali dengan
cara sebagai berikut:
• Bagian
yang sudah diiris dioles dengan minyak sawit mentah atau bahan pemulih kulit.
• Memberi
pupuk K (KCl atau ZK) 2 x dosis anjuran, sebagai pupuk ekstra untuk mempercepat
pemulihan kulit.
Penyadapan
dapat kembali dilakukan setelah 5-6 tahun ketika ketebalan kulit sudah mencapai
sedikitnya 7 mm.
2.1.4
Pembukaan Sadap
Pembukaan sadap dimulai dari penentuan
letak bidang sadap, panjang irisan tinggi bukaan, arah dan sudut kemiringan
irisan, serta pemasangan talang dan mangkok. Prosedur pembukaan sadap tersebut
dilakukan dengan metode yang sama, baik pada tanaman klonal maupun seedling.
1.
Letak Bidang Sadap
Letak bidang sadap dianjurkan searah dengan arah barisan/larikan
tanaman dengan tujuan agar lebih cepat dan memudahkan pelaksanaan penyadapan
dan pengawasannya.
Gambar 2.1.4.1 Letak Bidang Sadap Searah dengan Larikan Tanam
2. Tinggi Bukaan
Sadap
Tinggi
bukaan sadap diatur dan dilaksanakan sebagai berikut:
Gambar 2.1.4.2 Tinggi Bukaan Sadap
• Bukaan
sadap dimulai dari ketinggian 130 cm di atas kaki gajah.
• Apabila
kaki gajah tidak nampak, maka pengukurannya dimulai dari permukaan tanah.
3. Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap maksimum yang dianjurkan adalah separoh
lingkaran batang atau setengah spiral (½S atau S/2). Panjang irisan dapat
dilakukan menjadi seperempat spiral (¼S atau S/4), atau sepertiga spiral (
S
atau S/3).
Berikut ini langkah yang dilakukan untuk
menentukan panjang irisan sadap:
• Apabila
kita menggunakan irisan setengah spiral (S/2), maka bidang sadap dibagi menjadi
dua bagian sama besar.
• Apabila
kita menggunakan irisan seperempat spiral (S/4), maka bidang sadap dibagi
menjadi empat bagian sama besar.
• Buatlah
garis vertikal pada setiap sisi masing-masing bidang.
• Pasangkan
mal untuk menentukan arah dan sudut irisan sadap
4. Arah
Dan Sudut Kemiringan Irisan Sadap
Penentuan arah dan sudut kemiringan
irisan sadap dilakukan sebagai berikut:
• Arah
irisan sadap adalah dari miring dari kiri atas ke kanan bawah (pada penyadapan
ke arah bawah / SKB), atau dari kanan bawah ke kiri atas (pada penyadapan ke
arah atas (SKA).
• Irisan
sadap membentuk sudut kemiringan :
- Sadapan
SKB berkisar antara 30 -40 terhadap bidang datar.
- Sadapan
SKA berkisar antara 40 -45 terhadap bidang datar.
Gambar 2.1.4.4 Tinggi Bukaan Sadap, Arah
dan Sudut Irisan Sadap
5. Penggambaran Mal Sadap
Setelah letak, ketinggian, arah dan sudut
diketahui, langkah selanjutnya adalah penggambaran mal sadap. Berikut ini 8
langkah pembuatan dan penggambaran mal sadap:
1) Pembuatan
garis batas depan hingga pada ketinggian 130 cm
2) Penentuan
titik pertama dengan membagi batang menjadi 2 bagian (½S) yang sama besar
3) Penentuan
titik kedua dengan membagi batang menjadi 2 bagian (½S) yang sama besar
4) Pembuatan
garis batas belakang
5) Pembuatan
sudut kemiringan irisan dengan arah dari kiri atas ke kanan bawah dan membuat
garis mal sadap bulanan.
6, 7 dan 8) Penebalan garis mal sadap
Gambar 2.1.4.5 Alur Penggambaran Bidang
Sadap
6. Pemasangan
Talang Dan Mangkuk Sadap
• Talang
dipasang pada jarak 10-15 cm di bawah ujung irisan sadap terendah.
• Mangkuk
sadap dipasang pada jarak 10-15 cm di bawah talang sadap.
• Mangkuk
sadap disangga meggunakan tali/kawat, atau digantungkan pada paku
Gambar 2.3.4.6 Pemasangan Talang dan Mangkok Sadap
2.2
TATA GUNA PANEL
Tata guna panel merupakan salah satu bagian dari manajemen
produksi tanaman karet yang menyangkut penggunaaan kulit, sistem sadap, umur
tanaman, dan penggunaan stimulansia.
Dalam sistem eksploitasi dikenal dengan beberapa istilah panel /
bidang sadap yaitu:
·
BO-1
: bidang sadap bawah kulit perawan ke-1
·
BO-2
: bidang sadap bawah kulit perawan ke-2
·
B1-1 : bidang sadap bawah kulit pulihan ke-1
·
B1-2 : bidang sadap bawah kulit pulihan ke-1
·
HO-1
: bidang sadap atas kulit perawan ke-1
·
HO-2
: bidang sadap atas kulit perawan ke-2
Gambar 2.2 Bidang / Panel Penyadapan
Tanaman Karet
2.3
PENGELOLAAN PASCA PANEN
2.3.1
Pengutipan Lateks
Pengumpulan
lateks dimulai dari pohon pertama yang disadap kemudian berturut-turut dengan
urutan penyadapan sesuai lajur pohon.
· Lateks dituang ke dalam ember lateks
kemudian mangkuk lateks dikembalikan ke tempat semula.
· Untuk koagulum/gumpalan berupa lum
dikumpulkan dalam keranjang khusus.
· Setelah lateks dikumpulkan di dalam ember
segera ditambahkan larutan amoniak 20% sebanyak 3,5 ml untuk setiap liter
lateks bila belum ada penambahan amonia ke dalam mangkok.
2.3.2 Pengangkutan Hasil
•
Apabila
diperlukan dapat dibuat tempat penampungan hasil (TPH) pada lokasi strategis.
•
Lateks
harus disaring terlebih dahulu sebelum ditimbang untuk memisahkan lateks dengan
lump atau kotoran lainnya.
•
Dilakukan
pengukuran kadar karet kering (KKK)
•
Lateks
kebun bermutu baik apabila KKK normal (> 25%), bersih, tidak terjadi
prakoagulasi.
•
Prakoagulasi
disebabkan oleh:
-
teknis
budidaya
-
jenis
klon
-
pengangkutan
-
aktivitas
enzimatik dan mikroorganisme
-
iklim
-
kontaminasi
kotoran luar
•
Pencegahan
prakoagulasi:
-
Alat-alat
penyadapan dan pengangkutan harus bersih dan tahan karat
-
Lateks
segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak guncangan
-
Menggunakan
anti koagulan seperti amoniak (NH3) atau natrium sulfit (Na2SO3).
Penggunaan anti koagulan merupakan alternatif terakhir karena mebutuhkan biaya
tambahan
•
Setelah
ditimbang dan ditentukan KKK, lateks dimasukkan tangki dan diberi amoniak
dengan dosis sesuai anjuran.
2.3.3 Pengenceran dan Pembekuan Bahan Olah Karet
(BOKAR)
• Syarat
bokar bermutu tinggi :
- Tidak
ditambah bahan non karet
- Dibekukan
dengan menggunakan bahan koagulan yang dianjurkan dengan dosis dan jenis yang
tepat.
- Disimpan
di tempat yang teduh dan terlindung
- Tidak
direndam di dalam air
• Pegenceran
lateks/anti koagulan
1. Amoniak
(NH3)
- Konsentrasi
2,5%
- Dosis
5 – 10 ml/liter lateks
- Kelemahan:
amoniak cepat menguap sehingga harus ditutup. Selain itu dalam proses
penggumpalan diperlukan asam format (asam semut) yang lebih banyak.
2. Natrium
Sulfit (Na2SO3) - Konsentrasi 10%.
- Dosis
5 – 10 ml/liter lateks
- Berupa
serbuk putih berkadar 90-98%, higroskopis, mudah teroksidasi oleh udara.
Sehingga harus disimpan dalam botol tertutup, kering dan dingin.
• Penggumpalan/koagulan
1. Asam
format/asam formiat/asam cuka/asam semut.
- Konsentrasi
awal asam semut adalah 98%
- Sebelum
dipakai diencerkan terlebih dahulu menjadi 2%
- Dosis
aplikasi adalah 55 ml/liter lateks
2. Deorub
- Merupakan
pengumpan asap cair hasil inovasi Balai Penelitian Sembawa.
- Fungsi
Deorub :
• Penggumpal
lateks
• Mencegah
dan menghilangkan bau busuk gumpalan
• Memberikan
bau khas asap
• Mempertahan
kan nilai Po dan PRI
- Ada dua jenis deorub, yaitu deorub
murni dan formula deorub.
• Deorub
murni (10%). Sebelum digunakan, diencerkan dengan perbandingan antara deorub
dengan air bersih adalah 1 : 9.
• Formula
deorub/Deorub K/Deorub SOP (5%) Sebelum digunakan, diencerkan dengan
perbandingan antara deorub dengan air bersih adalah 1 : 19.
- Dosis
aplikasi 100 ml/liter lateks atau perbandingan antara lateks dengan air adalah
10:1.
- Setelah
itu dilakukan pengadukan campuran lateks dan koagulan, kemudian dibiarkan
membeku.
2.3.4
Jenis Bokar
1. Lump
mangkok
• Merupakan
lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk.
• Pada
musim penghujan, untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan koagulan
ke dalam mangkok.
• Keuntungan:
- Curahan
tenaga relatif lebih sedikit
- Tidak
ada resiko prakoagulasi
- Mudah
dan praktis
• Kekurangan:
- Rawan
manipulasi kecurangan berat lump
- Teknik
pengukuran KKK yang akurat tidak mudah
- Mutu
bokar (PRI dan laju vulkanisasi) mudah menurun apabila penyimpanan tidak tepat
- Tidak
dapat dihasilkan karet remah mutu prima
Gambar 2.3.4.1 Lump Mangkok
2. Slab
dari Lateks Kebun
• Merupakan
lateks yang dibekukan menggunakan bahan koagulan di dalam bak penampung.
•
Keuntungan:
-
Mudah
menggumpal karena menggunakan koagulan - Mendapatkan keunggulan dari manfaat
koagulan (misalnya dari deorub).
•
Kekurangan:
-
Perlu
tambahan biaya pengadaan koagulan dan bak penampung.
-
Rawan
manipulasi kecurangan berat lump
-
Teknik
pengukuran KKK yang akurat tidak mudah
Gambar 2.3.4.2 Sleb Bekuan
3. Slab
Tipis / Giling
• Merupakan bekuan tipis terbuat dari campuran
lateks dengan lump mangkok yang dibekukan dengan koagulan di dalam bak pembeku
(60 cm x 40 cm x 6 cm), kemudian dibiarkan (sleb tipis) atau giling menggunakan
hand mangel (sleb giling).
• Keuntungan:
- Mutu seragam dengan KKK sekitar 50%
- Tidak ada resiko prakoagulasi
- Mudah dalam pengangkutan
• Kekurangan:
- Perlu tambahan biaya pengadaan koagulan dan bak
penampung serta alat penggiling.
- Rawan manipulasi kecurangan berat lump
Gambar 2.3.4.3 Proses Pembuatan Sleb Tipis
4. Blanket
•
Merupakan
sleb tipis yang dioleh melalui penggilingan dengan mesin mini creper.
Penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sembari disemprot dengan air bersih
untuk menghilangkan kotoran di dalam sleb.
•
Keuntungan:
-
Mutu
seragam. Ketebalan sekitar 0,6 – 1,0 cm dengan KKK sekitar 65-75%.
-
Mudah
dalam pengangkutan
-
Nilai
PRI tinggi
-
Dapat
dijual langsung kepada industri barang jadi karet
• Kekurangan:
- Perlu tambahan biaya
pengadaan mesin
- Lokasi pengolahan harus
dekat dengan sumber air
- Proses pengerjaannya
harus dilakukan secara kelompok
- Perlu pengetahuan dan
ketrampilan pengelolaan mesin.
Gambar 2.3.4.4 Blanket
5. Sheet
Angin (Unsmoked Sheet/USS)
• Merupakan
lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering-anginkan
• Tahapan
pengolahan sheet angin:
- Penerimaan
dan penyaringan lateks
Lateks disaring menggunakan saringan 40-60 mesh. Kemudian
dilakukan pengujian KKK.
- Pengenceran
Pengenceran dilakukan dengan menambahkan air bersih ke dalam
lateks hingga diperoleh KKK baku (12-15%). Rumus pengenceran :
VA =
Volume air yang ditambahkan (liter)
KKKa = KKK lateks asli atau kebun (%)
KKKb = KKK baku (%)
VL = Volume lateks kebun (liter)
Tujuan pengenceran untuk memperoleh mutu yang seragam,
mempermudah penggilingan, mempermudah keluarnya gelembung udara dari dalam
lateks.
- Pembekuan
Lateks yang telah diencerkan sebanyak 5-6 liter dituang ke dalam
bak aluminum/ plastik berukuran 50 cm x 25 cm dan 6 cm. Kemudian ditambahkan
370 ml asam format/semut 1% atau 300 ml larutan deorub 10% untuk setiap liter
lateks, lalu diaduk. Busa yang ada dibuang, kemudian lateks dibiarkan membeku.
- Pemeraman
Setelah 15-30 menit dibekukan, kemudian ditambahkan air di bagian
atas bekuan untuk mencuci sisa asam dan mencegah terjadinya oksidasi enzim yang
menyebabkan timbulnya warna gelap. Lama pemeraman sekitar 1 jam.
- Penggilingan
Bekuan digiling 5-6 kali sambil disemprot air
- Pencucian
Dimasukkan ke dalam bak pencuci untuk menghilangkan sisa asam,
sisa serum dan kotoran yang menempel selama penggilingan.
- Penirisan
Ditiriskan selama 15 menit untuk menghilangkan air di permukaan
lembaran sit.
- Pengeringan
Dikering-anginkan di dalam gudang pengeirng selama sekitar 1-5
hari.
• Keuntungan:
- Dapat
diolah menjadi RSS 3, RSS 4 atau SIR 5
- Memiliki
KKK tinggi dan mutu konsisten
- Biaya
pengangkutan dan pengolahan pabrik lebih efisien
• Kekurangan:
- Perlu
tambahan biaya investasi alat pengolahan, koagulan, dan tempat pengeringan
- Diperlukan
disiplin petani yang tinggi
- Perlu
tambahan curahan tenaga kerja yang relatif tinggi
- Perlu tersedia air
Gambar 2.3.4.5 Sheet Angin
6. Sheet
Asap (Ribbed Smoke Sheet)
• Bahan
olah karet yang diperoleh melalui penipisan koagulum dari lateks dengan
menggunakan gilingan sit (hand mangel)
• Melalui
proses pengasapan
• Tahapan
pengolahan sheet asap:
- Lateks
disaring dengan saringan yang terbuat dari alumunium/stainless steel berukuran 40
atau 60 mesh untuk memisahkan dari kotoran;
- Hasil
penyaringan ditampung dalam ember penampungan;
- Tambahkan
air untuk proses pengenceran sampai diperoleh KKK 12-15% (tehnik pengenceran di
jelaskan di bawah ini);
- Lateks
hasil pengenceran sebanyak 5-6 liter akan digumpalkan dalam bak aluminium
berukuran 50 x 25 x 6 cm. Tambahkan koagulan lateks berupa asam format 1%
sebanyak 370 ml untuk setiap 1 liter lateks;
- Lateks
dan koagulan diaduk dan busa yang timbul selama proses pengadukan dibuang;
- Lateks
dibiarkan menggumpal sekitar 15-30 menit;
- Air
disiramkan pada bagian atas gumpalan untuk mencuci sisa asam dan untuk mencegah
oksidasi karet;
- Gumpalan
yang telah dicuci diperam + 1 jam;
- Gumpalan
yang dihasilkan selanjutnya digiling 5 (lima) kali dengan gilingan polos dan 1
kali dengan gilingan bermotif sampai mencapai ketebalan 3-5 mm;
- Lembaran
karet sit yang dihasilkan selanjutnya dicuci, ditiriskan selama +15 menit dan
dikeringkan melalui proses pengasapan yang bertahap antara 40-60 derajat celsius
selama 4-5 hari. Dengan tahapan pengeringan sebagai berikut:
- Hari
pertama suhu 40-45°C dan ventilasi ruang asap lebar.
- Hari
kedua suhu 45-50°C dan ventilasi ruang asap sedang.
- Hari
ketiga suhu 50-55°C dan ventilasi ruang asap tertutup.
- Hari keempat suhu 55-60°C
Gambar 2.3.4.6 Sheet Asap
• Untuk pengenceran lateks dilakukan dengan
cara menambahkan air melalui rumus berikut :
VA =
Volume air yang ditambahkan (liter)
KKKa = KKK lateks asli atau kebun (%)
KKKb = KKK baku (%)
VL = Volume lateks kebun (liter)
• Adapun kriteria rumah pengasapan karet ialah
sebagai berikut:
1. Suhu tertentu harus dapat dipertahanan di
dalam ruang-ruang rumah asap;
2. Banyaknya pemberian asap dan panas ke dalam ruang,
rumah asap cukup terjamin;
3. Vetilasi cukup baik, sehingga sirkulasi udara
di dalam ruang-ruang dapat diatur.
BAB
III
3.1 Kesimpulan
1. Pohon
karet baik yang tanaman asal dari okulasi (Klonal) maupun dari biji (Seedling),
dapat diambil latex nya apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ukuran
lilit batang minimal 45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki
gajah), Jumlah tanaman yang telah mencapai matang sadap pohon ≥60% dari seluruh
tanaman yang ada.
2.
Kedalaman irisan penyadapan sangat
mempengaruhi produksi lateks karena berhubungan dengan jumlah pembuluh lateks
yang terpotong. Semakin dalam irisannya, maka semakin banyak pula pembuluh
lateks terpotong, sehingga semakin banyak lateks mengalir.
3.
Irisan sadap yang terlalu dalam hingga
mengenai kambium atau kayu menyebabkan proses pembentukan kulit pulihan akan
mengalami gangguan. Dampaknya akan terbentuk luka kayu.
4.
Pembukaan sadap dimulai dari penentuan
letak bidang sadap, panjang irisan tinggi bukaan, arah dan sudut kemiringan
irisan, serta pemasangan talang dan mangkok. Prosedur pembukaan sadap tersebut
dilakukan dengan metode yang sama, baik pada tanaman klonal maupun seedling.
5.
Jenis-jenis bahan olah karet (bokar)
yaitu: lump mangkok, slab dari lateks kebun, slab tipis / giling, blanket,
sheet angin dan sheet asap.
3.2 Saran
Semoga petani karet di Indonesia menggunakan
teknologi dalam melakukan proses panen maupun pasca panen seperti di Thailand
agar produktivitas karet rakyat meningkat dan kualitasnya juga meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar